Australia Sediakan Ribuan Lowongan Kerja Bidang Pariwisata

Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menyatakan, saat ini Australia menyediakan 36.000 lowongan pekerjaan di bidang pariwisata

oleh Liputan6 diperbarui 21 Mar 2016, 08:30 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2016, 08:30 WIB
8 Tempat Wisata Primadona Para Traveler di Queensland, Australia
Berencana liburan ke Queensland, Australia? Pastikan kamu kunjungi 8 rekomendasi tempat wisata berikut ini.

Liputan6.com, Jakarta Menteri Perdagangan Thomas Trikasih Lembong menyatakan, saat ini Australia menyediakan 36.000 lowongan pekerjaan di bidang pariwisata dan perhotelan.

"Menteri Perdagangan dan Investasi Australia, Steve Ciobo datang ke saya dan mengatakan hal tersebut," tutur Lembong di Hotel Intercontinental, Melbourne, Australia, seperti dikutip dari Antara, Kamis (17/3).

Lembong mengatakan, menurut Ciobo, besarnya jumlah lowongan pekerjaan tersebut karena nilai mata uang Australia melemah akibat kebijakan devaluasi nilai mata uang Yuan, China. Saat ini, nilai tukar dolar Australia sudah melemah 30 persen.

"Sektor pariwisata mereka melejit, namun kekurangan tenaga kerja. Dan Steve Ciobo tertarik sekali dengan tenaga kerja Indonesia untuk mengisi lowongan pekerjaan tersebut," ujar Lembong.

 

Ketertarikan tersebut, katanya, karena letak geografis Indonesia dan Australia yang relatif dekat, serta pekerjaan tersebut dapat dikategorikan sebagai pekerjaan musiman atau hanya 3-4 bulan. Artinya, pekerja Indonesia dapat kembali ke Tanah Air tanpa menunggu habisnya waktu kontrak kerja yang lama.

"Hal tersebut tidak mungkin dipenuhi oleh mitra dagang yang jauh dari Australia, seperti Timur Tengah atau Eropa," ujar Lembong.

Ia mengharapkan, tenaga kerja Indonesia yang dapat bekerja di Negeri Kanguru tersebut dapat menjadi salah satu penguat tonggak hubungan ekonomi Indonesia dan Australia.

Lebih lanjut, Lembong mengungkapkan, Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan TKI (BNP2TKI) mencatat uang yang dikirimkan Tenaga Kerja Indonesia ke tanah air pada 2015 mencapai 10 miliar dolar Amerika.

"Jika kiriman tersebut dapat digolongkan sebagai sektor jasa, maka bisa menjadi devisa non migas nomor 3, setelah kelapa sawit nomor 1 yang menyumbang 20 miliar dolar Amerika per tahun dan tekstil di urutan ke dua," terangnya.

Lembong menegaskan, di era modern ini sektor perdagangan bukan hanya kegiatan ekspor impor buah-buahan atau daging sapi, melainkan pula tenaga kerja.

"Pada pola pikir yang modern, perdagangan itu juga mencakup jual beli jasa atau ekspor impor jasa. Oleh sebab itu, kita harus memperluas wawasan," tegasnya.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya