Buya Yahya Peringatkan Orang yang Suka Salahkan Orang Lain, Akibatnya Bisa Begini

Menurut Buya Yahya, sering kali kekecewaan itu muncul bukan karena kesalahan orang lain, tetapi karena harapan yang terlalu besar dari diri kita sendiri.

oleh Liputan6.com diperbarui 24 Sep 2024, 16:30 WIB
Diterbitkan 24 Sep 2024, 16:30 WIB
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)
Buya Yahya. (Foto: Dok. Instagram @buyayahya_albahjah)

Liputan6.com, Jakarta - Paling gampang memang menyalahkan orang lain ketika menghadapi masalah atau kegagalan. Ini sering kali menjadi respons instan karena mencari kesalahan di luar diri sendiri terasa lebih mudah dan nyaman.

Namun, sikap ini tidak menyelesaikan masalah, malah bisa memperburuk situasi. Menyalahkan orang lain bisa menghambat proses introspeksi dan perbaikan diri.

Dalam sebuah ceramah yang dilansir pada kanal YouTube @Andhap_asor, KH Yahya Zainul Ma'arif, atau yang lebih dikenal sebagai Buya Yahya, memberikan nasihat mendalam tentang kekecewaan dalam hubungan sosial.

Menurut Buya Yahya, sering kali kekecewaan itu muncul bukan karena kesalahan orang lain, tetapi karena harapan yang terlalu besar dari diri kita sendiri.

“Jangan salahkan mereka yang mengecewakanmu, akan tetapi salahkan dirimu yang terlalu berharap besar dari mereka,” kata Buya Yahya, mengingatkan jamaah tentang pentingnya menjaga ekspektasi dalam hubungan sosial.

Ia menegaskan bahwa manusia diciptakan dengan kekurangan, sehingga sangat wajar jika ada ketidaksempurnaan dalam interaksi sosial.

Allah SWT menciptakan manusia dengan keterbatasan agar saling melengkapi satu sama lain. "Allah menciptakan kita punya kekurangan sehingga di antara kita akan menjadi makhluk-makhluk yang saling memerlukan untuk saling melengkapi," jelas Buya Yahya.

 

Simak Video Pilihan Ini:

Manusia Tak Bisa Andalkan Sesama Sepenuhnya

Ilustrasi membantu, menolong, kebaikan
Ilustrasi membantu, menolong, kebaikan. (Image by prostooleh on Freepik)

Manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan bantuan dan dukungan dari orang lain untuk memenuhi kebutuhannya.

Lebih lanjut, Buya Yahya menambahkan bahwa dalam kehidupan sehari-hari, setiap individu pasti membutuhkan orang lain. "Jika kita tidak bisa menyelesaikan dengan diri kita sendiri, maka kita akan meminta tolong kepada orang lain untuk bisa menyelesaikan hajat kita," katanya.

Ini menunjukkan pentingnya keberadaan manusia lain dalam hidup kita, namun juga sekaligus menegaskan batasan-batasan dalam mengharapkan bantuan dari mereka.

Ceramah ini memberikan pandangan bahwa manusia tidak sepenuhnya bisa mengandalkan sesamanya. Meski kita saling membutuhkan, Buya Yahya mengingatkan bahwa ada batasan dalam hubungan antar manusia.

"Dan itulah yang sering disebut dengan makhluk sosial," katanya. Manusia hidup berdampingan, saling membantu, namun tetap ada ketidaksempurnaan.

Buya Yahya juga menggarisbawahi bahwa ketergantungan kepada sesama manusia harus dibatasi, dan harapan yang sebenarnya hanya layak diberikan kepada Allah.

"Hikmah rabbaniah bahwa kita dijadikan oleh Allah menjadi makhluk yang saling memerlukan, saling membutuhkan," ujarnya, seraya menekankan bahwa ini adalah bagian dari rencana ilahi.

Namun, yang lebih penting dari saling membutuhkan ini, lanjut Buya Yahya, adalah kesadaran bahwa kita punya Allah sebagai tumpuan harapan yang sejati. "Ada sesuatu yang harus kita sadari lebih daripada itu semua bahwa kita punya Allah," tambahnya, mengingatkan bahwa hanya kepada Allah-lah kita harus menggantungkan harapan sepenuhnya.

Hanya Allah SWT yang Sempurna

Ilustrasi tolong-menolong, membantu
Ilustrasi tolong-menolong, membantu. (Foto oleh Allan Mas: https://www.pexels.com/id-id/foto/pria-asia-membantu-temannya-untuk-bangun-dari-tanah-5368943/)

Ia juga mengajak para jamaah untuk merenungkan bahwa hanya Allah yang Maha Sempurna. "Hendaknya hanya kepada Allah-lah kita berharap dengan harapan yang sesungguhnya," ucapnya. Ini berarti, meskipun kita memerlukan orang lain, kita tidak boleh menggantungkan seluruh harapan kita pada mereka, karena pada akhirnya, semua keputusan ada di tangan Allah.

Buya Yahya menjelaskan, salah satu hikmah dari hubungan sosial adalah agar kita bisa belajar untuk menyeimbangkan harapan kepada sesama dengan ketergantungan penuh kepada Allah. Manusia adalah makhluk yang serba terbatas, sementara Allah adalah tempat bergantung yang tidak pernah mengecewakan.

Kekecewaan, menurut Buya Yahya, seharusnya menjadi sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah, bukan untuk mempersalahkan orang lain.

"Maka dari itu, ketika kita dikecewakan oleh manusia, itu adalah tanda bahwa kita terlalu berharap kepada mereka, dan lupa bahwa Allah adalah sebaik-baik tempat berharap," katanya.

Ceramah Buya Yahya ini mengajarkan pentingnya introspeksi diri. Jika merasa kecewa dengan orang lain, sebaiknya bukan orang tersebut yang disalahkan, melainkan harapan kita sendiri yang perlu diperbaiki. "Salahkan dirimu yang terlalu berharap besar," tegasnya.

Pesan ini sangat relevan dalam kehidupan modern, di mana interaksi sosial sering kali menimbulkan ekspektasi yang tinggi dari orang lain. Buya Yahya mengingatkan bahwa dengan menempatkan harapan pada tempat yang tepat, yaitu hanya kepada Allah, kita bisa menghindari kekecewaan yang berlebihan.

Pada akhirnya, Buya Yahya menutup ceramahnya dengan mengajak para jamaah untuk lebih mengandalkan Allah dalam setiap urusan hidup.

"Tumpuan kita adalah Allah. Manusia bisa mengecewakan, tapi Allah tidak akan pernah mengecewakan," pungkasnya. Pesan ini menegaskan bahwa harapan sejati hanya layak diberikan kepada Sang Pencipta.

Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya