Perempuan Afghanistan Pamer Gaun Warna-warni, Protes Aturan Hijab Hitam Taliban

Para perempuan Afghanistan ini bercerita bahwa nenek moyang mereka memakai pakaian tradisional warna-warni sebelum masa kekuasaan Taliban.

oleh Asnida Riani diperbarui 16 Sep 2021, 19:01 WIB
Diterbitkan 16 Sep 2021, 07:03 WIB
Afghanistan
Perempuan Afghanistan pamer gaun warna-warni dalam aksi protes aturan hijab hitam oleh Taliban. (dok. Twitter @WasHasNaz)

Liputan6.com, Jakarta - Perempuan Afghanistan di seluruh dunia angkat suara memprotes persyaratan hijab baru Taliban di sekolah-sekolah. Ini dilakukan dengan mengunggah foto mengenakan pakaian tradisional berwarna-warni di media sosial.

Dalam beberapa hari terakhir, Taliban telah mengamanatkan pemisahan jenis kelamin di ruang kelas. Juga, mengatakan mahasiswa perempuan, dosen, dan karyawan harus mengenakan hijab syariah, lapor CNN, Rabu, 15 September 2021.

Pekan lalu, foto-foto sekelompok mahasiswi mengenakan pakaian hitam dari ujung kepala sampai kaki dan mengibarkan bendera Taliban di ruang kuliah sebuah universitas yang dikelola pemerintah di Kabul beredar. Perempuan Afghanistan lain menanggapi dengan mengunggah foto mereka memakai gaun berwarna-warni yang sangat kontras dengan mandat hijab hitam Taliban.

Bahar Jalali, mantan anggota fakultas American University of Afghanistan, membantu memulai kampanye tersebut, berdasarkan kicauan seorang perempuan Afghanistan di Twitter. Jalali quote-tweet gambar seorang wanita dalam busana hitam.

Ia menuliskan, "Tidak ada wanita yang pernah berpakaian seperti ini dalam sejarah Afghanistan. Ini benar-benar asing bagi budaya Afghanistan. Saya mengunggah foto saya dalam (busana) tradisional Afghanistan untuk menginformasikan, mendidik, dan menghilangkan informasi salah yang disebarkan Taliban."

Perempuan Afghanistan lain segera mengikuti jejaknya di media sosial. Waslat Hasrat-Nazimi, kepala dinas Afghanistan di DW News, mengunggah foto dirinya dalam pakaian tradisional Afghanistan dan hiasan kepala. "Ini adalah budaya Afghanistan dan ini adalah cara berpakaian wanita Afghanistan," tulisnya.

 

* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Kultur Busana Perempuan Afghanistan

Afghanistan
Perempuan Afghanistan pamer gaun warna-warni dalam aksi protes aturan hijab hitam oleh Taliban. (dok. Twitter @RoxanaBahar1)

Sana Safi, seorang jurnalis BBC yang berbasis di London, mengunggah foto dirinya dalam pakaian tradisional berwarna-warni. Ia menambahkan komentar, "Jika saya berada di Afghanistan, saya akan mengenakan hijab di kepala saya. Ini 'se-konservatif' dan 'se-tradisional' (busana) yang saya/Anda bisa dapatkan."

Sodaba Haidare, jurnalis BBC lainnya, mengatakan, "Ini adalah pakaian tradisional kami. Kami menyukai banyak warna. Bahkan nasi kami berwarna-warni dan begitu pula bendera kami." Peymana Assad, seorang politisi lokal di Inggris yang berasal dari Afghanistan, juga berkicau, "Pakaian budaya kami bukanlah pakaian Dementor yang dikenakan wanita Taliban."

Shekiba Teimori, seorang penyanyi dan aktivis Afghanistan yang melarikan diri dari Kabul bulan lalu, mengatakan, hijab sudah ada sebelum jatuhnya Ibu Kota negara itu. "Kita bisa melihat wanita berhijab, tapi ini didasarkan pada keputusan keluarga, bukan pemerintah," tuturnya.

Ia mengatakan bahwa sebelum Taliban datang ke Afghanistan, nenek moyangnya "mengenakan gaun warna-warni yang sama seperti yang Anda lihat di foto saya."

Tanda Tanya Besar Nasib Perempuan

Kehidupan di Afghanistan Usai Taliban Berkuasa
Perempuan Afghanistan dengan burqa berjalan di sebuah jalan di Kabul, pada Minggu (22/8/2021). Taliban merebut kembali kendali Afghanistan, hampir dua dekade setelah mereka digulingkan koalisi pimpinan AS. (AP Photo/ Rahmat Gul)

Nasib perempuan di Afghanistan telah jadi pusat keprihatinan sejak Taliban mengambil alih negara itu dengan cepat. Taliban, yang memerintah Afghanistan dari tahun 1996 hingga 2001, secara historis memperlakukan perempuan sebagai warga negara kelas dua.

Para perempuan tercatat dijadikan sasaran kekerasan, pernikahan paksa, dan nyaris menghilang sama sekali dari jalan-jalan Afghanistan. Setelah Taliban merebut kembali ibu kota negara itu bulan lalu, kepemimpinannya mengklaim bahwa mereka tidak akan memaksakan kondisi kejam seperti itu.

Tapi tidak adanya perwakilan perempuan dari pemerintahan sementara yang baru mereka bentuk. Hilangnya perempuan hampir dalam semalam dari jalan-jalan negara telah menyebabkan kekhawatiran besar tentang apa yang akan terjadi selanjutnya untuk setengah dari populasinya.

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan

Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Kejatuhan dan Kebangkitan Taliban di Afghanistan. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya