Liputan6.com, Cilacap - Membicarakan sosok Presiden ke-4 Republik Indonesia yakni KH. Abdurrahman Wahid atau akrab dengan sapaan Gus Dur tak akan pernah ada habisnya.
Namun ada yang khas dari Ketua PBNU periode 1984-1999 ini, yakni pribadinya yang lucu dan humoris dan acapkali membuat kita tak kuasa menahan tawa.
Meskipun merupakan seorang ulama, Gus Dur sangat tersohor kekocakannya hingga banyak kalangan yang menyamakannya dengan sosok ulama kondang yang juga tersohor dengan tingkah kocaknya, yakni Abu Nawas.
Advertisement
Baca Juga
Cerita lucu kali ini adalah kisah Gus Dur dan sahabatnya yang membuat maling lari ketakutan sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @ceritaislam836, Senin (30/09/2024).
Simak Video Pilihan Ini:
Maling Kabur Sebab Gus Dur dan Sahabatnya Lakukan Hal Ini
Abah Afandi bercerita pada suatu malam, dia diajak Gus Dur untuk pergi ke warung yang berada di luar area Pondok Pesantren Tambak Beras untuk sekadar minum kopi bersama.
Lalu setelah usai minum kopi mereka kembali ke pondok sekitar pukul 01.00 dini hari. Sesampainya di area pondok Abah Afandi melihat hal yang mencurigakan. Sontak langsung memberitahukannya kepada Gus Dur.
“Gus, ada dua orang lebih di sana, sepertinya pencuri mau memanjat pagar pondok, anda kejar Gus,” kata Abah Afandi.
“Anda saja yang kejar,” jawab Gus Dur dengan santai.
Lalu keduanya saling menyuruh satu sama lainnya. Hal ini terjadi berulang kali dan saling bersahutan untuk menyuruh mengejar maling tersebut hingga tak sadar kalau suara mereka main keras.
Alhasil terdengar oleh maling tersebut dan menyadari kalau ada orang yang memergokinya sehingga maling tersebut lari ketakutan.
“Nah gampang kan cara mengusirnya tanpa harus mengejarnya, mending kita berkata-kata yang kencang, maling kabur dan kita juga todak kehabisan energy untuk teriak-teriak,” terang Gus Dur.
Advertisement
Gus Dur dan Pentingnya Humor
Menukil alif.id, Gus Dur mengucapkan politik secara humor dan mendengarkan humor secara politik. Dan ia tidak peduli mana sebab dan akibat.” (Rocky Gerung)
Bertold Brecht boleh mengatakan “Sengsara, hidup di negara yang tidak memiliki humor. Tetapi lebih sengsara lagi, hidup di negara yang membutuhkan humor”. Namun, bangsa-bangsa yang berperadaban tinggi cenderung memiliki humor yang baik.
Persia mempunyai Abu Nawas (756-814), penyair dan sosok bijak dan kocak. Turki memiliki Nasrudin Hodja, sufi satririkal yang meninggal pada abad ke-13. Inggris melahirkan Charlie Chaplin (1889-1977). Rusia dan negara-negara Eropa Timur melahirkan cerita-cerita humor yang getir. Tak dapat disangkal, humor merupakan bagian penting dari kebudayaan dan peradaban bangsa. Bagaimana Indonesia, siapa tokoh humor kita?
Abdurrahman ad-dakhil atau Abdurrahman Wahid, lebih dikenal Gus Dur adalah sosok yang unik dan kontroversial. Humornya sering mengundang gelak-tawa, dan gagasan-gagasannya sering mengejutkan dan memicu perdebatan. Namun semua itu seolah semakin mengukuhkan kecerdasan, wawasan, serta visinya yang jauh ke depan.
Gus Dur itu seperti meteor kaum Nahdliyin yang sulit dicari bandingnya. Lelaki kelahiran Denayar, Jombang itu menguasai khazanah pemikiran Islam tetapi juga akrab dengan khazanah Barat. Gus Dur menguasai bahasa Arab, Inggris, dan Perancis dengan baik.
Fasih membaca kitab kuning namun juga akrab dengan ilmu sosial dan buku-buku kiri, pecandu sastra dan musik serta sepakbola. Masa remajanya dipenuhi gabungan tiga hal: kegilaan atas sepakbola, kecintaan akan buku, dan kegandrungan terhadap musik.
Penulis: Khazim Mahrur/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul