Ribuan Peziarah Jadi Saksi Ramalan 2016 Cupu Kyai Panjala

Ritual adat Cupu Kyai Panjala kembali digelar di Gunungkidul, Yogyakarta, dini hari (14/05/2015) Isinya ramalan dalam satu tahun ke depan

oleh Yanuar H diperbarui 14 Okt 2015, 20:00 WIB
Diterbitkan 14 Okt 2015, 20:00 WIB
Ritual adat membuka Cupu (guci) Kyai Panjala
Ribuan warga memadati kediaman Djiwo Sumarto di Gunungkidul Yogyakarta untuk menyaksikan pembukaan Cupu (guci) Kyai Panjala, dini hari tadi (14/10/2015) Foto: Fathi mahmud

Liputan6.com, Jakarta Ritual adat membuka Cupu Kyai Panjala yang sudah berlangsung ratusan tahun masih ditunggu dan menjadi magnet bagi warga sekitar dan masyarakat luas. Terbukti ribuan orang memadati kediaman Djiwo Sumarto di Dusun Mendak, Desa Girisekar, Kecamatan Panggang, Gunungkidul, Yogyakarta, dini hari tadi (14/10/2015).

Prosesi membuka Cupu Panjolo dimulai sekitar pukul 23.56 Wib. Diawali dengan acara makan sepiring berdua yang dilakukan juru kunci dan sebagian peziarah yang hadir. Setelah acara makan selesai, yang paling ditunggu adalah pembukaan tiga buah cupu yang disimpan dalam kotak kayu lalu dibungkus dengan ratusan lapis kain mori atau kain kafan. Pembukaan cupu memang rutin digelar setiap tahun pada malam Selasa Kliwon Mongso Kapapat sesuai dengan penanggalan jawa.

Ketiganya memiliki nama masing masing. Cupu paling besar bernama Kyai Semar Kinandu, kedua Kyai Palang Kinantang dan paling kecil Kyai Kentiwiri. Setelah seluruh kain dibuka setidaknya ada 33 gambar yang muncul.

Ya, saat dibuka, kain-kain kafan yang disimpan tersebut membentuk simbol-simbol atau barang yang menginteprestasikan ramalan dalam satu tahun ke depan. Awalnya tradisi ini hanya ramalan terkait pertanian. Seiring perkembangan Zaman, tradisi ini menjadi suatu Ramalan terkait kondisi daerah, negara, bahkan dunia mulai dari politik hingga ramalan bencana.

Salah seorang sepuh Dwijo Sumarto yang merupakan keturunan ke-6 ahli waris Cupu Panjolo mengatakan bukan kewajiban juru kunci untuk mengartikan gambar yang muncul, masing-masing berhak mempunyai interpretasi sendiri.

"Kami tidak akan mengartikan apa makna gambaran tersebut, menganalisa itu sendiri-sendiri. Saya tidak bisa meramal," katanya saat ditemui Liputan6.com usai proses pembukaan cupu.

Dari 33 gambar yang didapat, di antaranya gambar yang menyerupai kepala singa membuka mulutnya, gunung, pulau Sulawesi dan Sumaetra berjejer, tulisan arab dan bercak darah.

Sementara itu salah seorang warga Wonosari yang ikut dalam ritual, Beri Susanto mengatakan gambar selimut kering yang muncul di kain kafan itu diartikan sebagai pertanda musim kering akan semakin panjang. "Kemungkinan akan terjadi musim kering yang cukup lama dibandingkan tahun sebelumnya,"kata Heri.

Terkait gambar bercak darah diartikan sebagai tanda peperangan atau bencana. Gambar bintang warna biru diartikan sebagai permasalahan politik. "Tetapi ya kembali kepada kepercayaan masing-masing," ucapnya. (Fathi mahmud/Nad)

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya