Liputan6.com, Jakarta Kehamilan bagi wanita merupakan suatu anugerah. Meminang bayi lucu dari darah daging sendiri adalah kebahagiaan yang tiada duanya. Namun tahukah Anda, seorang wanita rela keluar dari jati dirinya selama hamil hingga melahirkan.
Aquirini Priyatna, seorang feminis melalui papernya yang berjudul Hamil, yang dikutip Minggu (23/10/2016) pernah mengatakan, kehamilan sangat berpotensi menjadi ruang ketika semua orang merasa dapat berpartisipasi dan mempunyai hak atas kehamilan itu.
“Ketika saya pertama kali mengetahui saya hamil, orang-orang mulai menasehati apa yang harus saya lakukan, apa yang boleh dan tidak boleh saya makan, dan lebih dari itu orang-orang juga mulai mengawasi perkataan dan perilaku saya,” kata Aquirini yang akrab disapa Atwin.
Advertisement
Bagi para laki-laki, berikut beberapa hal yang perlu Anda ketahui tentang hamil dan apa saja yang kerap direlakan wanita selama kehamilan.
Perihal Makanan
Wanita hamil kerap dipaksa untuk meninggalkan makanan kegemarannya selama kehamilan. Bahkan ketika wanita hamil tidak memakan nasi dan memilih asupan karbohidrat yang lain, orang-orang di sekitar akan berkomentar menghakimi si ibu hamil sebagai orang yang tidak sayang pada bayi yang dikandungnya.
Perihal Pakaian
Bagi Atwin, wanita hamil seolah menjadi milik publik, tidak mengherankan jika banyak orang secara otomatis menjadi “polisi fashion” dengan menghakimi pakaian yang dikenakan wanita hamil. Para suami perlu tahu, tidak mudah bagi wanita untuk berpenampilan saat hamil. Orang lain dengan berbagai cara akan mengukur kenyamanan pakaian yang dikenakan oleh wanita hamil.
“Saat hamil, saya pernah memutuskan untuk tidak memakai daster hamil atau baju-baju yang longgar. Gaya ini, tak ayal mengundang komentar dari beberapa teman-teman yang kemudian menarik-narik celana panjang hamil saya sambil mengatakan, bahwa saya mengenakan pakaian yang terlampau ketat, padahal tentu saja saya bisa mengukur kenyamanan pakaian yang saya kenakan sendiri, karena saya yang hamil,” kata Atwin.
Perihal Tubuh
Saat perut wanita hamil semakin besar, tubuh menjadi seolah milik publik, dan tiap orang merasa punya hak atas akses terhadap perut si wanita hamil. Teman, saudara, bahkan kadang-kadang orang asing yang baru dikenal atau bahkan tidak dikenal, merasa berhak menyentuh perut si wanita hamil, seolah perut buncit tersebut bukan lagi milik si wanita hamil. Para suami perlu menyadari, perut sang istri yang semakin besar bukanlah kontainer, yang hanya menarik perhatian dan tidak ada hubungannya dengan tubuh sang istri.