Layanan Isi Ulang Kebutuhan Rumah Tangga ala Siklus Refill, dari Sabun sampai Sampo

Ada dua tujuan yang ingin dicapai Siklus Refill lewat bisnis isi ulang produk-produk kebutuhan rumah tangga. Salah satunya terkait kemasan plastik sekali pakai.

oleh Liputan6.com diperbarui 01 Mar 2021, 17:02 WIB
Diterbitkan 01 Mar 2021, 17:02 WIB
Layanan Isi Ulang Kebutuhan Rumah Tangga ala Siklus Refill, dari Sabun sampai Sampo
Layanan isi ulang Siklus Refill. (dok. Instagram @siklusrefill/ https://www.instagram.com/p/CLJnqIWAK5X/?igshid=134i7xfpvuarn / Melia Setiawati)

Liputan6.com, Jakarta - Pernahkah Anda menghitung berapa banyak sampah kemasan yang dihasilkan dari belanja kebutuhan rumah tangga bulanan? Atau, pernahkah Anda frustasi dengan niat mengurangi sampah kemasan tapi tak bisa dilaksanakan karena tak punya aksesnya?

Berangkat dari hal itu, sebuah perusahaan rintisan bernama Siklus Refill membuka ritel tanpa menggunakan kemasan plastik. Konsumen bisa membeli kebutuhan rumah tangga sehari-hari dengan membawa tempat sendiri.

"Siklus memanfaatkan kemajuan teknologi untuk menemukan kembali masa depan ritel Indonesia melalui model bisnis yang memungkinkan pengusaha mikro menjual barang konsumen isi ulang dalam kemasan yang dapat digunakan kembali," kata Kepala Pemasaran Siklus Refill AJ Lee, kepada Liputan6.com, Sabtu, 27 Februari 2021.

Hadir sejak April 2020, Siklus Refill didirikan seorang warga Jerman bernama Jane von Rabenou. Kemunculannya bertujuan untuk menanggulangi masalah sampah plastik sekaligus memenuhi kebutuhan warga sehari-hari dengan harga lebih terjangkau bagi masyarakat berpenghasilan terbatas.

Ada dua model yang diterapkan oleh Siklus Refill dalam operasionalnya. Pertama adalah warung berjalan yang penjualnya mendatangi kawasan berpenghasilan rendah hingga menengah. Sesuai namanya, penjual menawarkan layanan isi ulang untuk sejumlah produk, seperti sampo, perawatan tubuh, produk pembersih, dan kopi.

Harganya diklaim 10 persen lebih murah dibandingkan membeli produk kemasan baru. Syaratnya, konsumen harus membawa wadah sendiri. Penjual lalu akan mengisi ulang produk yang dibeli lewat mesin dispenser yang tersedia.

"Teknologi dispenser kami cepat, tepat, dan tahan banting. Melalui warung berjalan, teknologi dispenser kami menyediakan hak milik, dan aplikasi yang menghubungkan pelanggan, pengusaha mikro, dan distributor FMCG," ucap AJ.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan Berikut Ini:

Sudah Ada di Mana Saja?

Layanan Isi Ulang Kebutuhan Rumah Tangga ala Siklus Refill, dari Sabun sampai Sampo
CEO dan founder Siklus Refill Jane von Rabenou bersama dan Kepala Operasi Siklus Refill Alif. (dok. pribadi)

Warung berjalan Siklus memanfaatkan sepeda motor. Sementara, model operasional kedua adalah dengan menempatkan mesin isi ulang di beberapa warung dan minimarket di sekitar DKI Jakarta.

Sejauh ini, Siklus sudah menjalin kerja sama dengan beberapa perusahaan, seperti P&G, Nestle, Total, dan Wings. Tak hanya itu, Siklus juga menjalankan beberapa proyek untuk mempromosikan penjualan isi ulang. 

Saat ini, Siklus baru hadir di DKI Jakarta dan sekitarnya. Alif mengaku tidak terburu-buru ekspansi karena ingin menyempurnakan model bisnis dengan bermitra melalui perusahaan FMCG lokal dan global terkemuka, sekaligus, mengumpulkan informasi yang cukup dari konsumen sebagai basis data untuk pengambilan keputusan.

"Kami berencana untuk melakukan ekspansi ke daerah dan kota lain di Indonesia akhir tahun ini," ujar AJ.

"Siklus menghasilkan penghematan biaya bagi pelanggan, peluang pendapatan baru bagi pengusaha mikro, dan manfaat lingkungan dengan menghilangkan kemasan plastik atau saset sekali pakai," imbuhnya.

Namun, bukan hal mudah mendekati konsumen kelas menengah ke bawah. Alif mengungkapkan kebiasaan menggunakan kemasan sekali pakai atau saset masih melekat kuat pada mereka. "Karena kemasan jenis ini sudah dipakai turun-temurun di Indonesia dan sudah menjadi kebiasaan," kata AJ.

Ia berharap layanan tersebut bisa turut mengubah perilaku konsumen terkait plastik kemasan sekali pakai secara permanen. "Kami bertujuan untuk mencegah 200 juta kemasan plastik atau saset untuk memasuki lautan dan menghemat 2,5 juta dolar bagi pelanggan berpenghasilan rendah di Indonesia saja," ucap AJ. 

Bagi Anda yang berminat untuk berhenti menggunakan kemasan plastik dan bijak dalam belanja kebutuhan rumah tangga dengan menggunakan Siklus,  cukup unduh aplikasi tersebut di ponsel Anda lalu ikuti langkah-langkahnya dan pesanan Anda akan diantar sampai depan rumah. (Melia Setiawati)

Infografis Timbulan Sampah

Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi
Infografis Timbulan Sampah Sebelum dan Sesudah Pandemi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya