Liputan6.com, Jakarta - Brightspot Market 2022 segera digelar. Mengusung tema "Renew," acara yang dimulai sejak 13 tahun lalu itu akan kembali ke akarnya, yakni mendukung perkembangan para brand lokal.
"Saat itu, kita kesulitan cari brand lokal yang secara kurasi layak masuk ke dalam mal. Waktu itu akses ke dalam mal susah," ujar Anton Wirjono, pendiri Brighspot Market, dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, 1 November 2022.
"Kita kembalikan seperti dulu. Fokus ke brand yang berpotensi, meski kapasitas produksi dan penjualannya belum begitu besar," sambung dia.
Advertisement
Baca Juga
Sebelum pandemi, Brightspot Market mampu menghadirkan hingga 79 ribu pengunjung pada 2019. Mereka saat itu meloloskan 220 brand lokal, baik ritel maupun F&B, dan 350 lainnya masuk daftar tunggu.
Kurasi jadi kekuatan Brightspot Market selama ini. Tim kurasi diperkuat agar bisa memillih yang terbaik dari yang ada. Anton menyebut, proses pemilihan berada di tengah-tengah antara rujukan data dan insting. Pihaknya juga mewawancarai pendiri ataupun pemilik brand untuk memvalidasi informasi yang disampaikan di atas kertas.
"Soalnya kadang line sheet dan owner enggak matching," ujarnya.
Pihaknya menginginkan brand lokal yang terpilih adalah yang dirintis dari nol, bukan sekadar label di kemasan. Lewat Brightspot Market, para brand memperoleh kesempatan untuk memamerkan merek merek ke merek lain.
"Semoga kita lahirkan lebih banyak brand. Kita lihat Eatlah, sekarang sudah ada di mana-mana. Dough Lab juga sudah ada belasan outlet," kata Anton.
Kelola Massa
Anton menyebut total ada 209 brand lokal yang berpartisipasi, terdiri dari 149 brand ritel beragam kategori dan 60 brand F&B yang 80 persennya adalah partisipan baru. Acara digelar di rooftop Plaza Senayan pada 3--6 November 2022. Lokasi itu selama ini belum pernah dibuka untuk publik.
"Luasnya 6.500 meter persegi. Itu kan cukup luas, kami kira akan lama penuhnya, tapi hanya sehari dua hari sudah habis," ia menjelaskan.
Pertimbangan lainnya adalah soal kerumunan massa. Menurut Anton, mal yang berada di Jakarta Pusat itu mampu menampung banyak pengunjung dengan risiko minim insiden.
"Kita juga enggak seperti konser yang orang memang ada yang dikejar waktu untuk nonton. Jadi, kalau sedang padat di atas, mereka bisa dialihin ke tempat lain sambil nunggu. Di sini kan banyak tempat makan juga," sambung dia.
Pihaknya juga menyiapkan aplikasi brightspotmrkt sebagai cara mengontrol kerumunan. Nantinya, pengunjung diminta mengunduh aplikasi dan meregistrasi diri. Mereka lalu akan mendapat QR Code yang akan dipindai di pintu masuk. "Untuk crowd control, kita akan ada buka tutup kalau terlalu rame, juga akan notifikasi lewat aplikasi.," ia menambahkan.
Advertisement
Kategori Olahraga
Menurut Anton, ada perubahan perilaku belanja konsumen setelah pandemi. Salah satunya soal naiknya kebiasaan belanja produk olahraga. Karena itu, pihaknya menyiapkan sederet brand lokal yang bisa memenuhi kebutuhan pasar.
"Kita mau kasih offer ke mereka produk yang sama kerennya dengan brand luar, tapi ini lokal. 13 tahun lalu, mal enggak mau terima," kata dia.
Konsumen, sambung Anton, kini juga peduli dengan keberlanjutan. Barang lokal jelas bisa mendukung itu lantaran jejak karbon yang dihasilkan lebih kecil daripada brand asing. Mereka juga membeli produk yang berarti bagi dirinya. "Kita beli barang lokal bisa ketemu dengan brand owner-nya. Itu lebih meaningful, bisa disimpan lebih lama, lebih berarti," kata di.
Di samping, Brightspot juga menggandeng Gelora Bung Karno (GBK) untuk memproduksi merchandise bersama yang berkualitas premium dan bisa go international.
"Bisnis kita juga landlord (sewa tempat). Kita ingin beri kesempatan Brightspot dan SMESCO untuk buat kegiatan atau event yang lebih banyak fokus pada produk lokal, terutama seuai core business kita di sport dan lifestyle," ujar Sri Lestari Puji Astuti, Kepala Divisi Pemasaran dan Penjualan GBK.
Seleksi ke Jepang
Selain itu, panitia memanfaatkan ajang tersebut untuk mengkurasi brand ritel yang bisa dibawa ke New Energy Trade Show di Tokyo Jepang. Kegiatan itu sepenuhnya dibiayai pemerintah Jepang.
"Ada enam brand yang kita kurasi, kita akan bawa ke Tokyo," kata Anton seraya menyebut hal itu sebagai upaya kecil untuk terus menaikkan kelas brand lokal.
Pihak Jepang, ujar dia, yang menghubungi mereka dan mengajak kerja sama. Menurut dia, Jepang melihat banyak produk Indonesia sangat bagus dalam hal pengemasan, desain, dan kualitasnya, sehingga layak untuk memasuki pasar di Negeri Sakura.
"Mereka baru nyiapin hanya satu booth ukuran 3x6 meter persegi. Mereka bilang paling bisa muat enam brand. Kalau berhasil, nanti mau bawa lagi," imbuhnya.
Direktur SMESCO Leonard Theosabrata mengingatkan bahwa UMKM adalah tulang punggung ekonomi domestik. Mereka paling berkontribusi dengan 99,5 persen didominasi usaha mikro dan ultramikro. "Mereka butuh dibantu, makanya perlu diagregasi, musti dituntun dan dibina," ujarnya.
Para pengusaha menengah dan kecil bisa berperan sebagai gerbong untuk mengangkat mereka. Begitu pula dengan pemangku kepentingan lain, khususnya investasi dan agregasi. "Message-nya platform kita butuh banyak barang, tapi banyak barang impor semua, itu yang harus diisi barang lokal. Tugas kita adalah bikin barang, isi barangnya," ucap Leo yang juga sebagai salah satu pendiri Brightspot Market.
Advertisement