Slowcation Diprediksi Bakal Jadi Tren Traveling Tahun 2024, Apa Itu?

Slowcation sebagai tren traveling 2024 disebut umumkan akan diadopsi pelancong milenial dan gen Z.

oleh Asnida Riani diperbarui 16 Des 2023, 16:00 WIB
Diterbitkan 16 Des 2023, 16:00 WIB
Buahan Ubud
Ilustrasi slowcation jadi tren traveling tahun 2024. (dok. Buahan)

Liputan6.com, Jakarta - Hitung mundur menyambut tahun baru 2024 makin mendekati akhir, dan seperti waktu-waktu sebelumnya, ragam tren mulai diperkirakan. Di antara lusinan sektor, tren traveling jadi salah satu yang muncul.

Sementara ada banyak data wara-wiri, Pinterest memperkirakan bahwa slowcation akan jadi salah satu tren perjalanan 2024. Dalam keterangan yang diterima Tim Lifestyle, 11 Desember 2023, tertulis, "482 juta orang menggunakan Pinterest untuk merencanakan hal berikutnya dalam hidup mereka."

"Hal ini memberi Pinterest wawasan unik tentang masa depan, apa yang akan segera populer," kata mereka. "Pinterest Predicts adalah laporan ramalan tren yang akan muncul di tahun mendatang. Ini adalah panduan tentang apa yang berikutnya akan dicoba dan dibeli orang."

Merujuk data tersebut, pihaknya menulis bahwa tahun depan, orang-orang akan merencanakan perjalanan santai dengan orientasi "mengejar tidur yang berharga." Gen Z dan milenial akan memilih lokasi tenang dengan rencana perjalanan yang tidak padat, kata mereka.

Menanggapi ini, Ketua Umum Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), Hariyadi Sukamdani, menyebut bahwa pihaknya belum punya data internal untuk mendukung klaim tersebut. "Pinterest kan menganalisis secara global, kami belum bisa memastikan apakah itu (tren slowcation) akan terjadi di Indonesia," ucapnya melalui pesan suara, Sabtu (16/12/2023).

Namun demikian, pihaknya tetap akan bersiap menyambut tren perjalanan tersebut. Sementara itu, menurut Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad, slowcation merupakan bagian wisata balas dendam pascapandemi COVID-19 yang masih akan berlanjut tahun depan.

 

Karakteristik Destinasi Slowcation

Jelajah Keunikan Desa Wisata Bonjeruk di Lombok Tengah
Ilustrasi desa wisata sebagai destinasi slowcation. (Indonesia.travel.id)

Tauhid menjelaskan bahwa slowcation muncul sebagai pilihan bagi pelancong yang rindu berwisata, namun tetap "mau aman." "Mengejar pariwisata berkualitas yang tidak terikat wisata konvensional," kata dia melalui pesan suara, Sabtu (16/12/2023).

Tren ini akan memungkinkan turis menjelajah lokasi baru yang jarang jadi tujuan wisata, tapi menarik. "Mereka umumnya sudah pada tingkat kejenuhan yang tinggi pada tempat-tempat terkenal, dan mencari lokasi yang mendatangkan kebahagiaan, suasana berbeda," ia menambahkan.

Menurut Hariyadi, destinasi slowcation umumnya membutuhkan beberapa karakteristik kunci. Pertama, keindahan alam yang sanggup "memberi atmosfer tenang dan relaksasi." Lalu, ada kesenangan dan aktivitas sederhana, seperti berjalan-jalan, bersepeda, atau menikmati seni dan budaya lokal, tanpa terlalu banyak kegiatan.

"Ketiga, akomodasi yang bersahaja," ucap dia. "Mungkin berupa vila atau kabin yang terintegrasi dengan alam."

Yang tidak kalah penting, sebut Hariyadi, adalah infrastruktur pendukung, seperti restoran yang menyajikan makanan lokal, pusat spa, dan area rekreasi. "Kelima, (perlunya) aksesibilitas yang baik dari tempat-tempat utama untuk memudahkan perjalanan ke destinasi slowcation," bebernya.

Terakhir, pemberdayaan komunitas lokal. "Melibatkan komunitas lokal dalam pengembangan dan promosi destinasi untuk mendukung pertumbuhan ekonomi lokal," tandasnya.

Berbenah untuk Jadi Destinasi Slowcation

Bobobox
Ilustrasi akomodasi terintegrasi dengan alam sebagai pendukung slowcation. (dok. Instagram @boboboxadventure/https://www.instagram.com/p/CTmfrhdpqoH/)

Sepakat dengan itu, Tauhid menggarisbawahi pentingnya pebisnis sektor pariwisata memahami kebutuhan konsumen, terutama kelas menengah, supaya bisa menjemput permintaan mereka berdasarkan tren. "Penting menemukan keunikan (lokal) untuk jadi benchmark (bagi destinasi slowcation)," sebut dia.

Hariyadi menambahkan sederet strategi untuk berhasil jadi destinasi slowcation. Pertama, menekankan pada pengalaman relaksasi dan keindahan alam melalui kampanye pemasaran yang tepat sasaran. Lalu, memanfaatkan medium digital, baik untuk promosi maupun mendukung pemesanan online. 

Sepakat dengan gagasan menemukan keunikan sebuah destinasi slowcation, Hariyadi merekomendasikan adanya kerja sama dengan bisnis setempat untuk menyediakan pengalaman autentik, selain juga memperkuat ekonomi lokal.

"Keempat, pendekatan ramah lingkungan untuk mempertahankan keaslian alam dan daya tarik destinasi," paparnya. "Kelima, pengelolaan lalu lintas wisata agar tidak terlalu ramai dan tetap menjaga keseimbangan alam."

"Dengan kombinasi karakteristik dan strategi ini, destinasi slowcation dapat menarik perhatian wisatawan yang mencari pengalaman liburan yang lebih tenang dan bermakna," menurut dia.

Rekomendasi Destinasi Slowcation di Indonesia

Rafting di Bukit Lawang
Wisatawan rafting di Sungai Bahorok, Bukit Lawang (Dokumentasi: Pemandu Wisata Dian Gunawan)

Menyambut konsep slowcation, Hariyadi menyebut bahwa sebenarnya banyak hotel dan destinasi di Indonesia yang cocok jadi tujuan jenis wisata tersebut. Beberapa di antaranya, menurut dia, yakni:

  1. Ubud, Bali yang menawarkan suasana tenang, sawah hijau, dan budaya Bali yang kental.
  2. Taman Nasional Bromo-Tengger-Semeru, Jawa Timur yang menawarkan pemandangan alam menakjubkan dengan gunung berapi dan padang pasir nan luas.
  3. Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur yang menyuguhkan pantai-pantai indah dan kehidupan bawah laut yang spektakuler, selain juga jadi gerbang menuju Taman Nasional Komodo.
  4. Yogyakarta kaya akan warisan budaya dan punya suasana kota cukup tenang.
  5. Bukit Lawang, Sumatra Utara. Terletak di Taman Nasional Gunung Leuser, Bukit Lawang menawarkan alam hutan hujan yang memukau dan tempat yang ideal untuk melihat orangutan.
  6. Plataran Bromo, Jawa Timur dinilai sanggup jadi akomodasi yang menyuguhkan nuansa alam nan menenangkan.
  7. Desa Mempawah, Kalimantan Barat, siap menawarkan pengalaman slowcation dengan suasana pedesaan yang tenang dan kehidupan sehari-hari masyarakat lokal.

Menurut Tauhid, sudah saatnya membangun ekosistem terintegrasi di sektor pariwisata, termasuk saat ingin menjemput minat tren slowcation. "Perlu kolaborasi dengan berbagai pihak. Tidak hanya hotel yang diperbaiki, tapi juga destinasi wisata, agen perjalanan, dan pihak-pihak lain yang terlibat," ucap dia.

Jadi, tertarikah Anda menjajal slowcation?

Infografis Ragam Akomodasi di Sektor Bisnis Hotel
Infografis Ragam Akomodasi di Sektor Bisnis Hotel. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓
Loading

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya