Liputan6.com, Cilacap - Kasyf merupakan maqam tertinggi dalam tasawuf. Kasyf artinya terbukanya tirai atau pemisah antara seorang hamba dengan Allah SWT.
Kasyf bisa terjadi pada orang-orang sholeh yang telah dekat dengan Allah SWT. Kasyf biasanya terjadi pada orang-orang yang zuhud dan menjauhi nafsu duniawi.
Advertisement
Tentang kasyf ini, ulama yang merupakan santri kinasih Mbah Moen, yakni KH. Ahmad Bahauddin Nursalim atau Gus Baha mengaku dirinya pernah mengalami kasyf.
Advertisement
Uniknya, Gus Baha saat mengalami hal ini bukannya sedang wiridan, namun ketika dirinya sedang makan.
Baca Juga
Gus Baha mengisahkan bahwa dirinya kasyf saat sedang makan. Menurut beliau, Rasulullah SAW saat sedang makan juga mengalami kasyf tentang syafaat di hari kiamat.
Simak Video Pilihan Ini:
Kisahkan Kasyf Rasulullah dan Dirinya saat sedang Makan
Gus Baha menyampaikan kasyf Rasulullah dan dirinya ketika sedang makan dalam sebuah kesempatan ceramahnya.
“Saya itu mengalami kasf ketika makan, bukan ketika sedang wirid,” tutur Gus Baha, dikutip dari tayangan YouTube Short @masnawir, Minggu (12/01/2025).
“Dulu ketika Rasulullah SAW bercerita tentang kasyf syafaat ya juga ketika makan,” imbuhnya.
Dahulu, Gus Baha merasa aneh ketika mendengar penjelasan kasyf Rasulullah saat sedang makan. Sebab lazimnya orang kasyf itu ketika sedang beribadah dengan penuh kekhusyuan.
“Dulu saya janggal, namun setelah saya mengalami pernah sekian detik kasyf itu saat sedang makan,” terangnya
Advertisement
Istimewanya Makan
Lebih dalam Gus Baha menerangkan tentang keistimewaan makan, yakni diawali dengan membaca basmallah. Selain itu, makan juga merupakan kebutuhan seluruh manusia. Jika tidak makan dipastikan manusia akan mati.
“Karena ketika kita makan diawali dengan bismillahirrahmaanirrahiim, lalu kita makan,” ujarnya.
“Lah iya, katanya manusia sombongnya tidak karuan, padahal manusia itu punya akal…katanya makhluk paling mulia, ternyata tidak makan mati,” tegasnya
“Kalau tidak minum lemas,” imbuhnya.
Sebab hal demikian, akhirnya Gus Baha sadar bahwa meskipun manusia itu makhluk paling mulia dan memiliki akal, sejatinya masih membutuhkan makhluk-makhluk Allah yang tidak memiliki akal untuk dimakan.
“Akhirnya kita bersaksi bahwa manusia sangat lemah,” katanya.
“Lah iya, sombongnya seperti ini masih butuh kangkung untuk asupan gizi,” sambungnya
“Butuh pisang, butuh beberapa makhluk yang tidak punya akal,” tandasnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul