Liputan6.com, Jakarta Korupsi merupakan perbuatan tercela dan merugikan. Dalam sejarah Islam, kisah orang korupsi juga diceritakan Nabi Muhammad SAW. Salah satu kisah yang terkenal adalah tentang Abdullah bin al-Lutbiyah, seorang amil zakat yang terlibat dalam kasus korupsi di zaman Nabi.
Abdullah bin al-Lutbiyah diangkat sebagai petugas pengumpul zakat untuk Bani Sulaim pada tahun 9 H. Setelah mengumpulkan zakat, ia datang kepada Nabi Muhammad SAW dan melaporkan hasil kerjanya. Namun, ia juga menyerahkan sejumlah barang yang dianggapnya hadiah untuk dirinya, yang kemudian menjadi sorotan karena dianggap sebagai tindakan korupsi.
Advertisement
Baca Juga
Kisah ini menunjukkan betapa tegasnya Nabi dalam memberantas korupsi, bahkan di masa dakwahnya. Kasus ini menjadi pelajaran penting tentang korupsi dalam Islam dan menunjukkan bahwa tindakan tersebut sangat dilarang.
Advertisement
Berikut selengkapnya Liputan6.com merangkum kisah Abdullah bin al-Lutbiyah dari berbagai sumber, Kamis (27/2/2025).
Pelajaran Kasus Abdullah bin al-Lutbiyah
Kasus korupsi Abdullah bin al-Lutbiyah menjadi salah satu momen penting dalam sejarah Islam. Setelah mengumpulkan zakat, ia melaporkan hasilnya kepada Nabi Muhammad SAW. Namun, ia juga menyerahkan barang-barang yang dianggap sebagai hadiah untuk dirinya.
Nabi Muhammad SAW dengan tegas menolak hadiah tersebut. Beliau bersabda sebagaimana diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Bukhari,
“Jika kamu duduk saja di rumah bapak dan ibumu, apakah hadiah itu akan datang sendiri untuk kamu?”
Ini menunjukkan bahwa Nabi tidak mentolerir tindakan korupsi, bahkan dari orang yang diamanahi untuk mengumpulkan zakat.
Nabi Muhammad SAW kemudian berpidato di hadapan banyak orang untuk menjelaskan situasi ini. Ia menyampaikan, “Sesungguhnya aku mengutus orang-orang untuk memungut zakat, dan mereka membawa hasil pungutan zakat itu kepadaku. Aku tidak menerima hadiah itu, karena aku bukan orang yang meminta-minta.”
Advertisement
Nasib Abdullah bin al-Lutbiyah
Setelah kasusnya terungkap, Abdullah bin al-Lutbiyah harus menghadapi konsekuensi dari tindakannya. Meskipun detail lengkap mengenai hukuman yang diterima tidak disebutkan secara eksplisit, sikap tegas Nabi menunjukkan bahwa tindakan korupsi tidak akan ditoleransi.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dan Bukhari sebelumnya, Nabi Muhammad SAW menegaskan bahwa setiap orang yang mengambil sesuatu dari zakat tanpa hak akan bertemu Allah dengan membawa harta tersebut pada hari kiamat. Hal ini menunjukkan betapa seriusnya konsekuensi dari tindakan korupsi.
Nabi Muhammad SAW berpidato untuk mengingatkan orang-orang tentang pentingnya kejujuran dalam pengelolaan harta umat. Dalam pidatonya, beliau menekankan bahwa setiap orang yang diamanahi untuk mengurus harta umat harus bertanggung jawab dan tidak mengambil hak orang lain.
Rasulullah Tegas Melarang Korupsi
Bahaya suap-menyuap sebagaimana disebutkan dalam hadits:
,لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- الرَّاشِىَ وَالْمُرْتَشِىَ.
“Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam melaknat orang yang memberi suap dan yang menerima suap”. (HR. Abu Daud no. 3580, Tirmidzi no. 1337, Ibnu Majah no. 2313. Kata Syaikh Al Albani hadits ini shahih).
Dalam riwayat yang lain Nabi melaknat al Ra-isy (الرَّائِشَ) yaitu penghubung antara penyuap dan yang disuap (HR. Ahmad 5/279).
Meski hadits ini lemah namun bisa diambil hikmahnya. Orang yang menjadi penghubung antara penyuap dan yang disuap berarti membantu orang untuk berbuat dosa dan ini adalah suatu yang terlarang. Hadits di atas menunjukkan bahwa suap-menyuap termasuk dosa besar, karena ancamannya adalah laknat. Yaitu dijauhkan dari rahmat Allah.
Advertisement
