Liputan6.com, Jakarta - Gunung Muria merupakan sebuah gunung bertipe stratovolcano yang berlokasi di pantai utara Jawa Tengah, sekitar 66 kilometer di timur laut Kota Semarang. Gunung Muria termasuk dalam wilayah Kota Jepara di sisi barat, Kota Kudus di sisi selatan dan wilayah Kota Pati di sisi timur.
Nama Gunung Muria dulunya juga sering disebut sebagai Moerija atau Moerjo pada masa kolonial. Gunung Muria memiliki ketinggian 1625 mdpl, namun ada pula yang menyebut ketinggiannya hanya mencapai 1602 mdpl.
Baca Juga
Kasus Dugaan Penipuan Paket Wisata ke Korea Selatan oleh Influencer Malaysia, Kerugian Capai Rp1,64 Miliar
Viral Pungli Joki Pemandu Jalur Alternatif Puncak Bogor Rp850 Ribu, Apakah Permintaan Maaf Pelaku Cukup Loloskan dari Jerat Hukum?
Wajah Baru Terminal 3 Bandara Soekarno Hatta Jelang Tahun Baru 2025, Lebih Hijau dan Bisa Drop Bagasi Mandiri
Masih banyak hal tentang Gunung Muria selain lokasi dan ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Muria yang dirangkum dari berbagai sumber pada Selasa, 24 Oktober 2023.
Advertisement
1. Pernah Jadi Pulau Tersendiri
Gunung ini pernah menjadi pulau tersendiri, dipisahkan dari Pulau Jawa oleh Selat Muria. Selat ini menjadi salah satu jalur perdagangan rempah-rempah yang menghubungkan Timur Tengah dengan Maluku dan mungkin dilalui oleh Tomé Pires dalam perjalanannya di Jawa.
Selat ini tertutup pada suatu waktu antara abad ke-17 hingga ke-18. Erupsi di gunung ini terakhir kali terjadi pada sekitar 160 SM. Gunung Muria termasuk salah satu gunung di Jawa yang berhubungan dengan zona subduksi berumur Miosen sekitar 5.000 tahun yang lalu, bukan zona subduksi yang aktif seperti halnya Gunung Merapi atau Gunung Kelud.
Terdapat zona Wadati–Benioff sedalam sekitar 400 kilometer. Meskipun demikian, aktivitas magmatik setidaknya diketahui masih ada di bawah gunung pada 2000.
2. Sempat Akan Jadi Lokasi PLTN
Sejak 1970-an, sisi utara gunung ini dipilih oleh Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) sebagai lokasi pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Alasannya adalah risiko bencana alam di kawasan Gunung Muria yang relatif kecil jika dibandingkan dengan wilayah-wilayah lain di Jawa dan Bali. Namun, gempa bumi yang beberapa kali mengguncang di sekitar gunung sejak 2010-an membuat rencana pembangunan tersebut dibatalkan.
3. Sejarah Pembentukan Gunung Muria
Gunung Muria memiliki sejarah yang sama dengan Gunung Genuk, yaitu gunung kecil yang berada di Donorojo, di utara Muria, terutama dalam pembentukan bentang alam Semenanjung Muria. Keduanya menghasilkan lava koheren baik kubah lava dan sumbat lava maupun maar yang terdapat di kaki gunung dan daratan.
Selain itu, dijumpai pula breksi gunung api, lapili, dan tuf yang banyak mengeliling sekitar gunung. Namun, densitas atau massa jenisnya tidak terlalu besar jika dibandingkan dengan persebaran batuan yang lain.
Advertisement
4. Gunung Muria Sudah Tidak Aktif
Gunung Muria adalah gunung berapi yang tidak aktif, terakhir kali meletus lebih dari 2000 tahun yang lalu. Pegunungan Muria saat ini di bawah pengawasan Perum Perhutani wilayah kelola Unit I Kesatuan Pemangkuan Hutan Pati dengan total luas 10.107 hektare.
Kawasan hutannya dikelola Badan Kesatuan Pemangkuan Hutan Gajah Biru, Muria Pati Ayam, dan Ngarengan. Di samping itu terdapat juga kawasan hutan cagar alam seluas 1.402,80 hektare di Kabupaten Pati dan Jepara.
5. Banyak Peziarah ke Makam Sunan Muria
Gunung Muria Dapat didaki dari arah selatan di Semliro, Rahtawu yang berada 30 km dari utara Kudus atau dari sisi Jepara melalui Tempur yang berada di utara puncak. Namun jalur pertama sejauh ini merupakan jalur yang paling umum digunakan untuk mencapai puncak tertinggi. Ada juga jalur lain menuju puncak terdekat.
Seluruh wilayah utara Kudus yang berarti suci merupakan tempat ziarah karena wilayah ini sangat penting pada awal mula Islam di Jawa. Terdapat banyak kuburan di lereng gunung, terutama di dekat desa Colo, di kaki puncak Argopiloso. Banyak pengunjung berdatangan ke makam Sunan Muria, seorang pendakwah Islam awal di Jawa.
Memang benar, gunung ini dipenuhi dengan piramida dari batu kasar, pondok sembahyang, patung Hindu kecil, dan warung. Puncak tertinggi sering disebut sebagai Puncak 29, namun ada cerita berbeda mengenai alasannya dan sepertinya tidak ada yang memiliki jawaban pasti.
6. Titik Pendakian Populer di Gunung Muria
Mengutip dari laman Gunung Bagging, Selasa, 24 Oktober 2023, Gunung Muria sebenarnya merupakan rangkaian puncak yang berbeda-beda, di mana Songolikur merupakan puncak tertinggi. berada tepat di luar desa Rahtawu dan membutuhkan waktu santai 3 jam untuk mencapai puncak.
Ini adalah pendakian yang sangat populer di kalangan pelajar lokal di akhir pekan, namun mengingat pemandangan spektakuler pegunungan Jawa Tengah dan garis pantai utara dari puncak. Lantaran singkatnya pendakian itu sendiri, relatif sedikit pendaki yang datang dari jauh khusus untuk mendaki Gunung Muria.
Tapi perjalanannya cukup menyenangkan karena baru perlahan naik ke perbukitan di sisi lembah sungai dan di akhir pekan tempat ini menjadi tempat favorit pasangan muda. Melewati desa utama Rahtawu, jalan terus berkelok-kelok hingga ke pegunungan dan masuk ke dusun Semliro.
Ujung jalan setapak berada pada ketinggian 792m sehingga hanya berjarak sekitar 800 meter lagi untuk mencapai puncak. Jalur pertama adalah jalur pertanian yang cukup datar dan berbatas tegas yang menyusuri sungai hingga pegunungan dan melintasi beberapa aliran sungai.
Tak lama setelah Pos 2, jalur terbagi dan salah satunya akan membawa Anda ke puncak. Lurus terus menuju rute yang lebih curam namun kurang populer yang dikenal sebagai Jalur Trenggo atau Trengggu dan bertemu dengan jalur utama tepat sebelum Pos 5.
Advertisement