Liputan6.com, Jakarta - Niat menempati kedudukan penting dalam ibadah puasa Ramadhan. Niat merupakan satu dari dua rukun puasa. Artinya, jika puasa tidak dengan niat, maka ibadahnya tidak sah.
Dalam mazhab Imam Syafi’i, waktu niat puasa Ramadhan adalah malam hari sampai sebelum waktu sholat Subuh. Jika lewat dari itu, maka puasanya dianggap tidak sah meskipun menahan diri tidak makan dan minum seharian.
Advertisement
Para ulama telah memberikan imbauan kepada umat Islam agar melintaskan niat puasa Ramadhan setelah sholat Tarawih. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi lupa niat puasa ketika sahur.
Advertisement
Baca Juga
Selain lupa niat puasa, sering juga terjadi yang tidak sahur. Banyak faktor yang membuat seseorang tidak sahur, salah satunya tidur larut malam sehingga bablas sampai melewati Subuh.
Pertanyaannya, jika lupa niat puasa dan tidak sahur, bolehkah tetap mengerjakan puasa Ramadan? Apakah sah ibadahnya? Simak berikut penjelasan Pengasuh LPD Al Bahjah KH Yahya Zainul Ma’arif alias Buya Yahya.
Saksikan Video Pilihan Ini:
Penjelasan Buya Yahya
Buya Yahya menjelaskan, mazhab Imam Syafi’i dan jumhur ulama mazhab Imam Maliki dan Hambali menyatakan bahwa bagi siapapun yang tidak berniat di malam hari dan tidak sahur, maka puasanya tidak sah.
Akan tetapi, lanjut Buya Yahya, Sayyid Alwi Assegaf saat menjadi Mufti Makkah pernah menulis dalam suatu muqaddimah. Jika benar-benar lupa tidak niat dan tidak sahur, maka bisa melanjutkan puasanya dengan niat di pagi hari mengikuti pendapat mazhab Imam Abu Hanifah.
“Bahkan itu diisyaratkan oleh Syekh Malibari dalam kitab Fathul Muin-nya. Barangsiapa di pagi harinya dia lupa belum niat, dia ingin berpuasa, maka hendaknya dia niat ikut Mazhab Abu Hanifah,” kata Buya Yahya dikutip dari YouTube Al Bahjah TV, Sabtu (1/3/2025).
“Itu diisyaratkan dalam fikih Syafi'i bahwasanya orang awam perlu dihargai dalam hal-hal semacam ini. Jangan sampai bilang gak sah gak puasa, kasian dia ketinggalan dalam rombongan orang-orang berpuasa,” jelas Buya Yahya.
Advertisement
Dalam Keadaan Darurat Boleh Ikut Mazhab Abu Hanifah
Menurut Buya Yahya, dalam keadaan darurat boleh mengikuti mazhab Abu Hanifah, terkhusus kasusnya adalah lupa niat puasa Ramadhan dan tidak sahur. Namun, keringanan ini bukan berarti sengaja tidak niat diperbolehkan dalam syariat.
“Tapi ingat ikut mazhab seperti ini tidak boleh main-main. Sudah malam harinya, saya niat besok aja ikut Abu Hanifah. Anda main-main. Ini adalah kasus darurat di saat seseorang dalam keadaan lupa, maka di pagi harinya boleh niat dengan catatan dia belum melakukan sesuatu yang membatalkan puasa,” tutur Buya Yahya.
Apabila sudah makan dan minum di waktu puasa, maka puasanya tidak bisa dilanjutkan karena sudah melakukan sesuatu yang membatalkan puasa. Ia wajib imsak agar mendapatkan pahala kesempurnaan Ramadhan.
“Dia wajib imsak, tidak boleh makan dan minum. Dia seperti orang yang berpuasa. Cuma nanti dia wajib mengqadha,” pungkas Buya Yahya.
Wallahu a’lam.
