Cerita Akhir Pekan: Potensi Wellness and Health Tourism di Bali

Rumah sakit dan hotel dinilai berperan penting dalam pengembangan konsep wisata kesehatan di Bali.

oleh Henry diperbarui 02 Jan 2021, 10:00 WIB
Diterbitkan 02 Jan 2021, 10:00 WIB
Wisata Bali
Pura Lempuyang Luhur, Bali. (dok. Twitter @Singularity_AI)

Liputan6.com, Jakarta - Sebagai salah satu destinasi wisata favorit di Indonesia dan bahkan dunia, Bali tak hanya menawarkan keindahan alam dan beragam budayanya yang menarik. Bali juga diyakini dan bahkan sudah direncanakan menjadi salah satu destinasi wisata kesehatan di Indonesia.

Konsep wisata kesehatan kembali di Bali didengungkan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang kini dipimpin Sandiaga Uno, baru-baru ini, dengan istilah wellnes dan health tourism. Sebelumnya, konsep wisata kesehatan atau wisata medis juga pernah General Manager Indonesia Medical Tourism Board (IMTB) Bali Nusra, Putu Deddy Suhartawan pada awal November 2020.

Menurut Deddy, Bali berpotensi untuk dikembangkan sebagai tujuan wisata medis karena didukung sumber daya yang mumpuni. Lebih dari 15 rumah sakit di Bali sudah terakreditasi nasional KARS paripurna, sementara empat rumah sakit sudah terakreditasi internasional. Deddy menambahkan, jenis layanan kesehatan yang diakses wisatawan Bali beragam, tetapi yang utama adalah layanan kosmetik.

"Tapi saat itu, masing-masing rumah sakit bergerak sendiri, secara sporadis. Yang akan kita lakukan sekarang adalah untuk koordinasikan, kolaborasikan, karena rumah sakit memang memiliki fasilitas layak dijual, biasa dengan pasien asing juga. Dikombinasikan dengan hotel," terang Deddy.

Peran hotel memang penting, terutama yang menerapkan protokol kesehatan dengan baik dan konsisten, dan juga menyediakan berbagai fasilitas dan kemudahan bagi para tamu untuk menjaga kesehatan serta kebugaran.Salah satunya dilakukan The Westin Resort Nusa Dua, Bali. Mereka telah menyiapkan protokol yang akan diterapkan di setiap aspek. Mulai dari lobi, kamar, restoran, hingga tempat pertemuan (MICE).

Dalam keterangan tertulis pada Liputan6.com, Jumat, 1 Januari 2021, pihak The Westin Resort Nusa Dua, Bali telah menjalankan protokol kesehatan dijalankan sesuai dengan Panduan Pelaksanaan Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability (CHSE) yang dikeluarkan oleh Kemenparekraf secara disiplin dan konsisten.

Konsistensi tersebut berbuah hasil dengan diperolehnya Sertifikat CHSE Kemenparekraf untuk ruang lingkup Daya Tarik Wisata bagi kawasan The Nusa Dua, Bali pada awal Desember 2020. Hal itu menandakan bahwa mereka telah menjalankan standar-standar penerapan CHSE yang telah ditetapkan.

Sejak awal kedatangan tamu, protokol kesehatan sudah diterapkan, seperti karyawan hotel yang menyambut tamu tidak berdekatan karena harus menjaga jarak dan tentunya memakai masker. Begitu juga dengan para tamu yang harus memakai masker dan melakukan prosedur pemeriksaan yang cukup ketat tapi mereka tetap merasa nyaman.

Saksikan Video Pilihan di Bawah ini:

Fasilitas Kebugaran dan Kesehatan

The Westin Resort Nusa Dua, Bali
The Westin Resort Nusa Dua, Bali (dok. Instagram @westinbalihttps://www.instagram.com/p/Bt5RHWvh2O4/Putu Elmira)

Berbagai fasilitas dan transaksi juga dapat dilakukan secara online atau contactless, seperti saat melakukan check-in dan membuka pintu kamar. Beberapa peralatan di kamar juga dibungkus dengan plastik agar lebih higienis. Begitu juga dengan fasilitas di sekitar hotel seperti tempat duduk untuk bersantai di tepi pantai juga diatur jaraknya agar tidak terlalu berdekatan.

Selain itu ada berbagai fasilitas untuk menjaga kebugaran dan kesehatan, seperti fitness studio dan tempat spa. Para tamu juga bisa melakukan jogging di kawasan hotel karena ada area khusus untuk berlari sambil menikmati pemandangan alam di sekitar hotel. Lalu ada juga fasilitas untuk berselancar dan bermain voli pantai.

Protokol kesehatan ketat tapi tetap nyaman juga diterapkan di Sheraton Bali Kuta Resort.  Tamu hotel wajib memakai masker, mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir.  Hotel yang tak jauh dari Pantai Kuta itu, melengkapi kamar-kamarnya dengan hand sanitizer. Sehingga saat masuk kamar, Anda bisa membersihkan tangannya dengan cairan antiseptik yang diyakini bisa membunuh kuman atau virus penyakit.

Dalam keterangan yang dikirim pada Liputan6.com, Jumat, 1 Januari 2021, penyajian alat makan pun menjadi salah satu bagian yang tidak terlepas dari penerapan protokol kesehatan di Sheraton Bali Kuta Resort. Pihak restoran benar-benar menjaga higenitas sendok, garpu, pisau, piring, sampai gelas dengan prosedur kebersihan untuk membunuh bakteri dan virus berbahaya.

Untuk menjaga kebugaran dan kesehatan, para tamu bisa mencoba fasilitas spa, tempat fitness dan kolam renang. Semuanya tetatp dibuka selama pandemi ini, termasuk tempat fitness yang buka selama 24 jam sehari. Tentunya semua fasilitas tersebut tetap menerapkan protokol kesehatan seperti dengan membatasi jumlah pengunjung.

Malaysia, Singapura atau Bali?

Rileksasi Optimal untuk Atasi Jet lag
Shine Spa hadirkan rileksasi ptimal untuk meminimalisir efek jet lag yang ganggu aktivitas harianmu. (Foto: Sheraton Bali, Kuta)

Rencana menjadikan Bali sebagai tempat wisata kesehatan juga didukung pengamat pariwisata Robert Alexader Moningka. Menurut pria yang juga mengajar di Politeknik Sahid ini, Bali punya modal utama selain mempunyai banyak fasilitas kesehatan sepert rumah sakit kelas internasional, yaitu kesiapan menerima wisatawan domestik maupun luar negeri.

"Wacana ini memang sudah lama karena Bali punya modal yang cukup pantas untuk dijadikan wisata kesehatan, terutama di kawasan Nusa Dua karena punya banyak fasilitas standar internasional. Tinggal bagaimana membuat konsep yang pas dan matang, karena selama ini imej banyak orang tentang Bali adalah wisata leisure bukan kesehatan," jelas Bob saat dihubungi pada Jumat, 1 Januari 2021.

"Kalau memang dipersiapkan dengan matang ini bisa jadi pilihan yang bagus, Kalau saya pribadi, disuruh memilih destinasi wisata kesehatan antara ke Malaysia, Singapura dan Bali, saya lebih memilih Bali, karena lebih ringkas dan mudah, dan tentunya karena masih di Indonesia," sambungnya.

Tentunya, ada banyak hal yang mesti dipersiapkan seperti mempunyai tenaga medis atau dokter yang terpercaya dan berpengalaman seperti terdapat di Malaysia dan Singapura.

"Saya pernah ikut tur wisata kesehatan di Malaysia, dan memang disana fasilitas dan dokter-dokternya punya reputasi internasional. Begitu juga dengan rumah sakitnya, seperti rumah sakit ibu dan anak yang konsepnya seperti di mal jadi bikin orang betah berlama-lama, bahkan anak-anak suka main di sana karena suasananya tidak seperti di rumah sakit," ujar Bob.

Selain itu, Bob menyoroti istilah wellness dan health tourism yang menurutnya agak berbeda. Menurut Bob, health tourism atau wisata kesehatan lebih identik dengan orang-orang yang ingin berobat atau sekadar melakukan cek kesehatan sambil berwisata atau jalan-jalan. Sementara wellness lebih pada pengalaman berwisata yang punya makna luas.

Pulang Liburan jadi Lebih Bugar

[Fimela] Ilustrasi rumah sakit
ilustrasi rumah sakit | pexels.com/@oles-kanebckuu-34911

"Wellness itu sampai sekarang agak sulit maknanya dalam bahasa Indonesia, yang paling mendekati itu kebugaran. Tapi kebugaran itu hanya salah satu unsur dari konsep wellness tourism yang sudah ada di berbagai negara Eropa dan Amerika, dan juga sudah ada di beberapa negara Asia, seperti Singapura. Wellness tourism itu mengutamakan body, mind and soul kita," terangnya.

Bob menambahkan, mereka yang memilih wellness tourism setelah menjalani liburan, bukan saja fisik mereka yang bugar, tapi juga pikiran dan jiwa mereka, karena mendapatkan pengalaman yang sangat berarti selama berwisata.

"Banyak orang kita setelah pulang liburan merasa lelah dan malas bekerja. Nah kalau di wellness tourism, setelah pulang liburan mereka justru jadi lebih bugar, berpikiran positif, makin semangat bekerja atau belajar dan cenderung melakukan hal-hal positif yang didapat selama liburan, seperti tidak membuang sampah sembarangan. Itu karena saat jalan-jalan ke pantai kita tidak membuang sampah sembarangan," ucap Bob.

"Di Indonesia memang belum banyak, bahkan saya dan beberapa pelaku wisata dan ada juga dari Kemenparekraf baru saja mendirikan Komunitas Wellness Indonesia di bulan November kemarin. Ini dalam rangka mewujudka wellness tourism tadi dan fokus utama kita nantinya adalah di Jawa dan Bali lebih dulu karena lebih potensial," lanjutnya.

Nantinya wellness tourism ini akan diadakan oleh agen perjalanan dengan berbagai program yang lebih mengutamakan gaya hidup sehat, termasuk soal makanan dan kegiatan yang dilakukan selama berwisata.

Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi

Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 5 Tips Liburan Aman Saat Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya