4 Tren Utama yang Pengaruhi Perilaku Wisatawan pada 2023, Apa Saja?

Megatrend Pariwisata 2023 ini turut dipaparkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

oleh Putu Elmira diperbarui 21 Mar 2023, 14:07 WIB
Diterbitkan 21 Mar 2023, 14:05 WIB
Keindahan Pantai Kelan di Samping Bandara Ngurah Rai
Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Kelan dengan latar belakang pesawat yang mendarat di Tuban, Badung, Denpasar, Kamis (5/5/20222). Kunjungan wisatawan domestik (Wisdom) ke Pulau Bali, saat libur Lebaran Idul Fitri tahun 2022 terus meningkat. Per hari kedatangan wisdom rata-rata 40 ribu. (merdeka.com/Arie Basuki)

Liputan6.com, Jakarta - Menurut trendburo, setidaknya ada empat tren utama yang memengaruhi perilaku wisatawan secara global. Megatrend Pariwisata 2023 ini turut dipaparkan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

"Pertama, End of Ambitions. Selesainya ambisi bahwa ke depan, paradigma mereka bekerja adalah mencari healing, fleksibilitas," kata Menparekraf dalam The Weekly Brief with Sandi Uno yang digelar hybrid, Senin, 20 Maret 2023.

Sandi, begitu ia akrab disapa, melanjutkan bahwa bekerja begitu keras kini telah mulai ditinggalkan. "Ini harus dimanfaatkan, dengan lebih fokus pada wellness tourism. Bali akan menjadi destinasi yang sangat cocok karena di sinilah kita mendapat kebahagiaan," ungkapnya.

Kedua, Embelished Escapism. Sandi menyebut, banyak wisatawan yang mencari hal-hal unik dengan pengalaman-pengalaman yang berbeda selama liburan. "Merespons tren ini, pariwisata harusnya lebih luas. Jangan hanya fokus pada satu produk wisata, tapi yang lebih unik dengan pengalaman berbeda," tutur Sandi.

Ketiga, Always in Doubt. Dikatakan Sandi, ini adalah era  Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity alias VUCA. "Berarti, kita harus mulai melihat bagaimana kita mulai memosisikan Indonesia seperti apa," terangnya.

Sandi melanjutkan, "Karena konsumen lebih skeptis, mereka betul-betul melihat apa nih brand dan public image dari Indonesia dengan produk andalan pariwisata yang masih Bali per hari ini."

"Sebagai respons, yang diperlukan honest review. Bukan dari kanal pemerintah atau kanal resmi, tapi lihat review dari para netizen. Oleh karena itu, setiap unggahan dari netizen itu kita harus perhatikan dengan baik," terang Sandiaga Uno.

Daya Tarik Destinasi di Indonesia

Dampak Gunung Agung, Pura Lempuyang Sepi Pengunjung
Wisatawan berkunjung ke Pelataran Agung Pura Lempuyang, Karangasem, Bali, Kamis (7/12). Erupsi Gunung Agung menyebabkan sejumlah destinasi wisata di kawasan Bali Timur mengalami penurunan jumlah wisatawan. (Liputan6.com/Immanuel Antonius)

Lebih lanjut Sandi menyebut bahwa Indonesia sangat diandalkan karena warganetnya aktif. Pihaknya turut mengucapkan terima kasih pada mereka yang telah memberikan ulasan jujur tentang pariwisata Indonesia.

"Keempat, Polysentric Lifestyles. Bukan satu fokus, tapi identitas mereka ini bergerak sesuai ciri khas masing-masing destinasi dan daya tarik," kata Sandi.

Ia mengatakan, itulah keempat megatrend pariwisata yang dilihat akan mendominasi tahun 2023. "Mari kita pastikan proses pemulihan lebih cepat dan berdaya saing, lebih kuat dan berkelanjutan," jelasnya.

Sebelumnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) ditargetkan bisa mendorong 1,2--1,4 miliar kunjungan wisatawan nusantara pada 2023. Gen Z dan milenial jadi harapan utama untuk memenuhi target tersebut.

Menurut Hasil Sensus Penduduk 2020, jumlah gen Z di Indonesia mencapai 75,49 persen atau setara 27,94 persen dari total populasi di Indonesia. Sementara, generasi milenial mencapai 69,38 juta jiwa atau sekitar 25,87 persen. Dengan demikian, persentase populasi milenial dan Gen Z di Indonesia mendominasi dengan 53,81 persen.

Gen Z dan Milenial Jadi Harapan Utama

Keindahan Pantai Kelan di Samping Bandara Ngurah Rai
Wisatawan mengunjungi objek wisata Pantai Kelan dengan latar belakang pesawat yang mendarat di Tuban, Badung, Denpasar, Kamis (5/5/20222). Kunjungan wisatawan domestik (Wisdom) ke Pulau Bali, saat libur Lebaran Idul Fitri tahun 2022 terus meningkat. Per hari kedatangan wisdom rata-rata 40 ribu. (merdeka.com/Arie Basuki)

Menurut data IDN Research Institute 2022, 49 persen responden kalangan milenial menyatakan telah siap berwisata, sedangkan proporsi Gen Z lebih besar dengan 55 persen. Milenial yang dimaksud adalah mereka yang berusia 26--40 tahun, sementara gen Z adalah yang berada di rentang usia 13--25 tahun.

"Generasi milenial dan Gen Z ini low hanging fruit. Dari segi nilai enggak tinggi, tapi banyak, sehingga purchasing power-nya tinggi. Mereka harus dikenalkan soal Indonesia dan wisata di Indonesia saja," kata Deputi Bidang Pemasaran Kemenparekraf Ni Made Ayu Marthini dalam Rakornas Kemenparekraf 2022 di Grand Sahid, Jakarta, 16 Desember 2022.

Mayoritas gen Z dan milenial sensitif terhadap harga, sehingga wisata domestik menjadi pilihan utama. "Kalau murah, langsung cari tiket, tapi kalau mahal, entar dulu deh," ucap Made. Tak heran bila mayoritas dari mereka memilih bepergian menggunakan mobil (50 persen), sedangkan yang memilih naik pesawat mencapai 50 persen. 

Prioritas mereka saat berwisata hampir mirip, yakni wisata alam, kuliner, urban, dan staycation. Namun, Gen Z juga menyelipkan budaya sebagai atraksi wisata yang juga dinikmati.

Sport Tourism Sebagai Tren Wisata

Bali Trail Running Jadi Potensi Sport Tourism
Bali Trail Running Jadi Potensi Sport Tourism (Dewi Divianta/Liputan6.com)

Selain itu, Made memprediksi sport tourism bakal menjadi tren wisata ke depan di kalangan generasi muda. "Dengan sport tourism, mereka bisa berkeliling kalau ada event. Ini bisa dilakukan dengan menggandeng KONI, misalnya satu cabor, satu event, dibuat 34 event cabor untuk junior. Yang akan datang nanti tidak hanya pesertanya, tapi juga orangtuanya, kakaknya, adiknya, dan lain-lain. Jadi, cocok sekali jika BBWI (Bangga Berwisata di Indonesia) menargetkan mereka (milenial dan Gen Z)," dia menerangkan.

Made juga mengingatkan bahwa digitalisasi tidak bisa ditawar lagi, terutama untuk menjangkau kalangan wisatawan milenial dan Gen Z. Ia menyebut, mereka sangat haus informasi. Apa-apa serba ingin cepat sehingga informasi pun harus diseminasi dengan cepat, terutama lewat platform media sosial populer.

"Milenial dan Gen Z enggak mau berlama-lama. Untuk promosinya harus catchy, singkat, jelas, dan penuh gambar. Konten 30 detik saja bisa viral," imbuhnya.

Di sisi lain, ia juga meminta agar para mitra di daerah membenahi website dan media sosial dengan memperkayanya dengan beragam foto dan konten menarik. Tugas itu bukan hanya ada di tangan pemerintah, tetapi juga asosiasi.

Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya