Kisah Patricia yang Berhasil Terbangkan Airbush di Usia 23 Tahun

Patricia membuktikan, perempuan Indonesia kini mulai bangkit, mulai keluar dan tidak melulu terkungkung pekerjaan domestik belaka.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 21 Apr 2016, 21:03 WIB
Diterbitkan 21 Apr 2016, 21:03 WIB
Patricia Yora Wenas
Patricia membuktikan, perempuan Indonesia kini mulai bangkit, mulai keluar dan tidak melulu terkungkung pekerjaan domestik belaka.

Liputan6.com, Jakarta Patricia Yora Wenas baru berusia 23 tahun saat menjadi co-pilot Garuda Indonesia. Saat itu dirinya diklaim sebagai pilot termuda yang dimilliki Indonesia, terlebih dirinya adalah seorang perempuan. Yora membuktikan, bahwa perempuan Indonesia kini mulai bangkit, mulai keluar dan tidak melulu terkungkung pekerjaan domestik belaka.

Namun demikian, saat ditemui Liputan6.com, Kamis (21/4/2016), di sela-sela acara Perempuan Hebat Indonesia, gadis kelahiran Bogor 7 November 1991 ini mengakui, bahwa Patricia awalnya sama sekali tidak pernah terpikir menjadi seorang pilot. Ayahnya yang pilot kemudian berpengaruh besar mengenalkan Patricia pada dunia kedirgantaraan.

“Papa saya yang pertama memperkenalkan dunia penerbangan memang, pada saat itu kan cita-cita saya sebenernya jadi psikolog,” ungkapnya.

Ketertarikan Patricia terhadap dunia penerbangan semakin meninggi saat dirinya lulus tes pendidikan pilot yang ditawarkan ayahnya. Dua tahun mengenyam pendidikan pilot, Patricia langsung bekerja dan mendapatkan gaji dari profesinya sebagai pilot.

“Waktu itu saya juga ketemu temen-temen di Garuda Indonesia, saya lihat gaya bicaranya kok anggun dan cerita-ceritanya juga jarang dimiliki orang lain. Ada kesempatan, setelah saya pikir-pikir ini kesempatan yang baik, kenapa enggak saya ambil, akhirnya saya jadi pilot,” katanya.

Selama dua tahun meniti karier menjadi pilot, banyak suka dan duka yang telah dirasakan Patricia. Pengalaman masuk cuaca buruk atau posisi pesawat yang miring pernah dialaminya. “Pernah waktu pengalaman landing saya masih jelek-jeleknya, ada yang protes, tuh siapa yang landing jelek banget. Itu pengalaman gak enak,” kata Patricia menceritakan.

Namun demikian dirinya menganggap kini terbang sudah enak, dan kebahagiaan melihat ekspresi penumpang yang bahagia saat keluar pesawat menjadi kebahagian tertinggi bagi Patricia saat menjadi seorang pilot. “Basicly saya suka ngeliat langit, mau itu sunset, sunrise, semua. Jadi setiap terbang punya panorama yang berbeda, jadi itu yang mendorong semangat. Waaa ini sebentar lagi sunses, waaa ini sebentar lagi sunrise, tapi yang paling penting adalah kebahagiaan lihat penumpang masuk dan keluar pesawat dengan selamat dan bahagia,” ungkapnya.

Untuk diketahui, sebagai bentuk penghargaan atas kerja keras dan perjuangan beberapa perempuan hebat, Liputan6.com pada Kamis (21/4/2016), di SCTV Tower, Jakarta memberikan penghargaan kepada enam perempuan hebat Indonesia. Penghargaan yang didukung penuh oleh Perusahaan Gas Negara (PGN) ini pun jatuh kepada enam perempuan hebat Indonesia atas peran, prestasi, dan pengaruh di bidangnya masing-masing. kepada enam orang perempuan hebat. Patricia Yora Wenas sebagai Pilot wanita termuda di Indonesia bersama dengan lima perempuan berprestasi lainnya adalah: CEO creative director, Cotton Inc, Carline Darjanto, Atlet Wushu Indonesia, Juwita Niza Wasni, Penyanyi dan filantropis, Alena Wu, Patricia Yora Wenas, Ahli Forensik, AKBP DR. Sumy Hastry Purwanti, dr, DFM. Sp.F, serta desainer dan Pemilik brand ETU, Restu Anggraini.

Hadir dalam acara tersebut, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Yohana Yembise, Direktur Program dan Produksi SCTV, Harsiwi Achmad, penyanyi dan pencipta lagu, Titiek Puspa, dan Pengusaha Kosmetik , Martha Tilaar yang juga memberikan penghargaan kepada enam orang perempuan hebat Indonesia serta mendapatkan produk dan perawatan dari Sari Ayu.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya