Liputan6.com, Jakarta Sejak berabad-abad lalu, Masjidil Haram telah menerima kunjungan para jemaah dari seluruh dunia, baik untuk menunaikan ibadah haji, umrah, maupun sekadar melaksanakan salat.
Keunikan rumah Allah ini terletak pada keberadaan Ka'bah, yang menjadi penanda arah salat atau kiblat bagi umat Islam di seluruh dunia, termasuk saat melakukan tawaf di sekelilingnya.
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Namun, pernahkah Anda menyadari bahwa para jemaah yang berjalan di sekitar Ka'bah umumnya bertelanjang kaki? Hal ini tentu menimbulkan pertanyaan, apakah lantai di Masjidil Haram tidak terasa panas? Mengingat Makkah dikenal sebagai wilayah dengan iklim yang sangat panas.
Tahukah Anda, lantai di Masjidil Haram tetap sejuk meskipun matahari terasa begitu terik di atas kepala? Keajaiban ini terjadi berkat bahan unik yang digunakan dalam konstruksi lantainya.
Lantai Masjidil Haram dibuat dari marmer khusus yang diimpor langsung dari Thasos, sebuah pulau di timur Yunani, dekat dengan Kavala di Laut Aegea. Simak ulasan lengkapnya yang dilansir Liputan6.com dari Siakap Keli, Kamis (13/3/2025).
Batu Marmer Thassos
Batu marmer Thassos, yang juga dikenal sebagai marmer "putih salju," memiliki tingkat penyerapan panas terendah dibandingkan semua jenis batu marmer lainnya. Keunikan ini membuatnya memiliki nilai yang sangat tinggi.
Harga satu keping ubin marmer ini bisa mencapai antara Rp4 juta hingga Rp6,4 juta per meter persegi. Batu marmer ini telah ditambang sejak zaman kuno di Pulau Thassos dan hingga kini kuari tersebut masih beroperasi.
Sekretaris Jenderal untuk urusan teknis, operasional, dan pemeliharaan di Kantor Presiden Umum untuk Urusan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi, Insinyur Fares Al-Saedi, menjelaskan bahwa marmer Thassos memiliki karakteristik unik karena kemampuannya tetap dingin meski terkena suhu ekstrem antara 50 hingga 55 derajat Celsius saat musim panas.
Ia juga menambahkan bahwa Presiden Umum bertanggung jawab atas pemeliharaan marmer di seluruh area Masjidil Haram. Proses ini mencakup perawatan, pemulihan, pemolesan, hingga penggantian ubin yang sudah tidak layak pakai.
"Pemeliharaan dilakukan 24 jam sehari sepanjang minggu oleh lebih dari 40 insinyur dan teknisi. Setiap keping marmer memiliki ketebalan 5 cm dan keistimewaannya terletak pada kemampuannya menyerap kelembapan melalui pori-pori halusnya di malam hari. Kelembapan ini kemudian dilepaskan pada siang hari, membuat lantai tetap sejuk meskipun suhu sedang tinggi," jelasnya.
Advertisement
Ciri Unik Marmer Thassos
Tahukah Anda? Ada penelitian yang membuktikan karakteristik termofisika dari marmer Thassos. Batu marmer ini memiliki tingkat pantulan cahaya matahari yang sangat tinggi serta konduktivitas termal yang lebih baik dibandingkan batu kapur.
Keunggulan ini membuat marmer Thassos mampu menjaga suhu permukaannya tetap dingin, bahkan di tengah musim panas. Selain itu, pada malam hari, marmer ini dapat mengurangi pelepasan panas ke atmosfer melalui proses konveksi secara menyeluruh.
Dalam penelitian lain, marmer Thassos dijuluki sebagai "marmer pintar penyebar panas" karena warnanya yang sangat putih. Hal ini disebabkan oleh pembentukan kristal yang kaya akan kandungan dolomit, menjadikannya pilihan ideal untuk menjaga kesejukan permukaan di lingkungan panas.
Sejarah Penggunaan Ubin di Masjidil Haram
Lantai Masjidil Haram telah mengalami berbagai perubahan sejak zaman Umar bin Khattab. Awalnya, lantai di sekitar Ka’bah (mataf) hanya berupa batu dan tidak beratap. Seiring waktu, berbagai jenis ubin dan marmer digunakan untuk meningkatkan kenyamanan para jemaah.
- Zaman Umar bin Khattab (119 H / 737-738 M): Lantai pertama kali ditutupi batu setelah perluasan mataf.
- Era Abbasiyah (284 H / 896-897 M): Lantai mulai dijubin dengan batu marmer.
- Zaman Ottoman (1594-1598 M): Batu flint diganti dengan alabaster, lalu marmer putih cerah digunakan di area mataf.
- Era Raja Saud (1925-1926 M): Marmer lama diangkat dan diganti dengan lantai baru yang lebih rata.
- Era Raja Khalid (1978): Marmer khusus dari Yunani mulai digunakan untuk menjaga kesejukan lantai Masjidil Haram.
- Era Raja Fahd (1985-1986): Perluasan besar-besaran, termasuk pemasangan ubin marmer putih sejuk di halaman sekitar Ka’bah.
- Era Raja Salman: Perluasan ketiga dilakukan, termasuk penggantian marmer lama yang kehilangan kesejukannya.
Marmer Thassos diimpor dalam bentuk bongkahan besar dan diproses di pabrik milik Kumpulan Binladen, yang bertanggung jawab atas pembangunan Masjidil Haram. Setiap ubin marmer memiliki ketebalan 5 cm, panjang 120 cm, dan lebar 60 cm.
Marmer ini secara alami menyerap kelembapan di malam hari dan melepaskannya pada siang hari, sehingga lantai tetap terasa sejuk sepanjang tahun.
Advertisement
