Cara Menurunkan Berat Badan dengan Puasa Intermiten, Apa Saja yang Mesti Dipahami?

Puasa intermiten sendiri punya banyak variasi, salah satunya adalah metode diet Eat Stop Eat.

oleh Asnida Riani diperbarui 06 Mar 2021, 03:02 WIB
Diterbitkan 06 Mar 2021, 03:02 WIB
Cerita Akhir Pekan: 6 Jenis Diet Terpopuler Sepanjang 2020
Ilustrasi diet untuk menurunkan berat badan. (dok. Ketut Subiyanto/Pexels/Brigitta Bellion)

Liputan6.com, Jakarta - Karena tidak bisa sama rata bagi semua orang, Anda harus pandai-pandai memilih metode diet. Bagi Anda yang tengah berkeinginan menurunkan berat badan, tak ada salahnya manjajal metode puasa intermiten.

Melansir laman Times of India, Rabu, 3 Maret 2021, praktik ini umumnya menggunakan interval diet 5:2, diet 16:8, serta makan dengan batasan waktu. Berbagai jenis diet puasa intermiten diklaim telah berhasil menurunkan berat badan sebagian pelakunya.

Untuk berhasil, Anda harus pahami beberapa poin dasar tentang pola makan satu ini. Saat mengikuti puasa intermiten, seseorang harus menjalani waktu yang lama tanpa makan.

Periode ini terkadang 14 jam, namun sewaktu-waktu bisa 16 jam, tergantung pada rencana Anda. Bila diperbolehkan makan, Anda boleh makan apa pun yang Anda suka. Tapi, mesti membatasi konsumsi makanan cepat saji dan makanan manis.

Salah satu jenis puasa intermiten adalah diet Eat Stop Eat. Menurut penemunya, Brad Pilion, jenis diet ini mencakup puasa selama 24 jam dua kali seminggu. Kemudian, makan dengan penuh kesadaran selama lima hari berikutnya.

Dalam lima hari ini, Anda tidak harus diet. Anda bisa makan tiga kali, empat kali, bahkan berapa pun makanan yang Anda inginkan dalam sehari.

Diet ini bekerja seperti versi diet puasa intermiten lain. Ini membantu mengurangi jumlah kalori keseluruhan yang Anda konsumsi. Nyatanya, sangat sulit untuk memasukkan jumlah kalori yang biasanya Anda makan dalam seminggu ketika hanya punya waktu lima hari.

 

**Ibadah Ramadan makin khusyuk dengan ayat-ayat ini.

Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:

Bagaimana Puasa Intermiten Berpengaruh pada Tubuh

makan sehat
ilustrasi diet/Photo by Valeria Boltneva from Pexels

Saat mulai berpuasa selama 24 jam dua kali seminggu, akan sedikit sulit bagi Anda untuk makan berlebihan. Pasalnya, perut Anda menyusut setelah berpuasa. Saat menambah masa puasa, tubuh Anda harus menggunakan simpanan glikogen dari karbohidrat dan lemak sebagai bahan bakar.

Ketika tubuh menggunakan glukosa dan glikogen yang tersimpan, ia beralih ke keadaan ketogenik dan membakar lemak untuk bahan bakar. Inilah sebabnya puasa berjam-jam diklaim lebih baik dalam hal penurunan berat badan.

Karena mengonsumsi lebih sedikit kalori dari biasanya, Anda kemungkinan besar akan menurunkan berat badan. Tapi, diet Eat Stop Eat tidak selalu lebih baik atau lebih buruk dari versi puasa intermiten lainnya.

Diet intermiten sulit diikuti jika Anda memiliki kebiasaan makan banyak dalam sehari. Diet ini tidak berbahaya, tapi mungkin juga tidak mengarah pada penurunan berat badan dalam jangka panjang.

Jika merasa dapat menjalani hidup tanpa makanan selama 24 jam, Anda dapat mencoba diet tersebut. Jika tidak, Anda bisa mencari versi alternatif diet yang lebih mudah diikuti. Jangan lupa untuk tetap berkonsultasi dengan ahli gizi untuk mengidentifiksi apakah pola makan ini aman untuk tubuh Anda.

Infografis 5 Alasan Diet Tidak Berjalan Lancar

Infografis 5 Alasan Diet Tidak Berjalan Lancar
Infografis 5 Alasan Diet Tidak Berjalan Lancar. (Liputan6.com/Lois Wilhelmina)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya