Liputan6.com, Jakarta Setiap mengerjakan sesuatu, Menpar Arief Yahya selalu menggunakan benchmark dan standar global. Karena itu, ketika Danau Toba ditetapkan oleh Presiden Jokowi sebagai satu dari 10 Bali Baru, atau 10 Destinasi Prioritas, maka dicari atraksi apa saja yang membuat danau vulkanik terbesar dan terdalam di dunia ini cepat melejit ke level dunia.
“Karena itu, saya ngotot sampai presentasi sendiri ke markas UNESCO di Paris,” ujar Arief Yahya, Menteri Pariwisata RI.
Baca Juga
Di UNESCO, Arief Yahya memaparkan progress perkembangan yang sudah dilakukan oleh Pemerintah RI bersama KBRI Paris, Ketua Tim Percepatan Percepatan Geopark dan Ketua Tim Percepatan 10 Destinasi Prioritas.
Advertisement
“Sebuah destinasi agar laku dan dikunjungi oleh wisatawan mancanegara, dia harus punya 3A, Atraksi Akses Amenitas yang kelas dunia pula. Danau Toba secara fisik, dia bisa dipromosikan di level dunia, tetapi danau di 8 kabupaten ini belum punya branding kuat sebagai amunisi untuk dipasarkan,” ungkapnya.
Amunisi itulah yang diharapkan datang dari UNESCO, berupa pengakuan dunia oleh lembaga dunia, sebagai UNESCO Geopark. Tanpa stempel itu, terlalu lama dan mahal untuk membranding sendirian.
“Akses, bandara Silangit sudah International Airport. Amenitas, sudah ada hotel berbintang dan akan terus bertumbuh, ketika demand-nya naik. Itu tugas swasta dan pelaku bisnis, untuk menyuplainya. Atraksi, inilah yang terus kita kejar sampai tercatat di badan PBB itu,” kata Arief Yahya, yang memang ahli marketing itu.
Tahun lalu, 2018, Menpar Arief Yahya juga sudah sukses meloloskan UNESCO Global Geopark di Gunung Rinjani Lombok dan Ciletuh Sukabumi. Sebelumnya sudah ada Geopark Gunung Sewu di pantai selatan yang membentang dari Jogjakarta Jateng Jatim.
“Tahun ini Danau Toba harus lolos, agar tidak menghambat planning selanjutnya yang juga sudah diusulkan Geopark Belitung, satu dari destinasi prioritas pula,” kata Arief Yahya.
Dia berterima kasih kepada Kementerian PU PR dan Kementerian Perhubungan yang selama ini men-support infrastruktur di destinasi Danau Toba. Juga berterima kasih kepada Kementerian LHK, yang membantu lahan otoritatif, yang dikelola oleh Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT).
Karena Kemenpar memang tidak bisa melakukannya sendiri. Dia berharap proses administratif dan lapangan berjalan lebih cepat, sehingga infrastrutur pendukung sektor pariwisata tidak lagi ada hambatan. Infrastruktur sudah beroperasi tol dari Kuala Namu ke Tebing Tinggi. Tinggal Tebing Tinggi-Pematang Siantar, dan dilanjutkan akses sampai ke Parapat.
Lalu ada dermaga di 4 titik di pulau Samosir dan 4 titik di Pulau Sumatera-nya. Inner dan Outer Ring Road juga sedang dikerjakan oleh Kemen PU PR. Kemenhub juga sudah memperpanjang runway Bandara Silangit, memperlebar menjadi 45 meter, mengepras bukit, membuat apron untuk parkir pesawat, serta memperbesar terminal.
“Sampai sekarang masih dikerjakan, lalu memperlebar jalan dari Silangit ke Danau Toba, agar akses menuju ke arah Parapat semakin lebar dan lancar,” kata Arief Yahya.
“Peningkatan PAD 8 Kabupaten di kawasan Danau Toba pada tahun 2017 mencapai 71%. Ke-8 kabupaten tersebut adalah: Simalungun, Tapanuli Utara, Dairi, Toba Samosir, Samosir, Karo, Humbang Hasundutan dan Pakpak Barat. Data itu menunjukkan bahwa sentuhan pariwisata membuat roda perekonomian di semua kabupaten di kawasan Danau Toba menanjak tajam,” tutur Mantan Dirut PT Telkom ini.
Ketua Tim Percepatan 10 Bali Baru, Hiramsyah S Thaib juga menjelaskan bahwa progress Badan Otorita Pariwisata Danau Toba (BOPDT) juga terus berjalan. Ada tiga hal besar yang sedang dikerjakan oleh BOPDT bersama mitranya.
“Pertama, kami progress menyiapkan 16 Geosite, untuk mendukung langkah menuju UNESCO Global Geopark (UGG),” jelas Hiramsyah.
Nantinya, anggaran dari BUMN dan Implementasinya bersama Bekraf. Ke-16 Geosite itu adalah: Tongging Sipisopiso, Silalahi Sabungan, Haranggaol, Sibaganding - Parapat, Taman Eden, Balige - Liang Sipege – Meat, Situmurun-Blok Uluan, Hutaginjang, Muara-Sibandang, Sipinsur-Bakti Raja, Bakkara-Tipang, Tele-Pangururan, Pusuk Buhit, Hutatinggi-Sidihoni, Simanindo - Batu Hoda, Ambarita - Tuktuk – Tomok.
Kedua, BOPDT juga sedang menyiapkan seni pertunjukan berskala dunia, seperti yang pernah di benchmark oleh Gubernur Sumatera Utara bersama para bupati di West Like Impression di Danau Xihu, Hangzhou, provinsi Zhejiang, Tiongkok, sekitar 1 jam dengan kereta super cepat dari Shanghai, Tiongkok.
Pentas seni budaya itu sampai sekarang selalu penuh, dan pernah menjadi andalan saat pertemuan kepala-kepala negara G-20.
“Kami sudah melihat, manajemen destinasi di Danau Xihu, yang bisa mendatangkan lebih dari 2 juta wisatawan setiap tahun, dari atraksi danau yang luasnya hanya 5,6 km persegi. Sedangkan Danau Toba itu panjang 100 km lebar 30 km,” ungkap Hiramsyah.
Ketiga, lanjut Hiramsyah, pihaknya sedang merevitalisasi Kawasan Parapat, agar semakin tourist friendly. Ada rencana perbaikan infrastruktur publik yang membuat nyaman orang berjalan-jalan menikmati keindahan Danau Toba hingga kuliner, souvenir, menghidupkan UMKM, dan area publik yang nyaman.
Hal lain yang sudah dan sedang dikebut adalah kepastian pemberian insentif setara KEK Pariwisata, dengan berbagai insentif, kemudahan impor, perizinan, pembebasan tariff sewa selama masa tertentu, dan lainnya.
“Diharapkan September 2019 ini akan selesai semua, karena ini harus mendapatkan persetujuan dari banyak pihak,” paparnya.
Sudah ada tiga investor yang berminat pada LOT SR5 di kawasan otoritatif. Penempatan Lot itu berdasarkan penandatangan investment agreement yang dilakukan di Bali tanggal 11 Oktober 2018 lalu. Ketiga investor itu antara lain, PT. Gamaland Toba Properti, PT. Gaia Toba Mas, PT. Agung Concern. Ketiga investor itu diberikan prioritas untuk yang membangun, 5-Star hotel, international brand, dengan jumlah kamar minimal 100 roomkeys, dan groundbreaking dimulai 28 September 2019.
“BPODT akan menyusun naskah kerja sama berdasarkan hasil studi dan penetapan tarif layanan,” ujarnya.