Sepanjang 2021, Dinas Kesehatan Kota Surabaya Temukan ada 323 Warga Terjangkit HIV

Kota Surabaya pun menjadi wilayah dengan kasus HIV tertinggi di Jawa Timur.

oleh Fauzan diperbarui 20 Jan 2022, 02:59 WIB
Diterbitkan 20 Jan 2022, 00:00 WIB
[Bintang] Ilustrasi HIV
Meski sepele, kamu nggak boleh mengabaikan tanda seseorang terkena HIV ini ya. (Sumber Foto: POZ Magazine)

Liputan6.com, Jakarta Sepanjang 2021, Dinas Kesehatan Kota Surabaya menemukan sedikitnya ada 323 warga yang menderita HIV di kota berjuluk Kota Pahlawan tersebut. Ratusan warga tersebut pun saat ini tengah dalam pengawasan dan penanganan Pemerintah Kota Surabaya. 

"Penderita dan orang yang tertular HIV tidak menunjukkan gejala apapun," kata Kepala Dinasa Kesehatan Kota Surabaya Nanik Sukristina di Surabaya, Rabu (19/1/2022). 

Selama ini, lannjutnya, Pemkot Surabaya secara intensif melakukan sosialisasi dan melakukan skrining, yakni deteksi dini HIV dan melakukan pendekatan kepada kelompok risiko tertular HIV, seperti waria, pekerja seks, IMS (penyakit akibat infeksi yang dapat tertular melalui hubungan seksual), dan pengguna narkoba jarum suntik.

"Lalu pada kelompok rentan tertular HIV, seperti ibu hamil, calon pengantin, pekerja hiburan, ABK (Anak Buah Kapal), dan pekerja pabrik," ujarnya.

Nanik menjelaskan pihaknya juga melakukan skrining pada pasien dengan penyakit tertentu yang kemungkinan dapat disertai oleh HIV, seperti pasien IMS, pneumonia, dermatitis kronis, dan diare. Dengan semakin gencarnya melakukan skrining, pihaknya menemukan banyak temuan kasus.

"Dengan keaktifan kami, akhirnya kasus semakin tinggi terdeteksinya. Pemeriksaan HIV ini ada di 63 Puskesmas di Kota Surabaya, 54 rumah sakit, satu klinik berbasis pemerintah, dan satu klinik milik kantor kesehatan pelabuhan (KKP)," katanya.

 

Tak hanya itu, lanjut dia, pihaknya juga membentuk petugas yang menjangkau kelompok-kelompok berisiko dengan melakukan akses pemeriksaan HIV di layanan Dinkes Kota Surabaya. 

 

Penanganan Khusus

Untuk penanganannya, Nanik menerangkan bahwa pihaknya memberikan pengobatan layanan gratis yang diberikan oleh 13 Puskesmas dan 10 rumah sakit di Kota Surabaya. Kemudian, juga memberikan pendampingan, konseling, dan home care ke rumah penderita HIV, serta memberikan dukungan.

"Dari kelurahan juga memberikan susu dan permakanan untuk penderita yang tidak mampu. Kita juga selalu memberikan informasi yang komprehensif terhadap pencegahan penularan, yang rutin kita lakukan kepada sekolah, mahasiswa, kelompok pekerja hiburan dan masyarakat luas yang rentan terhadap penyakit ini," katanya.

Kemudian melakukan monitoring pemberian pengobatan dengan pemeriksaan secara berkala, serta berkoordinasi dengan Dinas Kebudayaan, Kepemudaan, dan Olah Raga serta Pariwisata untuk mendatangi rumah hiburan. 

"Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, sampai dengan tahun 2021 adalah penurunan signifikan dibanding tahun 2018 yang paling tinggi. Skrining terus kami lakukan dan Kota Surabaya juga memiliki Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) yang aktif pada 31 kecamatan.

Nanik beralasan, soal data dari Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Timur yang menyebut Kota Surabaya menjadi kota dengan kasus baru HIV/AIDS tertinggi se-Jawa Timur dengan jumlah pasien 323 pada tahun 2021 disebabkan oleh banyaknya warga kota dan kabupaten lain yang berobat ke Surabaya. 

"Jadi, banyak warga luar yang berobat ke Surabaya," kata Nanik.

 

Simak juga video pilihan berikut ini

 

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya