Jejak Misionaris di Pulau Tak Bertuan Papua Barat

Seorang misionaris menjejakkan kaki pertama kali di sebuah pulau di Papua Barat untuk menyebarkan agama Kristen di sana. Puing-puing gereja adalah peninggalannya.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 18 Mar 2019, 17:00 WIB
Diterbitkan 18 Mar 2019, 17:00 WIB
Jejak Misionaris di Pulau Dua Papua Barat
Seorang misionaris menjejakkan kaki pertama kali di sebuah pulau di Papua Barat untuk menyebarkan agama Kristen di sana. Puing-puing gereja adalah peninggalannya. (dok. Kementerian Pariwisata/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Di pesisir pantai Pulau Dua, Distrik Werbes, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat, berdiri puing-puing gereja yang menjadi jejak misionaris di sana. Sebuah peninggalan sejarah kembali membawa pengalaman lain bagi wisatawan.

Dalam keterangan tertulis Kementerian Pariwisata yang diterima Liputan6.com, Sabtu, 16 Maret 2019, Pulau Dua merupakan sebuah pulau tidak berpenghuni yang pernah menjadi lokasi petilasan misionaris bernama Yonas Nandisa, pembawa kabar Kristen pertama di Tambrauw. Dia adalah seorang guru Injil yang pertama kali pada 12 Agustus 1912 di Pulau Dua.

Prasasti petilasan Kristen Injil di perkampungan Pulau Dua mencatat, Yonas merupakan salah satu penyebar agama Kristen di sana. Bisa dibilang, pengaruh Yonas dan para pengikutnya lah yang membuat 90 persen masyarakat Tambrauw menganut agama Kristen.

Untuk mengenang jejak Yonas, didirikan sebuah tugu. Dulu, di dekatnya ada sebuah gereja. Namun, bangunan gereja itu rusak, perkakasnya dicuri diduga oleh para awak kapal yang mendarat hingga hanya menyisakan puing.

Gereja mulai koyak pada Perang Dunia II. Ketika itu, Pulau Dua menjadi salah satu lokasi petarungan para tentara. 

Warga yang ada kemudian diungsikan ke Bika. Setelah peperangan berlalu, pulau jadi tak bertuan sehingga pencuri leluasa membawa perkakas gereja. Hingga kini, masyarakat Kristen di Tambrauw merayakan petilasan misionaris tersebut setiap Agustus.

 

 

Terkesima Biru

Jejak Misionaris di Pulau Dua Papua Barat
Pulau Dua di Papua Barat, tempat petilasan misionaris berada. (dok. Kementerian Pariwisata/Dinny Mutiah)

Untuk mencapai Pulau Dua wisatawan harus mengendarai speedboat dari Pelabuhan Sausapor, dengan waktu tempuh 15 menit. Selain berwisata sejarah, wisatawan juga bisa menyelam kapal dan pesawat yang ditenggelamkan pada masa Perang Dunia II.

Sementara untuk sampai ke Sausapor, wisatawan bisa menggunakan akses udara dengan Susi Air seharga Rp 270.000. Pesawat beroperasi tiap Selasa hingga Jumat.

Wisatawan yang datang ke Pulau Dua umumnya akan terkesima dengan keindahannya. Warna pasirnya bak kristal, begitu lembut. Bersama itu wisatawan juga bisa menikmati air laut yang bening dan bergradasi toska, biru tua dan biru muda.

Tak kalah elok ada juga ikan warna-warni yang melintas, di antaranya terdapat ikan yang bahkan belum pernah dilihat di tempat lain. Tubuh ikan tersebut dipenuhi bercak berwarna hijau, biru, merah, dan kuning.

Saksikan video pilihan berikut ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya