Garuda Indonesia Buka Direct Flight ke Mumbai India

Maskapai plat merah milik BUMN hampir pasti membuka penerbangan direct flight ke Mumbai India, mulai 12 Desember 2016.

oleh Liputan6 diperbarui 10 Des 2016, 11:14 WIB
Diterbitkan 10 Des 2016, 11:14 WIB

Liputan6.com, Jakarta Kabar baik datang dari maskapai nasional Garuda Indonesia. Di tengah peak season bulan Desember, Maskapai plat merah milik BUMN hampir pasti membuka penerbangan direct flight ke Mumbai India, mulai 12 Desember 2016. Hal itu diungkapkan Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Asia Pasifik Kementerian Pariwisata, Vinsensius Jemadu. ”Kami senang karena semakin terbuka pintu masuk untuk negara Asia termasuk India. Terima kasih kami ucapkan kepada Garuda Indonesia,” ujar Vinsensius yang kerap disapa VJ itu.

Hal itu dibenarkan Dirut Garuda Arif Wibowo, saat Rakornas IV Kepariwisataan di Hotel Sultan lalu. “Kita akan kebut direct flight ke India, dan juga ke China yang selama ini sudah terbang regular ke Beijing, Shanghai, Guangzhou, akan ditambah ke Chengdu,” ucap Arif Wibowo. Menpar Arief Yahya menyambut positif rencana terbang langsung untuk memperkuat konektivitas itu.

Kemenpar menyambut positif hal tersebut. Di Rakornas IV, 6-7 Desember 2016 itu, tiga hal yang menjadi perhatian khusus dalam program kerja Kemenpar 2017 adalah akses, terutama direct flights dan penyiapan bandara. Akses (Airlines, Airport, Authority), Homestay Desa Wisata (Amenitas), dan Go Digital (Marketing Strategy BAS). Optimisme untuk merebut 15 juta wisman di 2017 semakin kuat.

”Rencananya kota yang dipilih untuk tujuan pertama nanti adalah Mumbai. Kami akan ikut penerbangan perdana. Dan ini adalah pertama kalinya Garuda membuka penerbangan ke Asia Selatan,” ujar VJ. Hal tersebut dibenarkan oleh VP Corporate Communications Garuda Indonesia Benny S. Butarbutar.

Kata dia, apa yang dilakukan Garuda adalah untuk mendukung semua program Pariwisata Indonesia. “Layanan tersebut akan beroperasi tiga kali seminggu dengan menggunakan armada pesawat jenis Boeing 737-800 NG berkapasitas 12 kelas bisnis dan 144 kelas ekonomi,” ujarnya. India sebenarnya sudah menjadi incaran Garuda sejak tahun lalu karena pasarnya dianggap sangat potensial. Pasar penerbangan India saat ini pertumbuhannya nomor dua terbesar di dunia setelah China.

Dari catatan Garuda, wisatawan India yang datang ke Indonesia tahun 2015 lalu mencapai 270.000 orang. Sedangkan hingga akhir 2016 ini mencapai 350.000 orang. “Kota Mumbai sendiri merupakan salah satu pusat perekonomian terpadat di India. Mumbai memiliki “Gross Domestic Product (GDP)” tertinggi dari kota manapun di Asia Selatan, Barat, atau Tengah,” lanjut Benny.

Dengan penerbangan ini diharapkan dapat memberikan ragam pilihan penerbangan bagi masyarakat di India yang hendak bepergian ke beberapa kota besar di Indonesia, khususnya ke Jakarta, Denpasar, Surabaya dan Medan. Selain itu juga diharapkan dapat semakin memperkuat hubungan bilateral antara Indonesia dan India. Terutama melalui pengembangan basis konektivitas kedua negara yang dapat mendukung peningkatkan aktivitas perekonomian, pariwisata, serta sosial budaya.

Tentu, dengan keputusan Garuda ini seirama dengan hal yang digaungkan di Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) IV Kemenpar Indonesia Incoporated. Salah satu poin yang penting yang disimpulkan di Rakornas demi mengejar target 15 juta Wisatawan Mancanegara tahun 2017 mendatang, Air Connectivity harus ditingkatkan demi pencapaian target tersebut.

”Tanpa Air Connectivity, unsur digital tourism yang ada di Komisi I, dan implementasi homestay yang ada di komisi II tidak akan berhasil tanpa air connectivity. Karena ini merupakan hal yang sangat penting di mana mendatangkan para wisman agar datang ke negara kita,” ujar VJ.

Lebih lanjut VJ menambahkan, komisi III membahas akses wisatawan agar bisa masuk ke Indonesia. Komisi III terdiri dari AP1, Ditjen Anggaran KemenKeu, BP3M, BPKK, AP2, Bappenas, BP3N, Kadispar, AirNav, LKPP (Kebijakan Pengadaan), BPDIP, 6 Airlines, Ditjen Hubud dan Biro Pran Kemenpar.

Sementara topik utama yang didiskusikan adalah keterbatasan slot time di Bandara, kemudahan Ijin Rute baru dan Ketersediaan Traffic Rights, operasionalisasi Joint-Promotion dan Extra Marketing Support. ” Tentunya yang diharapkan dari Rakornas Komisi III ini adalah komitmen dari AP1, AP2 dan AirNav terkait dengan kecukupan Slot Time di Bandara. komitmen DitjenHubud perihal kemudahan perijinan dan ketersediaan Traffic Right, penyusunan Tim Kerja untuk membuat atau merubah aturan yang diperlukan untuk mengoperasionalkan Joint-Promotion dan Extra Marketing Support,”ujar pria yang juga menjabat sebagai Asisten Deputi Pengembangan Pemasaran Asia Pasifik Kemenpar tersebut.

Lantas apa saja hasil kesepakatan Air Conectivity untuk tahun 2017 mendatang ? VJ memaparkan, apa yang diputuskan adalah yang pertama optimalisasi Slot-time agar terus digenjot dan masih memungkinkan, terutama pada periode di luar Peak Periode. Beberapa Bandara yang belum beroperasi 24 jam, bahkan dapat mengusulkan penambahan waktu operasi pada pihak terkait seperti Markas Besar Angkatan Udara TNI dan lain sebagainya.

Yang kedua, masih kata VJ, yakni kemudahan Ijin Rute baru dan Ketersediaan Traffic Rights dimana program Kemenpar terkait pemberian insentif, sangat didukung oleh semua Airline. Hal tersebut diyakini akan mampu memotivasi Airline untuk membuka rute, menambah seat ataupun frekuensi penerbangan dalam upaya meningkatkan inbound tourist ke Indonesia.

”Pihak Kemenhub setuju untuk membahas secara internal terkait Penyederhanaan Regulasi ijin khususnya rute yang belum masuk dalam daftar Surat Ijin Usaha Angkatan Udara. Ini harus dibahas lebih lanjut agar tidak ada kesalahan adminitrasi, hal ini sangat positif dan banyak mendapatkan dukungan dengan program pemberian insentif, selama itu baik untuk Pariwisata Indonesia, kita patut memperjuangkannya,” katanya.

Dan kesimpulan rapat komisi III yang terakhir adalah kaitannya dengan operasionalisasi Joint-Promotion dan Extra Marketing Support. Untuk hal ini, imbuh VJ, akan dibentuk Tim Kerja 3A yakni Airlines, Airports and AirNavigation Authorities yang akan melakukan FGD bulanan mencari solusi terkait dengan mekanisme opearsional pelaksanaan Joint Promotion dan Hardselling.

”Kami yakin jika semua hal yang terkait dengan Connectivity bisa terwujud, maka target Kemenpar yakni Wisman tahun 2017 sebanyak 15 juta dan target tahun 2019 sebanyak 20 juta bisa terwujud dengan baik. Karena memang penerbangan udara adalah pintu masuk yang paling besar yakni 75 persen dari pintu yang lainnya,” kata VJ.

(*)

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya