Liputan6.com, Jakarta - Pasar Cihapit menawarkan keunikan dibandingkan pasar tradisional pada umumnya. Berlokasi di Bandung, pasar ini menyambut pengunjungnya dengan lukisan mural yang dilukis oleh beberapa seniman kota Bandung. Letaknya tidak jauh dari Gedung Sate dan hanya memerlukan waktu 5 menit dengan naik sepeda motor
Pasar Cihapit sama seperti pasar tradisional pada umumnya, sama-sama menjajakan sembako, sayur-mayur, lauk-pauk dan berbagai bahan makanan lainnya. Bedanya, Pasar Cihapitmemiliki toko buku dengan konsep ruang baca. Toko buku yang bernama Akasa ini memiliki tampilan yang menarik, berbeda dengan kios-kios di sekitarnya.
Penampilan tokonya mencolok dengan warna putih mendominasinya. Nama Akasa pun terlihat jelas di bagian atas toko tersebut. Kita bisa tahu toko ini menjual berbagai jenis buku, terlihat dari banyaknya buku yang dipajang di bagian depannya.
Advertisement
Baca Juga
Pemiliknya, Bonil (28), mengungkapkan bahwa toko buku ini baru saja berdiri pada 2018 ini. "Pembangunannya baru Maret kemarin, jadi pas Agustus ini baru mulai jalan," kisahnya. Hal ini berarti terhitung sudah empat bulan toko buku Akasa hadir menghuni Pasar Cihapit.
Toko buku Akasa buka setiap hari mulai pukul 09.00 WIB hingga 16.00 WIB. Pada Sabtu, toko ini buka lebih singkat, yakni dari pukul 11.00 WIB hingga 15.00 WIB dan tutup pada Minggu.
Bonil menjelaskan alasan mendirikan toko buku di Pasar Cihapit ini adalah karena dorongan dari teman bukunya. "Teman saya bilang, pasar ini tempat berjualan, jadi toko buku juga bisa dibangun di sana," ungkapnya. Bedanya, kata Bonil, toko buku ini ia sediakan ruang baca.
Di bagian samping toko buku ini, terdapat dua buah bangku dan meja yang ditata seperti kafe dengan beberapa buku dan dua lembar koran yang menghiasinya. Di dalamnya tersedia bangku yang empuk, memungkinkan pembacanya agar tidak bosan membaca. Bonil juga menyajikan segelas teh tawar kepada pengunjungnya.
"Biasanya kan ada ibu-ibu yang belanja ditemani suaminya. Daripada mereka bosan menunggu, suaminya suka nongkrong baca-baca di sini," cerita Bonil dengan senyumannya.
Â
Â
Rencana Masa Depan
Buku-buku yang Bonil jual umumnya ber-genre seni budaya dan novel. Tidak hanya berbahasa Indonesia, Bonil juga menjual buku-buku dalam bahasa lainnya, seperti bahasa Rusia, Inggris, dan lain-lain. "Tapi kadang ada juga yang sebetulnya tidak ingin saya jual, soalnya sudah kayak koleksi kesayangan," cerita Bonil.
Toko buku Akasa tidak hanya sekedar menjadi ruang baca, tetapi juga bisa jadi tempat berkumpul. Pengunjung yang datang pernah berdiskusi mengenai seni kontemporer.
Selain buku bacaan, Bonil juga menjual buku tulis handmade. Traveller notebook dan buku notes yang ia jual dibanderol dengan harga yang lumayan, yakni Rp 84.000 sampai dengan Rp 180.000. Bukan tanpa alasan Bonil mematok harga sekian, ia mematoknya karena kualitas kedua buku tersebut.
"Traveller notebook ini kan sampulnya terbuat dari kulit, terus buku diari ini sampulnya etnik," jelas Bonil sambil menunjukkan dua buah bukunya. Usut punya usut, buku ini buatan tangan dari seniman di Yogyakarta. Teman-teman Bonil yang di Yogyakarta mengirimkan buku tulis buatan tangan tersebut untuk dijual oleh Bonil di Toko Buku Akasa.
Toko ini juga dihias dengan beberapa jenis daun teh. Rencananya, teh-teh yang berasal dari beberapa negara ini juga hendak dia jual nantinya.Â
Pasar Cihapit juga menyimpan hal-hal unik yang belum tentu dijumpai di pasar lainnya. Selain penampilannya yang berseni, toko ini juga menyediakan warung kopi dan galeri seni yang terletak beberapa blok dari Toko Buku Akasa.
(Esther Novita Inochi)
Saksikan video pilihan berikut ini:
Advertisement