Liputan6.com, Jakarta - Tiga karya budaya asal Maluku Utara masuk dalam daftar Warisan Budaya Takbenda Indonesia 2021. Ketiganya terdiri atas keterampilan dan kemahiran kerajinan tradisional serta seni pertunjukan.
Lantas, apa saja karya budaya dari Maluku Utara tersebut? Simak rangkuman selengkapnya seperti dikutip dari laman Warisan Budaya Kemdikbud, Selasa (14/12/2021), berikut ini.
Advertisement
Baca Juga
1. Lalampa
Maluku Utara, terkhusus Kepulauan Sula terkenal akan beragam jenis sajian tradisional, salah satunya lalampa. Warga Sula juga menyebut lalampa, nasi ikan daun pisang.
Makanan khas ini berbentuk lemper dengan bahan beras pulut, rica atau cili besar, ikan cakalang fufu, dan laksan. Lalampa telah dikenal oleh orang kepulauan Sula Maluku Utara sejak zaman setelah kemerdekaan.
Biasanya lalampa disajikan dalam acara adat perkawinan Saro Badaka, Tahlilan, juga acara-acara formal upacara kenegaraan. Kue lalampa ini mirip lemper dari Jawa, namun isi dan cara membuatnya berbeda.
Selain itu, lemper hanya dikukus, sementara lalampa yang sudah dibungkus dengan daun pisang dibakar sehingga mengeluarkan harum yang menggugah selera. Lalampa memiliki cita rasa gurih dan legit.
Â
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
2. Kuliner Pola
Menurut Yusuf Abdulrahman, 2005, sajian khas Sula, Pola atau Sagu Bakar berbeda dengan Sagu Bakar dari daerah lain. Menurut cerita para tokoh adat di Desa Waitina Kecamatan Mangoli Timur Kabupaten Kepulauan Sula, Pola telah disajikan sebelum Indonesia merdeka.
Sagu adalah makanan pokok masyarakat budaya Sula secara khusus, tetapi juga masyarakat Maluku Utara secara umum. Ini merupakan suatu tradisi lisan budaya yang memberikan informasi tentang sagu juga merupakan sumber informasi budaya, alam, dan manusia sebagai identitas (jati diri) nya.
Kini, makanan Pola hampir punah karena masyarakat telah hidup dengan mengonsumsi beras atau padi. Dengan mengonsumsi Pola, kehidupan masyarakat lebih ekonomis dan sederhana, gaya hidup sehat dengan sendirinya tercipta karena mengurangi menyantap karbohidrat yang berlebihan serta saling tolong menolong dan bekerja sama telah dilukiskan sejak di zaman dahulu kala.
Advertisement
3. Musik Bambu Tada
Bunyi musik bambu Tada bernilai soial dan adat, sehingga suatu bunyi tidak akan bermakna dalam apabila unsur-unsur bunyi dalam musik tersebut tidak dipenuhinya. Bunyi musik dalam kepercayaan masyarakat Weda adalah bunyi yang memiliki ide, maksud dan tujuan, dan bukan sekedar bunyi.
Musik Bambu Tada tidak bisa dimainkan sendiri, tetapi melibatkan banyak orang sehingga memiliki keindahan nilai estetika nada yang indah. Jika dimainkan secara kompak dengan keberagaman nada yang berbeda, dan mengikuti not, akan menghasilkan suara yang indah untuk didengarkan.
Maknanya dalam kehidupan, jika bertindak sesuatu dengan kompak, mengikuti aturan, akan berjalan dengan baik, dan mendapatkan hasil yang baik pula. Gerak itu menandakan kesatuan dan persatuan dalam masyarakat.
Gerakan yang kompak dan seirama ini adalah lambang dari semangat gotong royong, yakni membangkitkan jiwa persatuan dan kesatuan dalam melaksanakan berbagai segi hidup. Ini juga bentuk gambaran dari jiwa kegotong-royongan masyarakat Gamrange (tiga negeri bersaudara), yakni Weda, Patani dan Maba sejak dulu kala.
Pemandu yang memberi aba-aba akan menentukan arah terhadap keindahan permainan musik Bambu Tada. Begitu pula dengan pemimpin, harus ada aturan-aturan yang harus diikuti dan tidak menyimpang dari aturan tersebut.
Infografis: Warisan Budaya Indonesia yang Sudah Diakui UNESCO
Advertisement