Menparekraf Tanggapi Travel Advice yang Dikeluarkan AS dan Australia

Menparekraf menyebut selama ini Indonesia mendapat status kuning dari kedua negara tersebut, bahkan sebelum banjir yang terjadi di Jabodetabek.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 09 Jan 2020, 02:04 WIB
Diterbitkan 09 Jan 2020, 02:04 WIB
Kalender Event Banyuwangi
Menparekraf Wishnutama menghadiri peluncuran calender of event Banyuwangi di Gedung Sapta Pesona, Kemenparekraf, Rabu (8/1/2020). (Liputan6.com/Dinny Mutiah)

Liputan6.com, Jakarta - Dua negara, yakni Amerika Serikat dan Australia, diketahui mengeluarkan travel advice kepada warga negaranya yang hendak bepergian ke Indonesia. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Wishnutama menanggapi hal tersebut dengan berkoordinasi dengan beberapa pihak terkait.

"Terkait travel advisory, selama ini Indonesia selalu dalam posisi kuning, baik dari US (Amerika Serikat) atau Australia, bahka sebelum banjir terjadi. Kami berupaya supaya kembali hijau," ujar Tama di Jakarta, Rabu, 8 Januari 2020.

Menurut Tama, risiko bencana menjadi tantangan pariwisata Indonesia. Status kuning juga bisa membuat daya saing Indonesia melemah di antara negara-negara tetangga. Pasalnya, negara sekitar Indonesia, seperti Malaysia, Singapura, dan Vietnam, selama ini mendapat status hijau.

"Orang kalau berlibur, apalagi sambil bawa orang tercinta, pastinya akan bawa ke tempat yang aman, kan? Itu yang paling penting," kata dia.

Pelaksana Tugas Kabiro Komunikasi Publik Kemenparekraf Guntur Sakti menambahkan, selain berkoordinasi dengan berbagai pihak untuk memastikan jaminan keamanan bagi wisatawan, pihaknya berharap negara yang mengeluarkan travel advice, memperbarui catatan yang disampaikan. Beberapa informasi, kata dia, disebut sudah tidak lagi relevan.

"Kalau dibaca di website Australia dan AS, cerita Poso masih diangkat. Kita ingin lebih update. Kalau persoalan banjir, kan sudah hampir reda. Seharusnya (travel advice), jangan terlalu lama. Tapi kan kita tidak bisa mencampuri," jelasnya.

Ia juga berharap masyarakat, khususnya kalangan pelaku pariwisata, tidak terlalu resah dengan keluarnya travel advice. Guntur menyebut hal itu bagian dari upaya pemerintah melindungi warga negaranya, tetapi sifatnya baru imbauan.

Beda cerita bila negara sudah mengeluarkan travel warning atau banned. "Jangan terlalu khawatir kalau suatu negara mengeluarkan travel advice. Indonesia juga akan melakukan hal yang sama bila suatu hal terjadi. Coba cek, Kemenlu (Kementerian Luar Negeri) juga mengeluarkan imbauan untuk warga negara yang berada di Australia karena ada peristiwa kebakaran besar," kata dia.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Dampak Banjir Jakarta

Ciliwung Meluap, Banjir Rendam Kawasan Rawajati
Warga dievakuasi menggunakan perahu karet dari salah satu gang di Kawasan Rawajati yang tergenang banjir, Jakarta, Rabu Rabu (1/1/2020). Hujan yang mengguyur Jakarta sejak Selasa sore (31/12/2019) mengakibatkan banjir di sejumlah titik di Jakarta. (Liputan6.com/Helmi Fithriansyah)

Sementara itu, Kemenparekraf kini masih mengumpulkan data terkait dampak banjir yang melanda wilayah Jabodetabek pada awal 2020. Data yang dikumpulkan meliputi atraksi yang terdampak, amenitas terdampak, dan akses yang terdampak.

Sejauh ini, yang baru dipastikan berkaitan dengan akses terdampak. "Sebagai contoh, Bandara Halim Perdanakusumah tidak beroperasi akibat banjir lalu. Di situ jalur domestik yang terganggu, jadi yang terganggu pergerakan wisata domestik," terang Guntur.

Ia menyatakan, kesimpulan dampak banjir Jakarta terhadap pariwisata baru akan diketahui pada bulan depan. Meski begitu, ia memprediksi angkanya tidak akan terlalu signifikan mengingat periode Januari-Februari masuk kategori low season.

"Selama ini, Januari-Februari selalu begitu (low season)," kata dia.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya