Liputan6.com, Jakarta - Mantan Menteri Kebudayan dan Pariwisata periode 2000--2004, I Gede Ardika, telah berpulang pada Sabtu, 20 Februari 2021. Kepergiannya dilepas dengan upacara penghormatan di DOM Sekolah Tinggi Pariwisata (STP) Bandung, Jawa Barat.
Upacara penghormatan kenegaraan dimulai pukul 08.08 WIB, sesaat setelah mobil ambulans yang membawa mendiang I Gede Ardika tiba dari Rumah Duka Santo Borromeus, Bandung. Suasana haru sekaligus khidmat terasa, terlebih ketika peti jenazah diselimuti bendera Merah Putih.
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno bertindak sebagai instruktur upacara. Dalam pidato, ia memuji sosok I Gede Ardika yang berperan besar dalam mengembangkan pariwisata berkelanjutan dan bertanggung jawab di Indonesia.
Advertisement
"Kita melihat juga keberpihakan beliau terhadap penciptaan lapangan kerja di sektor pariwisata," kata Sandi dalam rilis yang diterima Liputan6.com, Senin (22/2/2021).
Baca Juga
Sandi membeberkan sejumlah pencapaian dan hasil kerja keras I Gede Ardika semasa hidupnya untuk memajukan sektor pariwisata dan ekonomi kreatif di Tanah Air. Di antaranya Undang Undang nomor 10 tahun 2009 tentang Kepariwisataan dan Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia (SKKNI) sektor pariwisata yang ditetapkan pada 2004.
"Beliau juga mencetuskan gagasan mengenai pariwisata berbasis desa dan desa wisata yang banyak berkembang. Itu merupakan warisan yang beliau juga presentasikan pada sidang umum UNWTO (United Nations of World Tourism Organization) di Santiago, Chile tahun 1999. Desa wisata ini juga jadi program unggulan kita pada saat ini," katanya.
I Gede Ardika, kata Sandi, juga menetapkan dasar yang kuat dalam pembangunan kepariwisataan nasional yang lekat dengan khazanah budaya dan kekayaan alam. Pria kelahiran Singaraja, Bali, 15 Februari 1945 itu dinilai berpandangan luas tentang kepariwisataan berkelanjutan dalam praktik pembangunan nasional untuk menjadikan Indonesia sebagai destinasi pariwisata berkualitas.
Hal tersebut dituangkannya dalam buku berjudul Pariwisata Berkelanjutan, Rintis Jalan Lewat Komunitas yang diluncurkan pada 2008.
"Dalam buku yang jadi pegangan kita semua ini, beliau menyampaikan gagasan tentang dunia pariwisata ke depan. Beliau mengupas bagaimana pembangunan pariwisata di Indonesia yang semestinya bertumpu pada prinsip-prinsip, serta cita-cita sebagai bagian dari pembangunan nasional," jelas Menparekraf.
Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:
Penyebab Meninggal Dunia
Sandi juga menuturkan jasa besar I Gede Ardika dalam mengharumkan nama pariwisata dan kebudayaan Indonesia di kancah Internasional. Hal ini terbukti dengan diakuinya keris sebagai warisan budaya dunia oleh UNESCO pada 25 November 2005.
"Almarhum Bapak I Gede Ardika juga ikut andil dalam menetapkan Tourism Occupational Skill Standard (TOSS) di tingkat APEC (Asia-Pacific Economic Cooperation) pada 2000. Selain itu, SKKNI Pariwisata juga ditetapkan sebagai common competency standard di tingkat ASEAN pada 2012," tutur Sandi.
Hingga akhir hayatnya, I Gede Ardika masih tercatat sebagai anggota World Committee on Tourism Ethics yang mewakili kawasan Asia Pasifik di UNWTO sejak 2007. Sandi mewakili seluruh jajaran pejabat di Kemenparekraf/Baparekraf mengungkap rasa terima kasih setinggi-tingginya pada mendiang I Gede Ardika.
"Di akhir masa hidup almarhum, sungguh amat lengkap capaian yang patut kita teladani bersama. Karya yang nyata, prestasi unggul, puncak karier dan intelektualitas, juga kedalaman spiritualitas yang menginspirasi," ucap Sandi.
Sementara, adik mendiang I Gede Ardika, I Gede Ardita, menuturkan, sang kakak wafat akibat penyakit leukimia yang dideritanya sejak 2019. "Kami mengucapkan terima kasih pada berbagai pihak yang telah mendukung almarhum semasa hidupnya," ucap I Gede Ardita.
Upacara penghormatan itu dihadiri pula oleh mantan Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2011--2014, Sapta Nirwandar, Mantan Menteri Pariwisata periode 2014--2019, Arief Yahya, dan mantan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif periode 2011--2014, Mari Elka Pangestu, yang hadir secara daring.
Setelah upacara penghormatan, almarhum akan dikremasi di TPU Cikadut, Cicaheum, Kota Bandung dan dilanjutkan dengan pendem abu di Gunung Bohong, Cimahi.
Advertisement