Liputan6.com, Jakarta - Nama Gedung Sapta Pesona jadi perhatian usai komika Pandji Pragiwaksono menyinggungnya. Gedung yang pembangunannya dimulai era Menteri Pariwisata Soesilo Sudarman itu disebut Panji mirip organ intim pria.
Dihimpun dari beberapa sumber, Gedung Sapta Pesona yang merupakan Gedung Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) itu berada di kawasan terkenal di Jalan Merdeka Barat No. 17, Jakarta Pusat.
Gedung Sapta Pesona memulai masa pembangunannya dengan pencanangan batu pertama oleh Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi atau Menparpostel, Soesilo Soedarman pada 20 November 1991 dan selesai pada Juni 1995. Saat sudah rampung, posisi Menparpostel dijabat oleh Joop Ave.
Advertisement
Baca Juga
Desain dan konstruksinya dikerjakan oleh Atelier 6, pengembang satu ini dikenal dengan karya-karyanya yang imajinatif dan mendapat penghargaan arsitektur international dalam Penghargaan Arsitektur Nasional AIA 20210.
Jauh sebelum Gedung Sapta Pesona dibangun, telah berdiri sebuah gedung berlantai satu yang diduga sudah dibongkar. Gedung ini dibangun dalam empat tahap.
Untuk pondasinya digarap pemborong negara Waskita Karya. Sementara strukturnya ditangani oleh pemborong negara Pembangunan Perumahan, secara bertahap dari Agustus 1992.
Gedung ini sempat mengalami perubahan desain hingga kurang sesuai dengan desain aslinya yaitu berdesain Candi Bentar. Presiden Soeharto meresmikan penggunaan bangunan ini pada 6 Desember 1995,
* Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Candi Bentar
Gedung Sapta Pesona didesain oleh Atelier 6. Namun, kemudia muncul dua penafsiran, desain Candi Bentar dan Lingga Yoni.
Arsitek dari Gedung Sapta Pesona, Ir. Panogu Silaban menekankan perpaduan wawasan nusantara dengan teknologi tinggi. Gedung tersebut didesain berdasarkan konsep Candi Bentar melalui undakan pada enam lantai terbawah, awalnya undakannya setinggi sembilan lantai.
Arsitektur nusantara juga ingin diwujudkan oleh tim arsitek dengan menerapkan ciri khas panggung di pilar-pilar kolom besar di lobi gedung, tetapi khas panggung tersebut dilapisi lembaran metal untuk memberi kesan teknologi tinggi (canggih). Sementara puncak dari gedung, alias kepalanya (mengingat gedung ini dipersonifikasi dengan undaknya sebagai kaki) melambangkan kerumitan sebuah satelit komunikasi.
Advertisement
Lingga Yoni
Mereka yang menilai gedung ini berdesain sebuah lingga, imajinasi dari pahat batu. Tumpuannya adalah undakan enam lantai tersebut, yang disebut sebagai seni pahat batu.
“Lingga” adalah gedung tinggi-nya dan “yoni” sebagai undakan enam lantai penyangga “lingga”. Sekaligus sebagai penanda pintu masuk utama, dan diberikan unsur air sebagai simbol kesuburan di pintu masuk depan.
Perkembangan pascapembangunan gedung ini adalah fungsi gedung ini, justru lebih identik kepada pariwisata. Setelah Depparpostel dan tumbangnya Orde Baru, gedung ini menjadi Gedung Departemen Kebudayaan dan Pariwisata atau budpar dan sekarang Kemenparenkaf.
Infografis . Setahun Pandemi Covid-19, Pariwisata Dunia dan Indonesia Terpuruk
Advertisement