Liputan6.com, Jakarta - Kiamat adalah peristiwa besar yang akan datang tanpa kita tahu kapan waktunya. Sebagai umat Islam, kita diajarkan untuk selalu siap menghadapi segala kemungkinan, termasuk kematian yang merupakan "kiamat terkecil."
Namun, apakah kita sudah benar-benar siap dengan persiapan yang seharusnya kita lakukan?
Advertisement
Kematian, sebagaimana dijelaskan dalam ajaran Islam, adalah awal dari perjalanan hidup yang baru. Setiap amal perbuatan kita akan dipertanggungjawabkan, dan kiamat terkecil ini mengingatkan kita untuk terus merenung dan memperbaiki diri. Dalam ceramahnya, Ustadz Adi Hidayat (UAH) mengajak kita untuk mempersiapkan diri menghadapi kiamat yang tak terelakkan ini.
Advertisement
Di dalam Al-Qur'an, Surah Al-Ahqaf ayat 11 mengingatkan kita tentang kenyataan ini.
قُلْ يَتَوَفّٰىكُمْ مَّلَكُ الْمَوْتِ الَّذِيْ وُكِّلَ بِكُمْ ثُمَّ اِلٰى رَبِّكُمْ تُرْجَعُوْنَ
(qul yatawaffâkum malakul-mautilladzî wukkila bikum tsumma ilâ rabbikum turja‘ûn), yang berarti, "Katakanlah, 'Malaikat maut yang diserahi (tugas) untuk (mencabut nyawa)-mu akan mematikanmu, kemudian kepada Tuhanmulah kamu akan dikembalikan.'" Ayat ini menegaskan bahwa kematian adalah suatu keniscayaan yang harus kita hadapi.
Ketika kematian datang, malaikat maut akan memisahkan kita dari kehidupan dunia ini. Pada saat itulah kita harus mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita, apakah kita sudah mempersiapkan bekal yang cukup untuk kehidupan akhirat. Ustadz Adi Hidayat menegaskan pentingnya kita memahami bahwa kehidupan dunia adalah sementara.
Setiap orang pasti akan menghadapi kematian, yang disebut sebagai kiamat terkecil dalam hidupnya. Oleh karena itu, persiapan untuk menghadapinya sangatlah penting. Ustadz Adi Hidayat mengingatkan kita untuk selalu berintrospeksi, mengevaluasi amal perbuatan kita, dan bertanya pada diri sendiri, "Apakah saya sudah siap jika kematian datang besok?"
"Jangan hanya menunggu perubahan besar seperti tahun baru untuk memperbaiki diri," ujar Ustadz Adi Hidayat. Setiap hari adalah kesempatan untuk memperbaiki amal kita. Bermuhasabah, introspeksi, dan memperbaiki diri adalah hal yang harus kita lakukan secara rutin.
Baca Juga
Simak Video Pilihan Ini:
Segera Perbaiki Hubungan dengan Allah SWT
Salah satu cara terbaik untuk mempersiapkan diri menghadapi kematian adalah dengan memperbaiki hubungan kita dengan Allah. Melakukan ibadah dengan khusyuk, memperbanyak doa, dan mendekatkan diri kepada Allah adalah langkah-langkah yang sangat penting. "Sholat adalah tiang agama, yang akan menentukan apakah amal kita diterima atau tidak," tegas Ustadz Adi Hidayat.
Selain itu, menjaga hubungan dengan keluarga, sahabat, dan orang-orang terdekat juga sangat penting. "Apakah kita sudah berbuat baik kepada orang tua, pasangan, dan anak-anak kita?" tanyanya, menekankan bahwa kebersihan hati dan hubungan dengan sesama adalah bagian dari persiapan untuk menghadapi akhirat.
Memperbanyak amalan sunnah, seperti dzikir, membaca Al-Qur'an, dan bersedekah, juga merupakan langkah penting. "Amal yang kita lakukan tidak hanya bermanfaat untuk diri kita, tetapi juga untuk orang lain," tambahnya. Ini adalah amal jariyah yang akan terus mengalir bahkan setelah kita meninggal dunia.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan kita untuk tidak tergoda oleh kenikmatan dunia yang sementara. "Dunia ini hanya tempat persinggahan. Tujuan utama kita adalah kehidupan akhirat yang abadi," ungkapnya. Oleh karena itu, kita harus lebih fokus pada persiapan akhirat daripada mengejar dunia yang tidak kekal.
Selain itu, kita harus terus menjaga hati agar tetap bersih dari sifat-sifat negatif seperti iri, dengki, dan kebencian. "Hati yang bersih akan memudahkan kita untuk menjalani kehidupan yang lebih baik," ujar Ustadz Adi Hidayat. Menjaga hati adalah bagian dari persiapan kita menghadapi hari kiamat.
Advertisement
Sejumlah Persiapan yang Dilakukan
Salah satu doa yang bisa kita amalkan untuk mempersiapkan diri adalah doa yang diajarkan oleh Nabi Yunus AS. Ustadz Adi Hidayat mengingatkan tentang pentingnya membaca istighfar, terutama dalam situasi-situasi sulit. Doa istighfar Nabi Yunus, yang berbunyi "La ilaha illa anta subhanaka inni kuntu minadzolimin," adalah bacaan yang sangat kuat.
Doa ini berasal dari Surat Al-Anbiya ayat 87, yang mengandung makna bahwa kita harus selalu mengingat Allah, terutama ketika kita berada dalam kegelapan atau kesulitan. "Semoga dengan doa ini, kita bisa mendapatkan jalan terang menuju Allah," kata Ustadz Adi Hidayat.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan kita untuk selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah diberikan Allah. "Syukur adalah cara kita untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mempersiapkan diri untuk kehidupan yang lebih baik di akhirat," ujarnya. Dengan selalu bersyukur, kita akan terhindar dari kelalaian yang dapat merusak amal kita.
Mempersiapkan kematian juga berarti mempersiapkan diri untuk menghadapi hisab (perhitungan amal) di hadapan Allah. Ustadz Adi Hidayat menegaskan bahwa kita harus selalu berusaha untuk melakukan amal yang baik dan menghindari dosa. "Amal kita akan dihitung dengan teliti, dan kita harus siap mempertanggungjawabkannya," ungkapnya.
"Setiap hari adalah kesempatan untuk memperbaiki diri. Jangan tunggu sampai hari esok," kata Ustadz Adi Hidayat, mengingatkan kita agar tidak menunda-nunda untuk memperbaiki amal. Persiapan untuk menghadapi kiamat harus dilakukan sejak sekarang, agar kita siap kapan saja.
Ustadz Adi Hidayat juga mengingatkan kita untuk tidak melupakan orang-orang di sekitar kita. "Bantu mereka yang membutuhkan, berikan kebahagiaan kepada orang lain, dan sebarkan kebaikan di mana pun kita berada," ujarnya. Amal yang kita lakukan untuk orang lain akan menjadi bekal kita di akhirat.
Pada akhirnya, kita harus selalu berdoa agar diberikan husnul khatimah, yaitu akhir yang baik. "Berdoalah agar kita diberikan kemudahan dalam menghadapi kehidupan dan kematian, dan agar kita diberi tempat terbaik di sisi Allah," tutup Ustadz Adi Hidayat.
Persiapan untuk menghadapi kiamat bukan hanya soal bekal materi atau duniawi, tetapi juga soal amal perbuatan kita yang akan dipertanggungjawabkan di akhirat. "Mari kita selalu berdoa, bekerja keras, dan memperbaiki diri untuk kehidupan yang lebih baik di dunia dan akhirat," pesan Ustadz Adi Hidayat.
Penulis: Nugroho Purbo/Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul