Liputan6.com, Jakarta Bandara Internasional Soekarno-Hatta makin keren, modern, dan canggih saja. Kini, bandara terbesar di Indonesia itu memiliki peralatan otonom (autonomous equipment) untuk membersihkan lantai di Terminal 3.
Terminal 3 adalah terminal penumpang pesawat terbesar dan termegah di Indonesia. Luas terminal ini mencapai sekitar 420.000 meter persegi dengan lalu lintas pergerakan penumpang pesawat bisa mencapai 25 juta penumpang setiap tahunnya.
Sebagai upaya tetap menjaga tingkat kebersihan lantai yang sempurna khususnya di area seluas itu ditambah dengan ramainya penumpang, Angkasa Pura II mulai Agustus 2019 menempatkan dua unit mesin pembersih lantai berbasis robot (robotic scrubber drier) di Terminal 3.
Advertisement
President Director Angkasa Pura II Muhammad Awaluddin mengatakan, hadirnya peralatan otonom pembersih lantai ini merupakan salah satu komitmen perseroan. Tujuannya untuk mengurangi peran manusia dalam pekerjaan yang berulang.
“Angkasa Pura II tengah melakukan evolusi pelayanan di mana kami mengedepankan peralatan otonom untuk sejumlah pekerjaan untuk mengurangi peran manusia. Di sisi lain, peran sumber daya manusia akan dialihkan ke pekerjaan yang memang masih membutuhkan sentuhan manusia,” tutur Awaluddin, Minggu (13/10).
Robotic scrubber drier yang ada Terminal 3 adalah kombinasi dari solusi pintar dan teknologi paling mutakhir di pasar. Tidak hanya mampu membersihkan lantai secara sempurna, robot ini juga dapat bekerja sangat cepat.
Peralatan otonom ini dilengkapi sistem telemetri guna memastikan software melakukan komunikasi dengan berbagai sonar, laser, dan sensor guna memastikan robot tersebut bermanuver dengan aman serta menghindari halangan ketika tengah bertugas membersihkan lantai.
Sementara itu, sumber enegi peralatan otonom ini berasa dari baterai berkapasitas maksimal 180 Ah dengan durasi (battery run time) adalah 4 jam. Peralatan ini menggendong tangki yang dapat menampung 90 liter air dan memiliki dua unit sikat.
Muhammad Awaluddin mengatakan Angkasa Pura II saat ini juga tengah mempertimbangkan penggunaan lebih banyak peralatan otonom di bandara-bandara perseroan. Misalnya, peralatan otonom untuk mengatur, mengambil, dan merapikan trolley bagasi di terminal penumpang pesawat.
Selain itu, baggage towing tractor [BTT] yang saat ini membutuhkan pengemudi akan dipertimbangkan untuk menjadi tanpa awak atau otonom. BTT sendiri adalah kendaraan penarik bagasi penumpang pesawat dari make up area di terminal menuju pesawat dan sebaliknya.
"Kami juga membuka kemungkinan penggunaan drone otonom untuk membersihkan foreign object debris [FOD] atau serpihan benda asing yang ada di runway. Dengan drone otonom kami berharap pembersihan FOD di runway dapat lebih cepat dan optimal," jelas Muhammad Awaluddin.
Sementara itu, Executive General Manager Bandara Soekarno-Hatta Agus Haryadi menjelaskan bahwa peralatan otonom pembersih lantai di Terminal 3 beroperasi dengan tetap memastikan faktor keselamatan dan keamanan.
“Guna memastikan keselamatan dan keamanan, operasional dari peralatan otonom pembersih lantai ini senantiasa disupervisi oleh tim Angkasa Pura II. Peralatan otonom dan personil kebersihan akan saling melengkapi sehingga kebersihan Terminal 3 dapat terjaga dengan sempurna,” paparnya.
Selain di Soekarno-Hatta, robotic scrubber drier ini kemungkinan juga akan akan ditempatkan di bandara-bandara lain di bawah Angkasa Pura II.
Adapun selain peralatan otonom untuk membersihkan lantai, di Bandara Internasional Soekarno-Hatta saat ini juga memiliki robot Dilo yang bertugas layaknya personil customer service.
Dilo memiliki bentuk fisik mungil, berwarna putih, dengan dua tangan yang selalu merespons ketika diajak berinteraksi. Robot ini dapat membantu penumpang pesawat memberikan petunjuk atau informasi seputar bandara.
Lebih dari itu, Dilo juga memiliki fitur multimedia (musik, video, dokumen) sehingga dapat juga menghibur traveler di terminal.
“Angkasa Pura II kini memang tengah mengarah untuk memanfaatkan sejumlah fasilitas otonom dalam meningkatkan pelayanan di bandara-bandara termasuk Soekarno-Hatta. Selain pembersih lantai dan Dilo, kami juga memiliki Digital Wayfinding yang dapat secara otomatis menunjukkan jalan di terminal kepada traveler,” jelas Agus Haryadi.
Adapun di area bagasi, conveyor belt di Terminal 3 Soekarno-Hatta juga sudah dilengkapi dengan alat otonom Baggage Lifting Equipment untuk menarik bagasi milik penumpang pesawat untuk diteruskan ke baggage claim area supaya bisa dengan cepat diambil pemilik bagasi tersebut.
Agus Haryadi menambahkan operasional Skytrain yang merupakan kereta berbasis listrik di dalam kawasan Soekarno-Hatta, ke depannya juga akan tanpa kehadiran awak alias beroperasi secara otonom.
“Saat ini Skytrain yang menghubungkan Terminal 1, 2, 3 dan stasiun kereta bandara masih beroperasi dengan pengemudi. Ke depannya Skytrain ini akan berjalan sendiri atau otonom dalam melayani mobilitas penumpang di dalam kawasan Soekarno-Hatta.”
Di samping berbagai peralatan otonom yang berwujud itu, Angkasa Pura II juga memiliki layanan asisten virtual TASYA (Travel Assistance System Angkasa Pura II). TASYA adalah layanan chatbot berbasis artificial intelligence yang dapat menjawab pertanyaan traveler terkait bandara-bandara di bawah Angkasa Pura II.
Angkasa Pura II merupakan operator bandara yang saat ini dikenal sebagai trendsetter pengembangan bandara berbasis teknologi.
Menteri Pariwisata Arief Yahya memberikan acungan jempol buat komitmen yang diperlihatkan Angkasa Pura II.
“Saya tidak meragukan komitmen PT Angkasa Pura II. Mereka selalu menghadirkan inovasi. Khususnya di Bandara Soekarno Hatta. Hasilnya, Bandara Soekarno Hatta bukan hanya terlihat megah. Tetapi juga sangat modern. Seluruh pengunjung akan senang bisa berada di bandara ini,” paparnya.
(*)