Liputan6.com, Jakarta - Apa jadinya bila pesawat terbang dengan lubang cukup besar dalam waktu lama? Pengalaman para penumpang Emirates yang terbang dalam rute Dubai-Brisbane, Australia, bisa jadi cerita ajaib. Mereka berhasil mendarat dengan selamat meski pesawat yang ditumpangi berlubang di salah satu sisi.
Insiden itu diketahui setelah pesawat Airbus A380 yang ditumpangi sekitar 14 jam mendarat pada 1 Juli 2022. Gambar pesawat berlubang itu segera beredar viral di media sosial, yang mengungkap tingkat kebocoran kemungkinan disebabkan oleh ban pecah. Maskapai menyebut hal itu terjadi karena kesalahan teknis selama perjalanan.
Baca Juga
Salah seorang penumpang berkicau di Twitter, menyebut insiden mengerikan itu terjadi selama penerbangan. "Awalnya sangat menakutkan, dan awak kabin mengetahui sesuatu yang serius mungkin telah terjadi, mereka segera mengontak kokpit (pilot)," tulis Andrew Morris, seorang profesor Sastra Inggris di Universitas Loughborough Inggris Raya.
Advertisement
"Tak lama kemudian, mereka kembali seperti biasa. Sikap tenang mereka meyakinkan Mereka tahu itu bukan bencana," imbuhnya, dilansir CNN, Kamis (7/7/2022).
Meski tidak jelas berapa lama pesawat telah mengudara saat masalah itu muncul, sejumlah laporan memperkirakan itu terjadi sekitar 45 menit setelah pesawat terbang. Situs web penerbangan komersial Aviation Herald melaporkan bahwa kru memberi tahu pengontrol lalu lintas udara di Bandara Brisbane tentang situasi sebelumnya dan meminta agar panel dipenuhi layanan darurat saat mendarat.
Â
* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.
Penjelasan Emirates
Sementara, Emirates merilis pernyataan dengan menyatakan bahwa kerusakan tidak berdampak pada "badan pesawat, rangka, atau struktur pesawat." "Penerbangan EK430 kami yang terbang dari Dubai ke Brisbane pada 1 Juli mengalami kesalahan teknis," bunyi pernyataan itu.
Pihaknya menyambung, "Salah satu dari 22 ban pesawat pecah selama pelayaran, menyebabkan kerusakan pada sebagian kecil dari fairing aerodinamis, yang merupakan panel luar atau kulit pesawat."
Pihak maskapai memastikan pesawat telah mendarat dengan selamat di Australia. Penumpang juga tiba sesuai jadwal. Kerusakan pada bagian luar pesawat berbadan kebar itu juga telah diperbaiki.Â
"Fairing telah sepenuhnya diganti, diperiksa, dan dibersihkan oleh para insinyur, Airbus, dan semua otoritas terkait," tambah Emirates. "Keselamatan penumpang dan kru selalu jadi prioritas utama kami."
Advertisement
Insiden di Sri Lanka
Insiden lain menimpa pesawat kargo Airbus milik Turkish Airlines yang mendarat di Bandara Internasional Katunayake Bandaranaike, Sri Lanca, pada Minggu malam, 3 Juli 2022. Bodi pesawat robek setelah sebuah kontainer menabrak pesawat yang mengangkut kargo dari Istanbul, Turki.
Dikutip dari laman colombopage.com, pesawat itu kemudian mengangkut kargo berisi garmen seberat 45 ton yang akan diterbangkan dari Katunayake ke Istanbul. Karena kondisi angin kencang di bandara, kontainer yang awalnya akan dimuat ke pesawat mendadak menabrak mesin pesawat.Â
Petugas darat SriLankan Airlines diduga memarkir peti kemas di dekat pesawat dan tidak mengerem dengan benar saat peti kemas tertiup angin kencang ke arah pesawat dan bertabrakan dengan mesin. Akibat kejadian ini, turbin kedua di sayap kanan pesawat ini mengalami kerusakan.
Dilaporkan, otoritas penerbangan Turki belum mengambil langkah yang diperlukan untuk memulihkan mesin pesawat yang rusak ini atau untuk lepas landas dari Bandara Katunayake.
Perubahan Nama
Sebelumnya, Turkish Airlines disebut akan mengganti namanya jadi Türkiye Hava Yolları, menurut pernyataan Presiden Recep Tayyip Erdogan. Langkah itu sebagai bagian dari perubahan nama Turki jadi Turkiye secara internasional, sesuai penyebutan nama negara itu dalam bahasa Turki.
"Turki tidak lagi ada. Ini Turkiye," kata Erdogan selama upacara peluncuran satelit komunikasi baru, melansir Euro News. "Turkiye Hava Yollari akan tertulis di badan pesawat kami, bukan Turkish Airlines."
Erdogan menjelaskan, nama Turkiye lebih baik dalam mewakili budaya dan nilai orang Turki, meski sejumlah pengamat menilai langkah itu sebagai upaya membedakan negara tersebut dari burung kalkun yang disebut Turkey dalam Bahasa Inggris.Â
Dalam sebuah pernyataan pada Desember 2021, pemerintah Turki mengatakan perubahan nama itu untuk "melestarikan dan memuliakan budaya dan nilai-nilai bangsa kami." Negara itu menyebut dirinya Türkiye pada 1923, setelah deklarasi kemerdekaannya. Pada Desember 2021, Erdogan mengamanatkan agar frasa 'Made in Türkiye' ditampilkan pada produk ekspor Turki.
Advertisement