Wanita Pemandu Karaoke Singapura Klaim Banyak Pramugari Nyambi di Tempat Karaoke Selama Pandemi

Dugaan kehadiran pramugari maskapai penerbangan Singapura yang menjadi pemandu tamu di tempat karaoke itu dihubung-hubungkan dengan klaster KTV.

oleh Henry diperbarui 01 Agu 2021, 21:20 WIB
Diterbitkan 01 Agu 2021, 21:01 WIB
Tempat Kerja di Jepang
Ilustrasi tempat karaoke KTV. (Toshifumi KITAMURA/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Pada pertengahan Juli 2021, Singapura melaporkan 172 kasus baru Covid-19 di negara tersebut, Jumlah tersebut terdiri dari 116 infeksi terkait dengan klaster Pelabuhan Perikanan Jurong dan 20 kasus terkait dengan klaster KTV (Karaoke TV). Siapa sangka kalau klaster KTV itu dihubung-hubungkan dengan pramugari maskapai penerbangan negara itu.

Masa pandemi memang mengubah segalanya, termasuk dunia penerbangan. Para awak kabin, termasuk pramugari, banyak yang kehilangan pekerjaan atau masih menjalani pekerjaan tapi hanya sesekali terbang. Selama tidak bekerja, beberapa dari mereka diklaim bekerja di sejumlah KTV sebagai hostess atau pemandu tamu.

"Sebenarnya ada cukup banyak gadis S** yang bekerja di KTV," ungkap Amy--bukan nama sebenarnya--mengenai dugaan adanya pramugari sebagai pemandu tamu karaoke plus plus di Singapura, seperti dilansir dari Asiaone, 30 Juli 2021. Amy termasuk salah seorang pemandu tamu di sebuah KTV.

Wanita berusia 30-an tahun ini mengungkapkan dugaan tentang pramugari maskapai itu pada Asiaone, baru-baru ini. Ia mengatakan, sekarang sudah jadi hal biasa melihat para pramugari berprofesi ganda, yaitu sebagai pemandu tamu tempat karaoke.

Amy mulai bekerja di KTV pada Januari lalu. Ia mengaku diajak dan diperkenalkan oleh seorang teman. Namun yang mengejutkannya adalah kehadiran gadis-gadis pramugari di ruang tunggu KTV.

Dia memperhatikan bahwa gadis-gadis ini diperlakukan sebagai komoditas berharga oleh pemilik dan pelanggan KTV. Mereka biasa disebut Singapore Girl atau S** Girls.

Menurut Amy, di dalam KTV ada dua ruang tunggu. Satu untuk wanita Singapura 'normal' dan satu lagi untuk pramugari. "Gadis-gadis S** memiliki "tarif yang biasanya lebih tinggi daripada gadis-gadis Singapura normal," ucapnya.

Amy menambahkan, "Jika pelanggan lebih memilih pramugari S** itu berarti dia harus mempertahankan standarnya. Mirip dengan apa yang biasanya dia lakukan sebagai pramugari." Meski begitu, AsiaOne tidak dapat memverifikasi secara independen bahwa pramugari yang bekerja di KTV tersebut adalah pramugari maskapai tersebut.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Saksikan Video Pilihan Berikut:

Mudah Mendapatkan Uang

Negara Wisata Murah di Asia
Singapura / Sumber: Pixabay

Wanita yang bekerja di ruang tunggu KTV, selain berasal dari Singapura, banyak juga yang berasal dari China, Thailand, dan Vietnam. Mereka umumnya berusia antara 18 dan 40 tahun. Amy melihat peningkatan jumlah hostess lokal di KTV akhir-akhir ini meningkat drastis, dari nol menjadi lebih dari 100.

Lonjakan angka ini bisa jadi karena iming-iming penghasilan tinggi dalam waktu singkat. Seorang wanita pemandu bisa menghasilkan antara 300 dan 500 dolar Singapura atau sekiatr Rp3.1 juta sampai Rp5,2 juta per malam dari minum dengan pelanggan selama tiga hingga empat jam. Tapi, tugas mereka bisa lebih dari sekadar pemandu karaoke.

"Penghasilan mereka dalam semalam bisa mencapai 1.000 dolar AS (sekitar Rp10,6 juta). Jika mereka ingin melangkah lebih jauh untuk mendapatkan tip tambahan bisa dengan menawarkan "layanan rahasia" di luar KTV," ungkap Amy. Sebagai orangtua tunggal dan punya dua anak yang harus dicukupi kebutuhannya, Amy mengakui bekerja sebagai pemandu KTV adalah hal termudah dalam mendapatkan uang.

Ditambah lagi, waktunya fleksibel dan jam kerjanya lebih pendek. Ia akan berusaha menghibur pelanggan sebanyak mungkin dalam satu malam. Amy mengamati para tamu bisa menghabiskan setidaknya 800 dolar Singapura di ruang KTV, bahkan ada yang menghabiskan sampai 7.000 dolar Singapura atau sekitar Rp73 juta.

Mengingat betapa mahalnya biaya menghabiskan malam di KTV, tidak mengherankan jika pelanggan tetap disamakan dengan "bos perusahaan atau pengusaha yang menjalankan bisnis mereka sendiri. "Mengunjungi KTV bagi kebanyakan pelanggan merupakan pelarian dari kenyataan atau masalah yang dihadapi."Mereka mungkin tidak memiliki hubungan yang sangat baik di rumah dan mereka cenderung mencari kebahagiaan di KTV," kata Amy lagi.

Gerai kehidupan malam di Singapura masih banyak yang tutup sejak Maret tahun lalu, tapi beberapa tempat hiburan seperti KTV tetap buka dengan sejumlah pembatasan. Karena itu, sebagian KTV buka secara sembunyi-sembunyi alias ilegal.  Tak hanya untuk berkaraoke, para tamu juga biasa berkumpul dengan teman-temannya sambil menyantap makanan.

Klaster Covid-19

Hawker Centre Singapura
Suasana Hawker Centre di Singapura (Credit: AFP/Roslan Rahman)

"Tempat itu berubah menjadi semacam bistro. Jika Anda mengunjungi KTV, kini sepertinya wajib untuk memesan makanan sebelum melakukan hal-hal lainnya," lanjut Amy. Dengan semakin bertambahnya pengunjung dan tempat KTV pun semakin padat, hal itu akhirnya mengarah pada klaster Covid-19 yang muncul pada Juli 2021.

Sudah menjadi rahasia umum bahwa gerai-gerai karaoke ini juga menjadi sarang bagi pekerja seks komersial (PSK) untuk menawarkan jasa mereka. PSK ini mayoritas berasal dari China dan Vietnam yang datang ke Singapura dengan menggunakan visa turis selama 30 hari.

Mereka bergaya seperti pramuria, para wanita ini hilir-mudik dari satu ruangan ke ruangan karaoke untuk mencari target pria yang akan mereka temani. Pihak kementerian Singpaura mengatakan mereka tengah menyelidiki penularan di antara pramuria asal Vietnam yang sering mengunjungi tempat karaoke KTV.  Mereka juga menawarkan tes Covid-19 gratis bagi siapa pun yang kemungkinan terpapar.

Singapura belum membuka lagi gerai-gerai karaoke KTV dan otoritas setempat mengatakan tempat-tempat di mana virus menyebar dioperasikan sebagai gerai makanan dan minuman. Menteri Kesehatan Ong Ye Kung mengatakan polisi akan bertindak tegas terhadap para pelanggar. Namun, Ong mengatakan belum ada rencana untuk kembali mengetatkan pembatasan Singapura yang sudah dilonggarkan, setelah penemuan klaster tersebut.

Meski begitu, Amy menganggap itu tidak adil. "Semua orang, termasuk pemandu dan pelanggan, bertanggung jawab atas klaster ini Saya masih merasa ini adalah sesuatu yang bisa terjadi kapan saja," pungkasnya.

Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi

Infografis Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis Terhantam Covid-19, Singapura Masuk Jurang Resesi Ekonomi. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya