Influencer Amerika yang Tinggal di Bali Dapat Ancaman Penculikan, Curhat Tidak Dibantu Polisi Setempat

Seorang influencer asal Amerika Serikat yang sudah tinggal lima tahun di Bali meninggalkan Indonesia setelah mendapat ancaman penculikan dari penguntit online.

oleh Dyra Daniera diperbarui 25 Feb 2023, 02:01 WIB
Diterbitkan 25 Feb 2023, 02:01 WIB
Alexandra Saper Di Bali
Alexandra Saper, influencer asal Amerika yang tinggal di Bali mengalami ancaman penculikan. (Dok. Instagram/@thewayfaress/https://www.instagram.com/p/ClL8cZ7JWSZ/?hl=en)

Liputan6.com, Jakarta - Seorang influencer asal Arizona, Amerika Serikat (AS), yang sudah lima tahun tinggal di Bali, merasa ketakutan setiap hari setelah seorang penguntit online diduga telah mendarat di Indonesia, dan mengancam akan menculiknya. 

Mengutip New York Post, Selasa, 21 Februari 2023, Alexandra Saper (31), influencer Amerika dengan konten perjalanan dan pengembangan diri dengan lebih dari 100 ribu pengikut di Instagram ini kini telah menutup bisnisnya dan pergi meninggalkan Pulau Dewata untuk bersembunyi. Sekarang, ia tengah meminta bantuan ke banyak pihak, sesuatu yang tidak disediakan polisi di Indonesia, katanya.

Penyebab ketakutannya adalah seorang pria bernama Robert James Keating (38), mantan petugas manajemen lalu lintas dari Horsham, West Sussex, Inggris. "Saya tidak pernah mengalami ketakutan atau paranoia," kata Saper.

"Saya tidak pernah merasa cemas, dan tiba-tiba saya mengalami serangan panik, ketakutan karena orang ini terus mengawasi saya, mengikuti saya, mengancam saya, dan banyak hal lain yang lebih buruk lagi," imbuhnya. 

Pada 16 Februari 2023, Saper mengunggah sebuah video berdurasi 10 menit di akun Instagram-nya, menceritakan runtutan kejadian yang menimpanya. Ia menjelaskan dengan detail hal-hal menyeramkan yang dilakukan Keating padanya sejak lebih dari satu tahun lalu.  

"Ia mulai mengirimi saya pesan menyeramkan sekitar setahun lalu, jadi saya memblokirnya dari Instagram saya. Tapi, ia membuat akun baru untuk menguntit saya," tuturnya. "Ia menemukan alamat surel saya dan mengirim ratusan pesan dan video berisi ancaman untuk menculik saya. Pesan tersebut juga bersifat vulgar dan eksplisit secara seksual. Saya terus mengabaikannya sampai akhirnya ia tiba di Bali."

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Terbang dari London ke Bali

Unggahan video Saper
Saper mengunggah video untuk menceritakan kejadian menyeramkan yang menimpanya. (Dok. Instagram/@thewayfaress/https://www.instagram.com/p/CornxiLJn0X/?hl=en)

Keating diduga tiba di Indonesia pada 29 Januari 2023. Ia telah mengirimi Saper banyak video dan pesan singkat, menunjukkan detail penerbangan dan visanya. Ia bahkan mengirim gambar koper merah dengan seseorang di dalamnya, satu tangan tergantung di ritsleting, menggambarkan rencananya untuk memasukkan Saper ke dalam koper.

Saper bercerita, "Pada bulan Desember (2022), semua itu mulai menjadi lebih nyata. Ia mengirimi saya email konfirmasi penerbangan dan mengatakan bahwa ia datang untuk menemukan saya dengan ancaman pemerkosaan dan ancaman seksual lain yang mengganggu."

Ketika ditanya New York Post, Keating mengaku Saper pernah mengajaknya ke Bali kemudian tiba-tiba menghilang. Ia juga mengirimkan The Post gambar koper merah yang sama dan mengonfirmasi bahwa dia telah mengirimkannya ke Saper juga, meski dia tidak secara terang-terangan menjawab pertanyaan "Apakah Anda menguntit Alexandra Saper?"

Beberapa hari setelah Keating tiba di Bali, Saper berbagi di halaman Facebook yang ia dedikasikan untuk keselamatan wanita di Bali tentang pengalamannya dan bahwa penguntitnya telah tiba di Canggu. Banyak anggota grup tersebut, katanya, yang dimobilisasi melindungi Saper dan membantunya untuk terus mengirimkan kabar terbaru mengenai gambar dan lokasi Keating di sekitar pulau.


Polisi Indonesia Tolak Beri Bantuan

Saper di Bali
Polisi tidak beri bantuan karena tidak ada serangan secara fisik terhadap Saper. (Dok. Instagram/@thewayfaress/https://www.instagram.com/p/CfRJAXFpm1j/?hl=en)

Influencer asal Arizona itu telah melaporkan ancaman Keating pada polisi Indonesia dengan bantuan juru kampanye lokal, Niluh Djelantik, yang kerap menyuarakan perlindungan budaya Bali.

Namun, polisi setempat mengatakan bahwa mereka tidak dapat campur tangan karena Keating tidak menyerang Saper secara fisik. Saper mengklaim bahwa pihak berwenang malah memintanya melakukan tes psikologis untuk membuktikan apakah Saper benar-benar mengalami gangguan kecemasan.

Saper mengatakan di Instagram bahwa ia juga telah menghubungi otoritas Inggris, serta kedutaan AS maupun Inggris di Indonesia. "Penyelidikan masih berlangsung, dan hanya itu yang bisa saya katakan," kata Saper dalam video yang diunggahnya. 

Keating telah memperingatkan Saper untuk berhati-hati terhadapnya dan segera mendapatkan asuransi, ujarnya. Dalam video berdurasi 10 menit yang diunggahnya, Saper mengungkap ia sangat takut untuk mengunggah video tersebut.

"Saya tahu dia akan melihatnya. Saya tahu akan ada konsekuensi ketika saya bersuara tentang apa yang sedang terjadi," ungkap Saper.


Harus Dihentikan

Saper di Bali
Penyelidikan kasus Alexandra Saper masih berlangsung. (Dok. Instagram/@thewayfaress/https://www.instagram.com/p/CUU5cH8pBcX/?hl=en)

Saper sempat merasa tak berdaya walau ia memiliki banyak hak istimewa yang seharusnya membuatnya terbebas dari belenggu masalah ini. 

"Saya mengalami saat-saat merasa sangat kalah. Namun, saya telah mengatakan sejak awal bahwa saya tidak tertarik untuk bersembunyi. Saya memiliki pengaruh sosial dan begitu banyak teman," katanya. "Sebagai pengacara terlatih, saya memiliki sumber daya. Akan tetapi, saya bahkan tetap tidak merasa terlindungi."

Walau sempat sangat cemas untuk menceritakan kejadian kelam yang dialaminya ke media sosial, Saper merasa informasi ini penting untuk disebarkan. Menurutnya, bukanlah hal yang bijak untuk menyimpan semuanya sendiri ketika ia memiliki pengikut dan pengaruh yang besar. Ia juga yakin ada perempuan lain yang pernah menjadi korban Kearing, bahkan bisa menjadi korban selanjutnya.

Saper mengatakan, ia tidak bisa memaafkan perilaku Keating.

"Saya ingin dia keluar dari pulau, tapi dia harus dihentikan dan mendapatkan perawatan yang tepat untuk penyakit delusinya," katanya. "Saya tidak ingin mengetahui bahwa dia telah pulang ke Inggris dan membunuh seseorang."

Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Infografis 1 dari 4 Perempuan Mengalami Kekerasan Fisik atau Seksual. (Liputan6.com/Trieyasni)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya