Liputan6.com, Jakarta - Dendam, adalah perasaan yang tidak hanya menyiksa di dunia, tetapi juga bisa membawa dampak buruk di hari Kiamat.
Dalam sebuah ceramah yang disampaikan KH Yahya Zainul Ma'arif atau Buya Yahya, menjelaskan bahwa orang yang memendam dendam akan menghadapi konsekuensi yang jauh lebih berat di hari pembalasan.
Buya Yahya mengingatkan pentingnya untuk membersihkan hati dari perasaan dendam agar tidak terbawa hingga ke akhirat. Menurutnya, kehidupan setelah kematian adalah tempat di mana segala amal perbuatan di dunia akan dipertanggungjawabkan, termasuk bagaimana seseorang memperlakukan orang lain.
Advertisement
Dalam sebuah tayangan video di kanal YouTube @Mubarak_Shop18, ia menjelaskan secara mendetail bahwa di Padang Mahsyar, setiap manusia akan rindu untuk segera masuk surga.
Namun, mereka yang masih menyimpan dendam akan merasakan beban yang lebih berat.
Padang Mahsyar digambarkan sebagai tempat berkumpulnya seluruh manusia sebelum menuju pengadilan Allah. Buya Yahya menyebutkan, di tempat itu, mereka yang membawa perasaan dendam akan merasakan penyesalan mendalam.
"Di Padang Mahsyar, kita semua ingin segera masuk surga, tapi dendam akan menjadi beban yang menghalangi," ujarnya.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Begini Nasib Pendendam Dunia Akhirat
Ia menambahkan bahwa dendam membuat seseorang menjadi tidak tenang, bahkan di dunia ini. Seseorang yang memendam rasa dendam akan terus merasakan kegelisahan karena tidak bisa menerima kesalahan orang lain dengan ikhlas.
Hal ini, lanjut Buya Yahya, adalah salah satu bentuk penyakit hati yang harus segera disembuhkan.
"Saat kita memiliki dendam, kita akan capek, bukan hanya sekarang, tapi juga nanti di akhirat," kata Buya Yahya. Ia menjelaskan bahwa orang yang menyimpan dendam akan merasa terbebani setiap kali berjumpa dengan orang yang didendamkannya, bahkan jika sudah tidak ada hubungan langsung lagi.
Buya Yahya juga menekankan pentingnya mendoakan orang yang pernah menyakiti kita dengan doa kebaikan, alih-alih memendam dendam.
Ini adalah salah satu amalan terbaik yang bisa dilakukan seseorang untuk membersihkan hati dan mendapatkan pahala yang besar di sisi Allah.
"Doakan mereka dengan doa yang baik, ini justru amalan terbaik kita," tegasnya.
Advertisement
Cari Orang yang Kurang Ajar, Doakan yang Baik
Menurut Buya Yahya, mendoakan orang lain dengan kebaikan, termasuk mereka yang pernah menyakiti kita, adalah ibadah yang sangat mulia di hadapan Allah.
Ia menambahkan bahwa ibadah tidak hanya terbatas pada rukuk dan sujud, tetapi juga pada bagaimana kita menjaga hati dari kebencian dan dendam.
Dalam ceramahnya, Buya Yahya juga mengingatkan jamaah untuk merenung setelah sholat tasbih. Ia menyarankan agar setelah melaksanakan ibadah, seseorang meluangkan waktu untuk merenungkan apakah ada orang yang pernah menyakiti mereka, kemudian mendoakan orang tersebut dengan doa kebaikan.
“Cari orang-orang yang pernah berbuat kurang ajar kepada kita, lalu doakan mereka dengan sebaik-baiknya doa,” ungkap Buya Yahya.
Dengan cara ini, ia percaya bahwa perasaan dendam akan sirna dan digantikan dengan kedamaian dalam hati.
Dendam, menurutnya, adalah salah satu bentuk Tindakan yang salah arah jika tidak segera dihilangkan. Ia menyebutkan bahwa ibadah bukan hanya tentang gerakan fisik seperti rukuk dan sujud, tetapi juga tentang bagaimana seseorang mengendalikan hatinya dari perasaan negatif seperti dendam.
Buya Yahya juga mengingatkan bahwa setiap amal yang dilakukan dengan hati bersih akan mendapatkan balasan yang lebih besar. Sebaliknya, amal yang tercampur dengan perasaan dendam atau kebencian akan kehilangan nilainya di mata Allah.
Oleh karena itu, menjaga hati dari dendam adalah kunci untuk mendapatkan rahmat Allah di akhirat.
Dalam penutup ceramahnya, Buya Yahya mengajak seluruh jamaah untuk introspeksi diri dan membersihkan hati dari segala macam perasaan negatif, terutama dendam.
"Mari kita pulang dari majelis ini dengan hati yang bersih, dan jangan biarkan dendam merusak amal ibadah kita," pungkasnya.
Pesan ini menjadi pengingat bahwa dendam tidak hanya menyakiti diri sendiri di dunia, tetapi juga bisa menjadi penghalang dalam perjalanan menuju surga di akhirat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul