Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Kesehatan Palestina melaporkan pada Senin, 20 November 2023 bahwa tentara Israel telah menargetkan serangan militer ke lantai operasi Rumah Sakit Indonesia di Gaza. Kerusakan signifikan pada peralatan medis dilaporkan akibat peristiwa tersebut, menurut Anadolu Agency.
Mengutip Middle East Monitor, Selasa (21/11/2023), Direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza, Munir al-Bursh, berbicara dari rumah sakit seraya menyebut, "Mayat-mayat masih menumpuk di dalam Rumah Sakit Indonesia yang telah dikepung tank militer Israel selama beberapa hari."
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa rumah sakit tersebut adalah satu-satunya fasilitas medis yang berfungsi sebagian di Kota Gaza dan wilayah utara daerah kantong itu. Semua rumah sakit lain di Jalur Gaza sudah tidak beroperasi, termasuk Rumah Sakit Al-Shifa yang saat ini berada di bawah kendali militer Israel.
Advertisement
"Sebanyak 650 orang terluka berada di Rumah Sakit (Indonesia), sementara kapasitasnya hanya 140 tempat tidur," kata al-Bursh. Ia juga mencatat bahwa drone militer Israel menembaki warga Palestina yang mencoba melarikan diri dari rumah sakit.
Pada Senin pagi, waktu setempat, Kementerian Kesehatan yang berbasis di Gaza mengatakan, 12 warga Palestina meninggal dunia dan puluhan lainnya terluka akibat serangan udara Israel terhadap Rumah Sakit Indonesia. Pihaknya menuduh tentara Israel berusaha mengubah rumah sakit tersebut jadi "kuburan massal."
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza, Ashraf al-Qudra, menggambarkan situasi terkini di Rumah Sakit Indonesia sebagai "bencana," menurut Al Jazeera.
Kesaksian Staf Medis di Rumah Sakit Indonesia
Al-Qudra menyebut, "Staf Rumah Sakit Indonesia bersikeras tinggal untuk merawat (korban) yang terluka. Ada sekitar 700 orang, termasuk staf medis dan orang yang terluka, di dalam rumah sakit."
Kementerian Luar Negeri Indonesia mengatakan telah kehilangan kontak dengan tiga sukarelawan Indonesia di rumah sakit tersebut, yang merupakan bagian dari kelompok pendiri fasilitas medis itu pada 2016 dengan pendanaan dari negara.
Marwan Abdallah, seorang pekerja medis di Rumah Sakit Indonesia, mengatakan bahwa tank-tank Israel beroperasi kurang dari 200 meter dari rumah sakit. Sementara itu, penembak jitu Israel terlihat di atap gedung-gedung di dekat fasilitas media tersebut.
Pekerja medis lain mengatakan pada Al Jazeera bahwa penembakan dilakukan secara intens dan tidak pandang bulu di gedung rumah sakit, di pintu masuk, dan di jendela. Menurut petugas medis, semua orang di rumah sakit telah berkumpul di tengah gedung utama.
Sejak serangan udara Israel meletus pada 7 Oktober 2023, Rumah Sakit Indonesia telah menampung ratusan pengungsi. Lokasinya juga dekat dengan kamp pengungsi Jabalia.
Advertisement
Tuduhan Israel
Daerah di sekitar Rumah Sakit Indonesia telah diserang beberapa kali oleh pasukan Israel, dengan setidaknya dua warga sipil tewas dalam serangan antara 7 Oktober dan 28 Oktober 2023, menurut Human Rights Watch.
Di sisi lain, Israel telah lama menuduh Hamas menggunakan rumah sakit dan lokasi sipil lain untuk mendirikan pos komando dan menyembunyikan senjata. Pasukan militer negara itu sebelumnya mengatakan bahwa mereka yakin Rumah Sakit Indonesia dibangun di atas sistem terowongan Hamas.
Tercatat bahwa tuduhan serupa juga dilayangkan Israel terhadap Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza. Al-Shifa, rumah sakit utama di Jalur Gaza, telah jadi sorotan selama berminggu-minggu setelah terus-menerus dibom militer Israel. Setidaknya 21 dari 35 rumah sakit di Gaza, termasuk pusat kanker di Jalur Gaza, tidak berfungsi sama sekali, dan yang lain rusak, serta kekurangan obat-obatan dan pasokan penting.
Komentator Taghreed El-Khodary mengatakan, Israel "meyakinkan" dunia bahwa Rumah Sakit al-Shifa adalah markas besar Hamas karena merupakan rute termudah bagi mereka untuk menyerang Gaza.
Bentuk Perang Psikologis
"Mereka (pasukan Israel) tahu bahwa hal yang paling aman untuk dilakukan adalah pergi dan membangun semacam markas militer bagi mereka di Kota Gaza," ucap El-Khodary pada Al Jazeera. "Mereka tidak bisa datang dari timur. Sekarang inilah yang mereka lakukan, pergi ke Rumah Sakit Indonesia di Beit Lahiya untuk mendirikan markas lain bagi mereka untuk menyerang dan membunuh lebih banyak warga sipil."
Menurut Omar Rahman, anggota Dewan Urusan Global Timur Tengah yang berbasis di Doha, ini adalah bentuk perang psikologis. "Serangan terhadap rumah sakit menunjukkan pada masyarakat bahwa tidak ada tempat yang aman (bagi warga Palestina)," kata Rahman, seraya menambahkan bahwa Israel bertindak dengan "impunitas total."
Analis senior Palestina di International Crisis Group, Tahani Mustafa, mengatakan tindakan membuat warga Palestina merasa tidak aman di setiap fasilitas di Jalur Gaza adalah untuk memadamkan segala bentuk perlawanan.
"Ini adalah bagian dari pola pelecehan yang sudah berlangsung lama terhadap staf dan layanan medis, di mana Israel menunjukkan pada warga Palestina bahwa tidak ada seorangpun dan tidak ada satu ruang yang aman," kata Mustafa.
Advertisement