Dalami Investasi Hijau di Sektor Pariwisata, Asia Pacific Tourism, Hospitality Summit, and Digital Brand Award Bakal Undang IKN

Para pelaku dan pengelola sektor pariwisata, khususnya di perhotelan, masih awam tentang konsep investasi hijau yang trennya meningkat pasca-pandemi.

oleh Dinny Mutiah diperbarui 16 Nov 2023, 10:30 WIB
Diterbitkan 16 Nov 2023, 10:30 WIB
6 Destinasi Wisata Favorit Wisatawan di Nusa Dua Bali
Ilustrasi Pantai Nusa Dua (Pexels/Szabolc Toth)

Liputan6.com, Jakarta - Tahun politik yang berlangsung pada 2024 tak menghentikan sejumlah event, termasuk Asia Pasific Tourism, Hospitality Summit, and Digital Brand Award yang akan digelar di BNDCC, Bali, pada 11--12 Januari 2024. Acara tersebut memfokuskan pada isu keberlanjutan di sektor pariwisata, khususnya terkait praktik green investment (investasi hijau).

Irmansjah Madewa, President Director Enhaiier Corporation, selaku penyelenggara, menyebut isu tersebut makin menjadi perhatian dunia di era pasca-pandemi. Namun, para pemilik maupun pengelola usaha pariwisata, khususnya di sektor perhotelan di Indonesia, masih banyak yang belum memahami konsep dan cara menerapkannya di lapangan.

"Kita mengulas green investment karena fakta di lapangan masih banyak investasi pariwisata yang tidak tepat dalam mengimplementasikannya, masih banyak yang salah konsep," kata Irman dalam jumpa pers di Jakarta, Selasa, 14 November 2023.

"Hotel-hotel ini juga banyak yang belum mengerti. Mereka kebanyakan iya-iya aja, tapi sebenarnya belum paham. Owner juga demikian. Masih mempertanyakan kenapa bikin green lagi padahal kan sudah banyak pohon," sambung Irman.

Menurut Irman, konsep pariwisata hijau bukanlah sesuatu yang baru, tetapi mendapatkan momentumnya di masa pandemi, saat kesehatan dan sektor pariwisata terdampak hebat. Orang-orang menyadari bahwa mereka perlu alam yang lestari dan lingkungan yang sehat.

Praktik tersebut bisa diterapkan di sektor pariwisata tanpa harus membongkar infrastruktur lama secara menyeluruh. "(Prinsipnya), dari mulai tamu check in sampai check out, apa yang dilakukan dia, apa yang disediakan hotel itu sifatnya green," terangnya perihal konsep berkelanjutan di sektor perhotelan.

 

Jual Beli Sampah hingga Dekarbonisasi

Contoh ilustrasi kamar hotel dengan tempat tidur nyaman
Tempat tidur menjadi bagian sehari-hari untuk beristirahat setelah melakukan aktivitas (Foto: Unsplash.com/Vojtech Bruzek)

Salah satu praktik hijau, sambung Irman, dengan pengelolaan sampah yang lebih terarah. Ia menyebutkan bahwa sampah sampah yang dihasilkan hotel atau objek wisata bisa menghasilkan tambahan pendapatan bila dikerjasamakan dengan pihak ketiga, dalam hal ini adalah Waste4Change.

"Nah, kami akan adakan webinar dengan GM seluruh Indonesia... (kalau bisa diterapkan), itu sangat meringankan mereka. Kita juga mau bikin MOU (dengan Waste4Change), bagaimana menyosialisasikan pembelian sampah kepada hotel-hotel," sambung Irman.

Pengelolaan sampah juga berlaku untuk sampah makanan yang menjadi komposisinya paling tinggi di hotel. Ia mengarahkan agar hotel lebih disiplin menghitung kebutuhan agar sesedikit mungkin sampah dihasilkan. Kalau pun ada, direkomendasikan untuk didaur ulang agar tidak terbuang percuma.

"Kalau kita buang, diolah kembali jadi pupuk kompos. Itu yang organik. Prinsip 3R betul-betul itu diuraikan," ucapnya.

Berikutnya adalah terkait dekarbonisasi. Pihaknya akan mengundang IKN dan perwakilan dari bursa karbon untuk membahas tentang kalkulator karbon yang berpotensi meningkatkan profit bagi pelaku usaha. 

"Sebetulnya, dengan sistem ini (dekarbonisasi) kita diarahkan untuk membeli barang yang terdekat dari kita, sesedikit mungkin menghasilkan karbon. Misalnya dari keramik saja, kalau impor kan karbonnya lebih banyak. Kalau beli di dalam negeri lebih bagus karena lebih sedikit karbon dihasilkan," sambungnya.

 

Undang UMKM

[Fimela] Hotel
Ilustrasi hotel di Bali | unsplash.com/@taylorgsimpson

Mendukung dekarbonisasi pula, pihaknya juga menggelar business matching dan table top yang mempertemukan hotel-hotel dengan para UMKM. Difasilitasi SMESCO, kegiatan itu bertujuan mendekatkan antara penyediaan sumber dari beragam kebutuhan hotel.

"Diharapkan bisa bantu UMKM untuk produk-produk mereka, apakah itu makanan atau suvenir. UMKM juga kita dorong digitalisasi manajemen, yang akan dibantu SMESCO... Kita juga akan omongin teknologi, jadi ada semacam streaming seperti di TikTok tetapi ini khusus di bidang pariwisata, yang kerjakan Poltekpar Bali dan Bandung," kata Irman.

Penggunaan teknologi di bidang pariwisata, termasuk hotel, sudah tidak bisa ditawar lagi. Tapi, kata dia, SDM di Indonesia masih kurang menguasai digitalisasi yang menjadi kunci untuk bisa beradaptasi dengan tantangan saat ini.

"Pekerjaan sebenarnya enggak berkurang tapi berubah karena gunakan teknologi tadi," katanya lagi.

Selain kegiatan tersebut, akan digelar Digital Brand Award yang menilai lima kategori, yakni hotel, travel agent, tourism school, tourist attraction, dan tourist destination. Pihanya menggunakan teknologi untuk mengumpulkan informasi demi mendapatkan tiga finalis dari masing-masing kategori.

Demi mendapatkan hasil objektif, panitia akan mengundang sejumlah akademisi sebagai juri. Mereka dipilih dengan kualifikasi minimal S3. "Kita undang akademisi jadi juri karena diharapkan idealismenya masih ada," imbuhnya.

Target Indonesia

Contoh ilustrasi tempat tidur dengan penataan sprei ala hotel yang cantik
Contoh ilustrasi tempat tidur dengan penataan sprei ala hotel yang cantik (Foto: Pexels.com/ Max Rahubovskiy)

Sektor pariwisata Indonesia menargetkan investasi perhotelan dan hospitality dari Amerika Serikat (AS) sekitar USD 5-6 miliar untuk 3-5 tahun ke depan. Hal ini diungkapkan langsung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf) Sandiaga Uno.

"Sekarang kita tabulasi, tapi target investasi untuk Parekraf (Pariwisata dan Ekonomi Kreatif) ini USD 5-6 miliar untuk 3--5 tahun ke depan, di mana fokusnya sekarang adalah green investment, " kata Sandiaga usai menghadiri acara 11th US-Indonesia Investment Summit di Hotel Mandarin Oriental, Jakarta, ditulis pada Rabu, 25 Oktober 2023, dikutip dari kanal Bisnis Liputan6.com.

Terkait Green Investment di sektor perhotelan, Sandiaga menjelaskan nantinya hotel akan menggunakan energi baru terbarukan, pengelolaan limbah sampah, termasuk food loss dan food waste, serta pengunaan air yang lebih ramah lingkungan.

"Oleh karena itu, semua investasi ini tadi ada tawarannya asalah dikaitkan dengan penerbitannya instrumen keuangan yang berwawasan hijau atau green finance," terangnya. “Ini akan terus kita dorong untuk pencapaian dari target pariwisata yang berkelanjutan," tambah dia.

Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Infografis: 4 Unsur Wisata Ramah Lingkungan atau Berkelanjutan
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya