Salman Rushdie Bangga Dapat Penghargaan "Pengganggu Perdamaian Seumur Hidup" Pertama

Salman Rushdie menerima penghargaan "Pengganggu Perdamaian Seumur Hidup" yang merupakan yang pertama dari jenisnya pada Selasa, 14 November 2023.

oleh Farel Gerald diperbarui 20 Nov 2023, 19:01 WIB
Diterbitkan 20 Nov 2023, 19:01 WIB
Salman Rushdie
Penulis Inggris Salman Rushdie berbicara di hari pembukaan Forum Ekonomi Positif di Le Havre, barat laut Prancis, 13 September 2016. (CHARLY TRIBALLEAU/AFP)

Liputan6.com, Jakarta - Salman Rushdie mendapat penghargaan "Pengganggu Perdamaian Seumur Hidup". Penghargaan itu disebut sebagai sebuah kehormatan yang disembunyikan dengan rapat hingga beberapa menit sebelum penulis novel Ayat-Ayat Setan itu berdiri dari tempat duduknya untuk menerima penghargaan tersebut.

Pada Selasa malam, 14 November 2023, Rushdie menerima penghargaan tersebut dari Vaclav Havel Center di Upper East Side Manhattan, Inggris, dan menjadi yang pertama dari jenisnya. Hanya sebagian kecil dari lebih dari 100 peserta yang diberitahu sebelumnya tentang kehadiran Rushdie. Kehadirannya dijaga ketat dari khalayak umum sejak insiden penyerangan yang menimpanya pada Agustus 2022 selama festival sastra digelar di Western New York.

"Saya meminta maaf karena menjadi tamu misterius," ucap Rushdie pada malam itu, setelah diperkenalkan oleh penulis Reading Lolita In Tehran, Azar Nafisi. "Saya tidak bermaksud menjadi misterius sama sekali. Tetapi ini membuat hidup sedikit lebih sederhana," ungkapnya, mengutip The Star, Rabu, 15 November 2023.

Di sisi lain, Pusat Perpustakaan Havel didirikan pada 2012 dengan nama Yayasan Perpustakaan Vaclav Havel. Namanya mengambil nama dari penulis drama dan aktivis Ceko yang menjadi presiden terakhir Cekoslowakia setelah runtuhnya rezim komunis pada akhir 1980-an.

Lembaga itu ini memiliki misi untuk memajukan warisan Havel, yang meninggal pada 2011 dan dikenal karena perjuangannya dalam mempromosikan hak asasi manusia dan kebebasan berekspresi. Beberapa penulis dan diplomat terpantau menghadiri acara penghargaan tersebut, yang dipimpin oleh wartawan senior CBS Lesley Stahl.

Nama Penghargaan yang Unik

Salman Rushdie
Penulis Inggris Salman Rushdie mengambil bagian dalam acara TV "Le grand journal" di set Saluran TV Prancis+ di Paris, 16 November 2012. (KENZO TRIBOUILLARD/AFP)

Sementara itu, Alaa Abdel-Fattah, aktivis Mesir yang pernah dipenjara, diberikan penghargaan "Pengganggu Perdamaian kepada Penulis Berani yang Berisiko". Penghargaan ini diterima atas namanya oleh bibinya, Adhaf Soueif, seorang penulis dan penerjemah terkenal, yang menyampaikan bahwa Alaa Abdel-Fattah sangat berterima kasih dan sangat gembira dengan nama penghargaan tersebut.

Soueif menyatakan bahwa Abdel-Fattah mengetahui penghargaan ini dan merasa terpanggil oleh maknanya yang provokatif. Alaa Abdel-Fattah, yang akan genap berusia 42 tahun pada akhir pekan ini, meraih ketenaran internasional selama pemberontakan pro-demokrasi di Timur Tengah pada 2011 yang menggulingkan Presiden Mesir, Hosni Mubarak.

Sejak saat itu, ia telah dipenjara beberapa kali di bawah pemerintahan Abdel-Fattah el-Sissi, menjadikannya simbol perlawanan terhadap pemerintahan otoriter di negara tersebut. Kemudian, Salman Rushdie, yang berusia 76 tahun, mengungkapkan bahwa bulan lalu ia menerima "Hadiah Perdamaian" dari Perdagangan Buku Jerman.

Kini, ia kembali meraih penghargaan, kali ini sebagai pengganggu perdamaian. Dalam pidatonya, Rushdie mencatat bahwa dirinya merasa bertanya-tanya di "perdamaian" mana ia sekarang berada, mengingat penghargaan yang baru saja diterimanya.

Profil Salman Rushdie

Salman Rushdie
Penulis Inggris Salman Rushdie berbicara selama Festival Heartland di Kværndrup, 2 Juni 2018. (Carsten Bundgaard/Ritzau Scanpix/AFP)

Sebagian besar pidatonya dihabiskan untuk memuji Vaclav Havel, seorang teman dekat yang menjadi salah satu pemimpin pemerintah pertama yang membela Rushdie setelah novelis itu dikecam oleh dekrit Ayatollah Ruhollah Khomeini pada 1989, yang menyebabkan fatwa atas dugaan penistaan agama dalam karyanya, Ayat-Ayat Setan.

Salman Rushdie menyampaikan penghargaannya terhadap Vaclav Havel dengan menyatakan bahwa Havel adalah "pahlawan". Dalam konteks ini, penerimaan penghargaan oleh Rushdie atas nama Havel. "Dia menginspirasi saya, begitu pula banyak penulis lainnya, dan menerima penghargaan atas namanya adalah suatu kehormatan besar," tambah Rushdie.

Sebelumnya, Rushdie ditusuk di leher dan perut oleh seorang pria yang bergegas ke panggung saat penulis itu akan memberi ceramah di barat New York, Amerika Serikat (AS). Peristiwa itu tercatat terjadi pada Jumat, 12 September 2022, waktu setempat.

Dengan berlumuran darah, melansir AP, Sabtu, 13 Agustus 2022, pria berusia 75 tahun itu dilarikan ke rumah sakit dan menjalani operasi. Agennya, Andrew Wylie, mengatakan bahwa penulis itu menggunakan ventilator Jumat malam, dengan hati yang rusak, saraf putus di lengan dan mata yang kemungkinan besar akan hilang.

Dengan karya-karya sarat kontroversi, siapa sebenarnya Rushdie? Mengutip Britannica, pemilik nama lengkap Sir Ahmed Salman Rushdie ini lahir pada 19 Juni 1947 di Bombay (sekarang Mumbai), India.

Banyak Menulis Novel

Salman Rushdie
Salman Rushdie menghadiri Gala Lions Gala Perpustakaan Umum New York 2018 di Perpustakaan Umum New York di Gedung Stephen A. Schwarzman pada 5 November 2018 di New York City, AS. (Dominik Bindl/Getty Images/AFP)

Novel-novel alegorisnya mengkaji isu-isu sejarah dan filosofis melalui "karakter-karakter surealis, humor, serta gaya prosa efusif dan melodramatis." Perlakuan terhadap subjek agama dan politik yang sensitif membuatnya jadi sosok kontroversial.

Rushdie adalah putra seorang pengusaha Muslim yang makmur di India. Ia telah mengenyam pendidikan di Rugby School dan University of Cambridge, tempatnya menerima gelar M.A. pada 1968. Sepanjang sebagian besar tahun 1970-an, ia bekerja di London sebagai copywriter periklanan.

Novel pertamanya yang diterbitkan, Grimus, muncul pada 1975. Novel Salman Rushdie berikutnya, Midnight's Children (1981), sebuah dongeng tentang India modern, adalah kesuksesan kritis dan populer tidak terduga yang membuatnya mendapatkan pengakuan internasional. Sebuah adaptasi film dari novel tersebut, yang mana ia menyusun skenarionya, dirilis pada 2012.

Novel lain karya Salman Rushdie, Shame (1983), berdasarkan politik kontemporer di Pakistan, juga populer. Tapi, novel keempat Rushdie, The Satanic Verses alias Ayat-Ayat Setan, mendapat sambutan berbeda.

Beberapa petualangan dalam buku ini menggambarkan seorang tokoh yang dimodelkan pada Nabi Muhammad. Juga, menggambarkan, baik Rasulullah maupun transkripsi Al-Quran, dengan cara yang menuai kritik dari para pemimpin komunitas Muslim di Inggris, yang mengecam novel itu sebagai penistaan terhadap Islam.

Infografis 9 Buku Populer Indonesia dari Masa ke Masa
Buku populer di Indonesia dari masa ke masa sudah berkembang sebelum era kemerdekaan. (Dok: Liputan6.com/Trie Yasni)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya