Nonton dari Rumah, Terbuai Kisah Tragis Hidup Amir Hamzah dalam Teater Nyanyi Sunyi Revolusi

Amir Hamzah merupakan pujangga yang digelari Pahlawan Nasional. Kisah hidupnya diangkat dalam teater Nyanyi Sunyi Revolusi.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 02 Mei 2020, 11:30 WIB
Diterbitkan 02 Mei 2020, 11:30 WIB
[Fimela] Prisia Nasution
Pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi (Bambang E Ros/Fimela.com)

Liputan6.com, Jakarta - Kangen nonton teater? Pekan ini, Bakti Budaya Djarum Foundation bakal menyuguhkan pertunjukan teater bertajuk "Nyanyi Sunyi Revolusi".

Teater yang mengangkat kisah hidup penyair besar Amir Hamzah itu dapat disaksikan dalam dua sesi, yakni Sabtu dan Minggu, 2--3 Mei 2020, pukul 14.00 di laman resmi Indonesia Kaya, serta kanal YouTube IndonesiaKaya.

Tayangan tersebut merupakan rekaman dari pementasan pada 2 dan 3 Februari 2019 di Gedung Kesenian Jakarta. Amir Hamzah merupakan salah satu keluarga bangsawan Melayu Kesultanan Langkat, sebuah kerajaan pada masa Hindia Belanda yang terletak di Sumatra Timur.

Lewat kumpulan puisinya, Nyanyi Sunyi (1937) dan Buah Rindu (1941), nama Amir Hamzah mendapat posisi penting dalam kesusastraan Indonesia. H. B. Jassin bahkan menyebutnya sebagai Raja Penyair Pujangga Baru.

"Amir Hamzah merupakan salah satu tokoh penting dalam perkembangan bahasa Indonesia dan kecintaannya akan bahasa Indonesia dapat dilihat dari dukungan pada Sumpah Pemuda yang baru berumur dua tahun dan komitmennya untuk selalu menggunakan bahasa Indonesia dalam berbagai pertemuan dan kehidupan sehari-hari," kata Renitasari Adrian, Program Director Bakti Budaya Djarum Foundation, dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Kamis, 30 April 2020.

Ia berharap meski hidupnya penuh lika-liku, kecintaan Amir Hamzah terhadap Tanah Air tak pernah berkurang. Kontribusinya pada negeri diakui negara dengan gelar Pahlawan Nasional.

"Kami harap melalui penayangan rekaman pertunjukan ini, penikmat seni lebih mengenal sosok Amir Hamzah dan terjadinya revolusi sosial yang menjadi catatan sejarah terbentuknya republik yang kita cintai ini," ujar Renitasari.

Sosok di Balik Layar

[Fimela] Lukman Sardi - Desi Susanti
Pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi (Bambang E Ros/Fimela.com)

Naskah pementasan ini ditulis Ahda Imran, penyair yang juga dikenal menulis sejumlah naskah panggung. Pementasan disutradarai Iswadi Pratama dari Teater Satu Lampung ini menghadirkan para pemain ternama, yakni Lukman Sardi sebagai Amir Hamzah dan Tengku Tahura yang diperankan Prisia Nasution.

Dalam pentas kali ini, selain pemain yang merupakan pemain film, tergabung juga pemain teater yang sudah matang dan menjalani banyak lakon. Sri Qadariatin berperan sebagai Iliek Sundari dan tokoh Tengku Kamaliah dipercayakan pada Dessy Susanti.

Pementasan ini juga didukung tim artistik yang solid, yaitu Iskandar Loedin sebagai Penata Artistik, Retno Damayanti selaku Penata Kostum, Aktris Handradjasa yang bertanggung jawab menata rias, dan Jaeko sebagai Penata Musik.

"Bagi saya, sosok Amir Hamzah memberi pelajaran yang sangat berarti, bagaimana seseorang yang seumur hidupnya mempertahankan rasa cinta dan memaafkan di tengah hasrat membenci yang sangat kuat," ujar Lukman Sardi.

Nyanyi Sunyi Revolusi bercerita tentang Amir Hamzah dalam hubungan percintaan pada manusia dan negaranya. Semasa Amir menempuh pendidikan di Solo, ia menjalin kasih dengan seorang puteri Jawa, Ilik Sundari.

Sinopsis Cerita

[Fimela] Lukman Sardi - Sri Qadariatin
Pementasan Nyanyi Sunyi Revolusi (Bambang E Ros/Fimela.com)

Di tengah kemesraan mereka itulah Amir kehilangan ibunya, lalu ayahnya setahun kemudian. Biaya studinya lalu ditanggung Sultan Mahmud, Sultan Langkat. Paman Amir sekaligus raja kesultanan Langkat itu sejak awal tak menyukai aktivitas Amir di dunia pergerakan.

Apa yang dikerjakan Amir dianggap bisa membahayakan kesultanan. Untuk menghentikan aktivitas Amir di dunia pergerakan, ia memanggil Amir pulang ke Langkat untuk dinikahkan dengan putrinya, Tengku Puteri Kamaliah. Amir bisa saja menolak, tapi ia sadar betapa telah berhutang budi pada Sultan Mahmud.

Amir dan Ilik akhirnya dipaksa untuk menyerah, menerima kenyataan bahwa cinta kasih mereka harus berakhir. Meski keduanya masih kuat saling mencintai.

Pernikahan Amir Hamzah dan Tengku Puteri Kamaliah adalah pernikahan yang dipaksakan demi kepentingan politik. Keduanya terpaksa harus menjalani pernikahan itu meski tahu bahwa masing-masing tak saling mencintai. Kerinduan dan kehilangan Amir pada Ilik Sundari tetap kuat membekas.

Sementara diam-diam pula ternyata istri Amir, Tengku Puteri Kamaliah, mengetahui kisah cinta kasih Amir dan Ilik Sundari. Ia turut merasakan kesedihan cinta yang tak sampai itu. Pada puterinya, Teungku Tahura, ia berniat mengajak Ilik Sundari ke Mekkah naik haji bertiga bersama Amir. Bahkan, jika Amir ingin tetap menikahi Ilik Sundari, ia rela.

Tapi, sebelum semua tercapai, suasana Revolusi Kemerdekaan membawa ketidakpastian politik yang membawa kerusuhan di seluruh Langkat. Atas hasutan segolongan laskar rakyat dengan agenda politik mereka, pecahlah kerusuhan sosial.

Istana Langkat diserbu dan dijarah. Bagaimana nasib Amir Hamzah? Saksikan langsung cerita lengkapnya dengan nonton teater di rumah.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya