Ritual Berbaring di Peti Mati untuk Tingkatkan Kekayaan dan Hilangkan Stres di Thailand

Banyak orang yang mengikuti ritual berbaring di peti mati, meski harus membayar.

oleh Komarudin diperbarui 07 Feb 2021, 13:32 WIB
Diterbitkan 07 Feb 2021, 13:32 WIB
Ilustrasi mimpi, peti mati
Ilustrasi mimpi, peti mati. (Photo by Jazella on Pixabay)

Liputan6.com, Jakarta - Sejumlah warga Thailand mempunyai ritual unik belakangan ini. Untuk memperbaiki kekayaan dan menghilangkan tekanan hidup akibat corona Covid-19, mereka rela membayar dan berbaring di peti mati.

Kuil Wat Bangna Nai di ibu kota Thailand menarik lebih dari 100 orang setiap hari. Mereka memilih untuk mengadakan upacara dengan harapan dapat meningkatkan keberuntungan atau mengawali hal yang baru, seperti dilansir dari laman Hindustan Times, Sabtu, 6 Februari 2021.

Di sebuah kuil di pinggiran kota Bangkok, para peserta ritual harian memegang seikat bunga. Selanjutnya, mereka berbaring di peti mati dengan sehelai kain menutupi mereka saat para biksu bernyanyi.

Bagi beberapa orang, dengan tidur di peti mati sambil menggenggam bunga bisa mengatasi tekanan hidup selama pandemi corona Covid-19.

"Saya harus mengakui bahwa saya stres akhir-akhir ini karena penghasilan saya berkurang karena pandemi dan saya yakin semua orang di sini merasakan hal yang sama," kata Nutsarang Sihard, seorang pemilik warung berusia 52 tahun, yang ambil bagian dalam upacara tersebut.

Ikuti cerita dalam foto ini https://story.merdeka.com/2303605/volume-5

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.

Saksikan video pilihan di bawah ini:


Bayar 100 Bath

[Bintang] Thailand
Mata uang Thailand, Bath. foto: anehdidunia.com

Peserta membayar 100 baht atau Rp50 ribu untuk bunga, lilin, dan pakaian yang menjadi bagian dari upacara. Mereka mengikuti instruksi para biksu, dengan berbaring di peti mati dengan kepala menghadap ke barat, arah tubuh dikuburkan, sebelum berpindah sisi untuk melambangkan kelahiran kembali.

“Saya merasa seperti terlahir kembali, hidup kembali dan menjadi orang baru,” kata Nutsarang.

Peserta lain pada upacara tersebut, Chonlathit Nimimenwai mengatakan dia hadir karena seorang peramal mengatakan kepadanya bahwa hidupnya dalam bahaya. Hal itu membuatnya merasa stres. Oleh karena itu, ia ikut ritual itu agar bisa merasa lebih baik.

Banyak kuil di Thailand mengadakan upacara serupa dan Prakru Prapath Waranukij, seorang biksu yang melakukan upacara ini, mengatakan bahwa meskipun ritual tersebut mendapat beberapa kritik secara online, dia merasa penting untuk merenungkan kematian. Bagi Prakru, ritual tersebut akan mengingatkan orang bahwa suatu hari kita akan mati. Jadi, orang harus hati-hati untuk menjalani hidup.


Wuhan Kota Mati Akibat Virus Corona

Infografis Wuhan Kota Mati Akibat Virus Corona.
Infografis Wuhan Kota Mati Akibat Virus Corona. (Liputan6.com/Triyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya