Hotel dengan Sentuhan Sejarah Indonesia Berdesain Modern

Arsitek lanskap Bill Bensley dan Champalimaud menjadi orang yang bertanggung jawab atas desain Four Seasons Hotel Jakarta.

oleh Ahmad Apriyono diperbarui 16 Sep 2016, 07:02 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2016, 07:02 WIB
Four Season Hotel
Four Season Hotel

Liputan6.com, Jakarta Arsitek lanskap Bill Bensley dan Champalimaud menjadi orang yang bertanggung jawab atas desain Four Seasons Hotel Jakarta. Dikenal dunia sebagai arsitek yang gemar menciptakan ruang-ruang yang rimbun, terintegrasi, dan mewah, karya kedua orang arsitek ini kerap menjadi bahan perbincangan.

Filosofi Bensley adalah menciptakan sesuatu yang tidak terduga, tidak pernah mengulang, dan tidak pernah menciptakan gaya yang mudah diprediksi. Lantai ke lima merupakan area kolam renang dan pool bar, keduanya merupakan kejutan visual dengan detail arsitektur Art-Deco Perancis dari abad ke 19. Paving dan lantai kolam renang yang kaya warna, tempat bersantai yang tergantung, teralis cantik penuh detail di area duduk, ukiran batu obor serta dekorasi perunggu, dengan tekstur berani dari tumbuhan termasuk pohon palem Kurma, Alocasias dengan daun lebar, serta bunga kamboja yang wangi memberikan detail yang lengkap pada elemen elemen arsitektur di hotel ini.

Menggabungkan karya seni modern Indonesia, mural Kota Batavia kuno, garis klasik Perancis, daun daun emas di langit langit yang dikerjakan secara manual dengan berbagai warna yang berbeda, serta pintu perunggu dekoratif dengan lampu kristal Eropa timur yang berkilauan serta karya seni pahatan batu Jawa, Champalimaud memberi perbedaan dramatis bagi setiap venue di hotel, dan di waktu yang sama menampilkan latar belakang kehidupan sosial modern Indonesia yang kuat, memberi panggung bagi kaum elit, dan menjadi tempat bagi para tamu untuk “melihat dan dilihat”.

“Saya menikmati mendesain ruangan dengan proporsi yang baik, dengan detail yang cantik, lapisan demi lapisan, terbuka dan luwes,” ujar Alexandra Champalimaud. “Saya mendesain dengan desain yang tak lekang oleh waktu, serta tanpa pengulangan; setiap proyek harus terinspirasi secara original, karena setiap proyek memiliki pesan dan ciri khas sendiri.

Untuk Four Seasons Hotel Jakarta, kami menginginkan para tamu untuk mendapatkan sensasi ruang yang lapang ketika mereka tiba, kami melakukan hal ini dengan menciptakan pintu masuk dengan skala yang sangat besar, dengan tinggi langit-langit yang menakjubkan dan anggun, serta dalam waktu yang sama tetap bergaya kontemporer dan modern. Diseluruh bagian hotel, kami menggunakan palet warna yang anggun, serta kebanyakan dari detail yang digunakan terinspirasi dari budaya Asia dan Eropa.”

Champalimaud terinspirasi oleh Jakarta yang telah memiliki posisi di mata dunia, serta oleh sejarah perdagangan dan pengaruh dari budaya-budaya di dalam karakter kota Jakarta, terutama dalam periode koloni Belanda. Kesan pertama sangatlah penting, dimana para tamu merasa dilingkupi oleh perasaan lapang yang didapat dari ruangan yang luas ketika mereka tiba, dengan pintu masuk yang megah tapi tetap memiliki kesan modern, perumpamaan yang tepat untuk wajah Ibukota yang modern dan terus berkembang. Tangga utama dengan karpet yang dibuat dengan tangan secara khusus, memancarkan keindahan Eropa yang klasik dan direfleksikan dengan penggunaan warna, material, perabotan mewah, serta pencahayaan yang cantik.

Four Season Hotel

Four Seasons Hotel Jakarta dengan ruang publik maupun ruang privatnya juga merupakan rumah bagi koleksi karya seni kontemporer maupun karya seni Indonesia klasik yang telah dipikirkan secara matang matang, memberi kesan dilingkupi oleh kebudayaan Indonesia, melalui tempat dan sejarah. Koleksi koleksi ini adalah perjalanan sejarah melalui beragam elemen, dimulai dengan lantai pertama mengenai masa-masa awal kota ini, dengan tema “Kepulauan Rempah – Indonesia”, “Sunda Kelapa” dan “Selamat Datang di Batavia”.

Berpindah ke lantai dua, dimana para tamu berpindah menuju jaman keemasan koloni Belanda, dengan karya seni yang dikumpulkan sebagai “peninggalan Batavia” sebelum memasuki lantai kelima yang memperkenalkan “Yang terbaik dari Indonesia”.

Karya karya penting ini memberikan gambaran mengenai evolusi Indonesia menjadi sebuah negara kesatuan. Pada tahun 1945, Jakarta menjadi ibukota dari Indonesia yang baru, menyatukan ribuan suku dan lantai 6-19 adalah bentuk penghormatan untuk kebudayaan kota Jakarta sebagai “Jakarta-Kota Keberagaman” dengan kebudayaan Jawa digambarkan di koridor, karya seni Betawi di setiap suite tamu, serta karya seni Indonesia Barat dan Timur di Luxury Suites dan pengaruh Bali di Presidensial Suite.

Pada akhirnya para tamu akan tiba di lantai ke 20, lantai teratas yang menunjukkan Jakarta sebagai kota urban, dengan karya seni modern dan kontemporer. Bersanding dengan karya seni bersejarah di seluruh bagian hotel, adalah karya seni yang terinspirasi oleh French Deco karya Alexandra Champalimaud, serta karya seni yang secara khusus digunakan untuk mempercantik ruangan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya