Liputan6.com, Cilacap - Membaca wirid atau dzikir tidak harus dengan bilangan yang sangat banyak jika ingin memperoleh keutamaan yang besar.
Terdapat lafal atau bacaan dari Rasulullah SAW yang mana bila dibaca satu kali ini mencakup jumlah atau bilangan zikir yang dibaca oleh semua makhluk Allah.
Advertisement
Lafal ini pula dibagikan Ustadz Adi Hidayat (UAH) di sela-sela mengisi sebuah pengajian di suatu tempat sebagaimana dikutip dari tayangan YouTube Short @cahayaislami29, Jumat (14/02/2025).
Advertisement
Baca Juga
“Kata Nabi, mau tidak aku ajari satu kalimat yang bila itu diucapkan bukan hanya melampaui batu itu, tapi mencakup semua dzikir dan bacaan yang pernah dibacakan oleh siapapun,” terang UAH.
Simak Video Pilihan ini:
Lafal Bacaan
UAH menerangkan bahwa zikir ini yang dibagikan Rasulullah SAW kepada para sahabatnya. Tentunya para sahabat penasaran dan bersedia menerima ijazah lafal wirid ini.
“Mau ya Rasulallah,” jawab sahabat.
Lantas Rasulullah SAW membacakan lafal wirid ini yang berisi tasbih kepada Allah SWT.
“Maka apa bacaan dari Nabi, 'Subhanallah walhamdulillah walaailaaha illallah Allahu Akbar adada khalqihi wa midaada kalimaatihi',” terangnya.
“Aku baca ini kepadamu ya Allah sejumlah makhlukmu yang berzikir dengan kalimat ini kepada-Mu dan sepanjang apapun kalimatnya,” kata UAH menerangkan arti lafal itu.
Advertisement
Keutamaan Lain Baca Lafal Ini
Mengutip NU Online, dzikir ini diambil dari sebuah hadits dari Ummul Mu’minin yaitu Juwairiyah binti al-Harits ra yang Nabi saw menyebut timbangannya memiliki banyak keutamaan. Kalimat dzikir itu adalah:
سُبْحَانَ اللهِ وَبِحَمْدِهِ عَدَدَ خَلْقَهِ وَرِضَى نَفْسِهِ وَزِنَةَ عَرْشِهِ وَمِدَادَ كَلِمَاتِهِ
“Subhanallahi wa bihamdihi ‘adada khalqihi wa ridha nafsihi wa zinata ‘arsyihi wa midada kalimatihi”
“Maha Suci Allah dan dengan mengucapkan puji-pujian pada-Nya. sebanyak hitungan makhluk-Nya, sesuai dengan keridhaan Zat-Nya, seberat timbangan ‘arasy-Nya dan sepanjang beberapa kalimah-Nya," kata Prof Mukri menyampaikan arti dzikir tersebut.
Dzikir ini mengandung makna betapa agung kekuasaan Allah yang sudah semestinya manusia pasrah dan semakin mengimani kebesaran-Nya. Tidak ada sesuatu apapun di dunia ini yang lepas dari pantauan-Nya. Ia menambahkan bahwa permasalahan dalam kehidupan menjadi sebuah keniscayaan.
Untuk mengurangi beban, Allah telah mengaruniakan tangis. Dengan menangis, beban yang dirasakan dalam menerima beban bisa dikurangi.
"Ditambah dengan dzikir mengagungkan Allah, Insyaallah beban kegelisahan akan dilepaskan dari diri kita," pungkasnya.
Penulis: Khazim Mahrur / Madrasah Diniyah Miftahul Huda 1 Cingebul
