Liputan6.com, Jakarta Minggu pagi masyarakat Pariaman berkumpul di Pantai Gandoriah untuk mengarak menara yang menjulang tinggi untuk ditenggelamkan ke laut. Meski diguyur hujan lebat, masyarakat tetap berkumpul sejak lama untuk mengikuti prosesi yang hanya berlangsung sekali dalam setahun ini.
Tabuik begitu masyarakat Pariaman menyebutnya, tradisi ini kerap digelar tiap 10 Muharram. Seluruh masyarakat ikut serta mengarak Tabuik, mulai dari pasar Pariaman hingga ke bibir pantai Gandoriah. Arak-arakan Tabuik ini juga di iringi oleh musik tradisional Tasa yang terus dibunyikan sepanjang perjalanan.
Baca Juga
Tabuik merupakan representasi dari keranda Husein, cucu Nabi Muhammad SAW yang tewas dalam perang karbala pada 10 Muharam 61 Hijriah. Untuk memperingatinya, maka dibuatlah Tabuik yang berbentuk seperti keranda, memiliki payung dan bersayap seperti buraq, sehingga diyakini dapat mengantarkan Husein ke surga.
Advertisement
Seluruh masyarakat sangat antusias mengikuti jalannya tabuik sambil berteriak “Oyak Oyak Tabuik!”. Tabuik yang dipanggul oleh beberapa pemuda ini terkadang digoyang selama perjalanan. Ada dua Tabuik yang dibawa yaitu Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang. Dua tabuik ini hanya memiliki perbedaan pada lokasi pembuatan, sedangkan bentuknya serupa.
Arak Tabuik pada tahun ini juga diiringi dengan berbagai kegiatan yang telah berlangsung sejak 1 Muharram 1438 Hijriah. Mulai dari prosesi adat pembuatan Tabuik hingga acara-acara pendukung lainnya yang diadakan oleh Dinas Pariwisata Kota Pariaman. Seperti lomba pagelaran seni, menyanyi, hingga tarian dari siswa siswi di Kota Pariaman.