Liputan6.com, Jakarta - Pandemi COVID-19 telah membuat banyak sektor bisnis berhadapan dengan situasi yang belum pernah ada sebelumnya, seperti lockdown. Mau tidak mau, adaptasi harus dilakukan demi tetap memastikan pesanan di tengah berbagai keterbatasan.
Sejumlah restoran di Malaysia, misalnya. Melansir South China Morning Post, Selasa 20 Juli 2021, restoran di Negeri Jiran mengandalkan bantuan dari pemerintah dan memanfaatkan teknologi, salah satunya beralih ke aplikasi pengiriman makanan, untuk bertahan di tengah pandemi global.
Advertisement
Baca Juga
Salah satunya adalah restoran bernama Crackhouse Comedy Club. Berlokasi di kawasan kelas atas Taman Tun Dr Ismail di Kuala Lumpur, restoran itu terpaksa tidak menerima pengujung makan di tempat.
Rizal Van Geyzel, pemilik restoran, menjelaskan bahwa, semula, untuk bertahan dalam kondisi tersebut selama berbulan-bulan, mereka mengandalkan bantuan dari pemerintah. Namun, itu tidak jadi satu-satunya opsi.
"Kami punya dua pilihan. Beralih ke ranah digital, seperti yang dilakukan banyak orang, atau masuk ke bisnis makanan," kata Van Geyzel.
Saksikan Video Pilihan di Bawah Ini:
Beralih ke Bisnis Makanan
Di masa seperti sekarang, Van Geyzel menganggap lebih mungkin beralih ke bisnis makanan. Pasalnya, bahkan setelah pandemi berakhir, bisnis makanan akan tetap bertahan jika dikelolah dengan benar. Maka itu, ia berinovasi pada pengiriman makanan.
Dengan dominasi makanan Eropa, yakni pizza, ia menambahkan klip lelucon "satu menit gratis oleh headliners masa lalu" dengan setiap pesanan. Hasilnya, ada lonjakan permintaan dari para pembeli.
Van Geyzel menyebut, ada peningkatan hingga 60 persen peminat untuk makanan dibanding dengan penjualan tiket pertunjukan saat lockdown.
Inovasi bisnis pengirim pizza penuh waktu tak masuk akal secara finansial. Meski begitu, Crackhouse Comedy Club setidaknya dapat membayar tagihan untuk saat ini.
"Tak masalah berapa lama waktu yang dibutuhkan industri untuk pulih. Saat ini, kami hanya akan terus melakukan pengiriman karena setidaknya bisa membantu kami membayar listrik, air, dan menjaga oven tetap menyala,” kata Van Geyzel.
Advertisement
Restoran Lainnya
Sementara itu, bisnis makanan Ricotta yang berlokasi di pinggiran Damansara Heights Kuala Lumpur punya pelanggan berbeda. Pemilik restoran, Ivan Chong Han, menjelaskan bahwa bisnisnya tidak seperti beberapa restoran yang memiliki aliran pendapatan tetap.
Ketika lockdown, ia tidak punya pilihan selain merumahkan staf dan menjalankan seluruh operasi sendirian. Kemudian, ia memiliki masalah awal, yakni mencari kemasan untuk melindungi keju buatan yang lembut.
"Untuk mengatasinya, saya memasukkan 30 persen komisi pengiriman yang diambil penyedia layanan e-hailing Grab per pengiriman," kata Chong Han.
Pinjaman pemerintah pun telah membantu usahanya. Saat ini, usahanya beroperasi dengan model kemitraan masyarakat, dan berharap ke depan akan lebih baik. (Muhammad Thoifur)
Infografis Cara Aman Pesan Makanan via Online dari COVID-19
Advertisement