Liputan6.com, Jakarta Desa Giethoorn, di Belanda, terkenal karena hal unik. Anda tidak akan menemukan mobil atau bus, atau alat transportasi modern di sini sama sekali. Kota kecil ini indah, dulu dikenal sebagai 'Venesia dari Belanda' dan tidak memiliki jalan, hanya kanal. Jadi bepergian dengan perahu adalah cara utama untuk berkeliling di desa ini. Dengan suasana yang hening dan tenang, desa ini sempurna bagi Anda yang mencari relaksasi dan kenyamanan.
Baca Juga
Dipenuhi dengan nuansa damai, hidup di desa Giethoorn tidak perlu tergesa-gesa. Menghabiskan waktu di desa ini sangat berbeda dengan hidup di kota besar yang penuh hiruk pikuk dan rentan stres. Anda tak perlu terjebak kemacetan, Anda hanya perlu naik perahu untuk tiba di rumah sambil menikmati pemandangan yang indah di sekeliling Anda. Apalagi yang Anda butuhkan? Dikutip dari situs Brightside pada Senin (18/4/2016), simak suasana desa Giethoorn yang indah dan damai berikut ini.
Baca Juga
Top 3 Islami: Kisah Kenakalan Gus Miek saat Mondok di Lirboyo, Kemarahan KH Hasyim Asy'ari Nyaris Bikin Pabrik Gula Belanda Bangkrut
Kisah Lucu Gus Dur Dzikir Khusyuk sampai Tak Sadar Tentara Belanda sudah Masuk ke Pondok
Momen Pilu Paula Verhoeven Pamit ke 2 Anaknya Mau ke Belanda, Harusnya Pergi Bertiga Tapi Gagal
Advertisement
Desa ini didirikan pada tahun 1230 oleh sekelompok pengungsi dari selatan, yang datang ke daerah ini untuk mencari pemukiman baru. Ketika mereka pertama kali tiba di sini, mereka kagum dengan jumlah tanduk kambing yang tersisa setelah banjir besar. Itulah sebabnya tempat ini dinamakan 'Giethoorn' yang berarti tanduk kambing.
Selama bertahun-tahun, penduduk menemukan banyak deposit gambut. Senang dengan penemuan mereka, para pemukim menggali mencari gambut di daerah yang paling mereka sukai, sehingga menimbulkan lubang di tanah. Seiring waktu berlalu, lubang ini berubah menjadi danau yang membentuk rantai kanal hingga terlihat seperti sekarang ini.
Rumah-rumah yang berada di desa ini dihubungkan oleh 50 jembatan kayu.
Dengan banyaknya alang-alang yang tersedia di daerah berawa ini, hampir semua rumah beratap jerami. Di masa sebelumnya, hanya orang kaya yang mampu memakai atap ubin. Sekarang ini, atap jerami justru berharga lebih mahal.
Desa ini menjadi terkenal di tahun 1960-an berkat sutradara Belanda Bert Haanstra, yang menggunakan desa Giethoorn sebagai lokasi di salah satu filmnya. Perahu yang digunakan di desa ini adalah perahu karet dan perahu kecil sebagai alat transportasi untuk berkeliling di desa ini. Yang menarik adalah, hanya perahu elektrik saja yang boleh dipergunakan, sedangkan penggunaan perahu dengan mesin diesel dilarang.