6 Kesalahan Orangtua yang Berpengaruh pada Kehidupan Dewasa Anak

Salah satu kesalahan orangtua saat mendidik anak adalah sering berdebat di depan anak. Di kehidupan dewasa, anak-anak bisa selalu menghindari masalah atau justru melecehkan orang lain.

oleh Putu Elmira diperbarui 05 Mar 2019, 04:00 WIB
Diterbitkan 05 Mar 2019, 04:00 WIB
Orang tua dan anak
ilustrasi orang tua dan anak (dok.pexels.com)

Liputan6.com, Jakarta - Orangtua bertanggung jawab untuk membesarkan dan mendidik anak-anaknya.  Namun, terkadang mereka kurang memahami bagaimana cara mendidik anak.

Kesalahan mendidik anak dapat menyebabkan anak mulai menganalisis peristiwa yang terjadi di sekitar mereka dan menciptakan pandangan yang berdampak pada kehidupan masa depannya. Melansir dari brightside.me, Rabu, 27 Februari 2019, berikut kesalahan orangtua yang dilakukan kepada anaknya.

Anak tidak pernah diajarkan untuk mengambil keputusan sendiri

Ketika orangtua membuat keputusan untuk anak-anaknya, mereka tidak membiarkan anaknya mandiri. Setiap anak berhak untuk membuat pilihan dengan dukungan dan sesuai dengan usia mereka. Ketidakmampuan dalam mengambil keputusan membuat orang tidak mampu memecahkan masalah. Jika hal itu terjadi pada anak, ketika dewasa mereka akan sulit bertahan dan selalu membutuhkan bantuan orang lain. 

Berdebat di depan anak

Jika orangtua terus berdebat, anak-anak mungkin berpikir bahwa mereka yang harus disalahkan. Mereka tidak mengerti apa yang sedang terjadi dan berpikir mereka bersalah. Ketika dewasa nanti biasanya mereka mencoba menghindari konflik yang berbeda atau sebaliknya, melecehkan orang lain.

Di masa depan, anak perempuan yang sering melihat orangtuanya debat akan secara tidak sadar menunjukkan kepada pria bahwa mereka lebih kuat. Mereka akan berpikir bahwa laki-laki dapat mengulangi perilaku ayahnya. Selain itu, mereka sering memahami bahwa apa yang mereka lakukan adalah buruk dan dapat menyebabkan masalah.

Orangtua menuntut yang tidak mungkin

Seorang anak mempercayai orang dewasa dalam kehidupan mereka, terutama orang tuanya sendiri. Mereka akan berjuang untuk melakukan semua yang diperintahkan. Jika gagal, mereka mulai berpikir bahwa mereka adalah pecundang yang tidak pantas dicintai.

Di kehidupan dewaasa, mereka akan selalu terlalu fokus pada kesuksesan. Jika mereka gagal melakukan yang terbaik (menurut pendapat mereka), mereka akan merasa tidak bahagia, dan bahkan tertekan. Orang-orang ini juga biasanya berusaha mencegah anggota keluarga mereka dari bahagia.

 

Terlalu Memanjakan Anak

Orang tua dan anak
Ilustrasi orang tua memanjakan anak (dok.pexels)

Memenuhi keinginan anak adalah fenomena normal. Orangtua sering memperbolehkan anak untuk menonton TV atau bermain game, sehingga tidak mengganggu mereka. Tidak masalah jika situasi ini tidak sering terjadi. Tetapi, kebanyakan orangtua membiarkan kebiaasan buruk anaknya dan lebih memanjakan karena mereka terlalu sibuk.

Anak yang mendapat perlakuan ini biasanya tidak dapat menjalani kehidupan secara mandiri dan akan bergantung kepada orang lain. Mereka juga tidak mengerti apa yang mereka inginkan dan itu mempengaruhi kesehatan yang dapat menyebabkan berbagai masalah.

Sebagai seorang ayah, tidak cukup memperhatikan anak

Kebanyakan ayah lebih sibuk untuk bekerja dan lupa untuk memperhatikan anaknya. Sebenarnya ayah merupakan seseorang yang dapat menjadi bagian dari perkembangan pribadi anak. Apa yang terjadi jika anak tidak mendapatkan perhatian dari seorang ayah?

Anak laki-laki mungkin akan berperilaku sama seperti ayahnya dulu. Sedangkan, anak perempuan biasanya mengalami kesulitan dalam membangun hubungan romantis. Masalahnya, wanita memilih pria yang menyerupai ayah mereka. Mereka ingin memiliki keluarga yang bahagia, tetapi pengalaman masa kecil mereka membuat mereka merasa curiga terhadap pria.

Meremehkan perasaan anak Anda

Terkadang anak-anak marah tentang hal yang terlihat konyol bagi orang dewasa. Tetapi alih-alih mendapat dukungan, mereka malah mendapat penilaian (Seperti "Itu buruk," "Itu bagus," atau "Anak laki-laki tidak menangis") atau perintah (Seperti "Berhenti menangis" atau "Jangan marah"). Begitulah perasaan dan emosi diremehkan.

Semakin seseorang memahami dan mengendalikan perasaannya, makan tersebut akan semakin tangguh. Dalam kehidupan orang dewasa, anak-anak seperti ini tidak dapat membagikan emosi mereka dan menekan amarah mereka sampai meledak. (Adinda Kurnia Islami)

Saksikan video pilihan di bawah:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya