Menjadi Benar atau Menjadi Bahagia, Mana yang Lebih Penting?

Liputan6.com, Jakarta - Pernyataan hidup hanya sekali, tak jarang membuat orang untuk lebih menikmati hidup. Tidak ada yang salah dengan hidup menjadi benar maupun bahagia.

Beberapa orang berpikir bahwa menjadi benar adalah hal yang sulit untuk diterima dan menjadi bahagia adalah hal yang sulit untuk didapatkan. Lantas, mana yang lebih penting?

Dilansir dari laman Harveker, Rabu, 17 Februari 2021, menjadi benar tidak selalu berarti bahagia, tetapi jika Anda bahagia, tidak masalah siapa yang benar atau salah. Menjadi benar tidak begitu penting dalam suatu pertimbangan keadaan.

Meski terkadang berbuat kesalahan, hal ini yang harus Anda alami untuk belajar melakukan satu hal dengan benar, dan kemudian menjadi lebih bahagia. Menjadi benar sebenarnya butuh tindakan lebih besar.

Ketika sedang berdiskusi dengan seseorang, dan dia mengatakan sesuatu yang tidak benar. Lalu, dengan menantang membuktikan kebenaran atas ucapan seseorang yang salah. Tetapi kebanyakan orang tidak ingin disalahkan, dan banyak yang tidak ingin mengakui kesalahnya.

Sebaliknya, menjadi bahagia sebenarnya datang dari dalam diri sendiri. Biasanya dengan bepergian dan berlibur, membelanjakan uang, atau berkumpul bersama kerabat terdekat dapat mendapatkan kebahagiaan. Faktanya, orang yang paling benar adalah orang yang paling sengsara di dunia.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Seseorang yang selalu harus benar biasanya hanya melampiaskan ketidakbahagiaanya mereka pada orang lain. Ketika melakukan kesalahaan, terkadang Anda harus belajar dari kesalahan bagaimana melakukannya dengan benar, dan kemudian menjadi lebih bahagia.

Jadilah seseorang yang benar atau bahagia. Kini, ubah semuanya dengan rasa bersyukur, karena rasa syukur berperan penting dalam mewujudkan sebuah kebenaran dan kebahagiaan.

Anda hanya harus menghargai sesuatu yang sudah dimiliki saat ini. Jika tak pandai bersyukur, Anda akan selalu mencari sesuatu hal yang lebih banyak lagi dan tidak peduli dengan seberapa banyak yang sudah dimiliki. (Muhammad Thoifur)