Liputan6.com, Jakarta - Isu sampah plastik semakin berkembang dan jadi persoalan yang membutuhkan sebuah solusi untuk mengatasi permasalahan ini secara bersama. Sudah banyak pihak yang berusaha mengatasi masalah sampah plastik sekali pakai yang sudah dalam tahap mengkhawatirkan di Indonesia.
Bukan hanya sampah plastik, masalah sampah secara keseluruhan di Indonesia juga semakin pelik. Menurut Direktur Sustainable Waste Indonesia (SWI) Dini Trisyanti, semua Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah di negeri ini sudah hampir penuh.
"Yang paling utama sekarang ini adalah reduce, mengurangi pengiriman sampah ke TPA, karena sekitar 318 TPA di seluruh Indonesia ini sudah hampir penuh. Setelah itu baru kita bisa fokus pada reuse dan recycle," terangnya dalam acara Plastic Reborn #BeraniMengubah di Hotel Pullman, Jakarta Pusat, Selasa (3/9/2019).
Advertisement
Advertisement
Baca Juga
Gerakan yang diprakarasai oleh Coca-Cola Indonesia itu mengajak masyarakat untuk ‘Berani Mengubah’ dengan mengenal isu sampah di kehidupan sehari-hari untuk membangun perilaku sadar mengelola sampah plastik.
Acara tersebut juga menghadirkan Sekretaris Jenderal Indonesian Plastics Recyclers (IPR) atau Perkumpulan Pelaku Daur Ulang Plastik Indonesia Wilson Pandhika, dan Public Affairs and Communications Director Coca-Cola Indonesia Triyono Prijosoesilo.
Selama ini banyak yang menilai kalau kemasan plastik bekas pakai adalah bagian dari sampah. Namun bagi sebagian pihak justru merupakan bagian dari pendapatan untuk kehidupan mereka. Karena dibalik kemasan plastik bekas pakai, ternyata bisa meningkatkan kualitas hidup manusia.
Langkah-langkah pengelolaan terpadu circular economy dalam pengelolaan sampah di Indonesia menggunakan prinsip 3R (reduce-reuse-recycle) dapat menjadikan plastik kemasan bekas pakai memiliki hidup kedua serta menciptakan lapangan pekerjaan baru bagi banyak orang.
Gerakan Plastic Reborn #BeraniMengubah juga merupakan bagian dari upaya Coca-Cola Indonesia terhadap komitmen menciptakan 'World Without Waste'.
Plastic Reborn melihat pengelolaan sampah kemasan botol plastik dari sudut pandang circular economy, yaitu integrasi elemen-elemen pengelolaan sampah kemasan plastik mulai dari:collection-recyling-upcyling sehingga dapat menciptakan sebuah model bisnis baru, yang pada akhirnya akan memberikan nilai pakai kembali (second life) dari kemasan plastik bekas pakai ini.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Peluang Bisnis Industri Daur Ulang
Salah satu hasil penelitian yang dilakukan oleh Plastic Reborn bersama partner mengungkap data bahwa untuk di kota Jakarta sendiri, collection rate untuk plastik botol PET bekas pakai mencapai 69 persen.
"Coca-Cola Indonesia melalui kegiatan Plastic Reborn pada dasarnya ingin mengubah cara pandang terhadap plastik kemasan bekas pakai menjadi sebuah bahan baku yang memiliki potensi untuk menghasilkan dari segi ekonomi secara terus menerus," terang Triyono pada Liputan6.com.
Sedangkan Wilson Pandhika mengungkapkan, beberapa perusahaan daur ulang Indonesia sudah mulai mengembangkan resin daur ulang bermutu tinggi untuk menjawab kebutuhan industri daur ulang.
Pekerja di sektor industri kelola sampah telah menyerap jutaan pekerja. Banyak pihak yang bergantung pada industri daur ulang, salah satunya ialah pemulung, yang menggantungkan hidupnya pada tumpukan sampah plastik. Besarnya kebutuhan plastik menunjukkan bahwa peluang bisnis industri daur ulang sangat besar.
Di samping itu, industri minuman dan juga makanan yang terus tumbuh tentu juga menghasilkan pertumbuhan jumlah plastik kemasan bekas pakai yang semakin banyak. Kalau daur ulang sebagai tahapan penerapan model ekonomi sirkular dapat dikelola lebih baik, kemasan plastik bekas pakai dapat terus dipertahankan nilainya serta dimaksimalkan penggunaannya.
Untuk mendukung penerapan konsep ekonomi sirkular, Coca-Cola Indonesia melalui tiga pilarnya, yakni Design-Collect-Partner, berkomitmen untuk mendukung upaya pengumpulan dan mendaur ulang setiap plastik botol yang terjual dan dikonsumsi oleh masyarakat pada 2030. "Kami yakin persoalan sampah dapat dikelola lebih baik terutama dengan adanya sinergi dari berbagai pihak." tutup Triyono Prijosoesilo.
Advertisement