Liputan6.com, Jakarta - Jurnalis Palestina Hamza Al-Dahdouh, putra tertua jurnalis Al Jazeera Wael Al-Dahdouh, tewas dalam serangan udara Israel pada Minggu, 7 Januari 2024. Serangan itu menargetkan tim jurnalis di sebelah barat Khan Younis di Jalur Gaza selatan.
Dikutip dari The New Arab, Senin, 8 Januari 2024, jurnalis Mustafa Tharia juga tewas akibat serangan rudal dari pesawat tak berawak Israel yang menargetkan mobil yang mereka tumpangi di dekat daerah Al-Mawasi di barat daya Jalur Gaza, menurut koresponden Al Jazeera. Koresponden menjelaskan bahwa pasukan Israel menargetkan Hamzah dan sekelompok jurnalis ketika mereka melaporkan dari daerah di mana warga sipil mencari perlindungan dari serangan Israel.
Baca Juga
Top 3 Berita Hari Ini: Jasad Jurnalis Gaza Berusia 19 tahun Ditemukan Hancur Usai Diancam Pejabat Israel Sebelum Tewas
Jasad Jurnalis Gaza Berusia 19 tahun Ditemukan Hancur Usai Diancam Pejabat Israel Sebelum Tewas
Karya Jurnalis Gaza Palestina Menangkan Emmy Award 2024, Sempat Berusaha Dibatalkan Pelobi Pro Israel
Hamzah adalah anak tertua dan putra terakhir Wael Al-Dahdouh yang masih hidup. Anak-anaknya yang lain, bersama istri dan cucunya, tewas dalam serangan udara Israel yang menargetkan rumah tempat mereka berlindung di kamp Nuseirat.
Advertisement
Sehari sebelum kepergiannya, Hamzah mendedikasikan unggahan di Instagram untuk ayahnya yang memuji kesabarannya dalam menghadapi kesulitan yang dihadapinya. Unggahan tersebut banyak dibagikan di media sosial.
Insiden ini dipandang sebagai tindakan pembalasan Israel terhadap jurnalis Al Jazeera dan jaringannya. Jurnalis media ini termasuk di antara 109 jurnalis yang tewas akibat serangan Israel di Gaza sejak 7 Oktober 2023.
"Hamzah adalah segalanya bagiku, anak laki-laki tertua, dia adalah jiwa dari jiwaku," kata Wael Al-Dahdouh kepada Al Jazeera pada Minggu, 7 Januari 2024 dari pemakaman tempat putranya dimakamkan. "Ini adalah air mata perpisahan dan kehilangan, air mata kemanusiaan."
Duka Jurnalis Palestina, 4 Anak Meninggal akibat Serangan Udara Israel
Dikutip dari Global Liputan6.com, seorang jurnalis yang bekerja di Jalur Gaza, berduka atas kematian empat anaknya dan saudaranya setelah Israel meluncurkan serangan udara di kamp pengungsi Al Maghazi, yang menewaskan setidaknya 47 orang dan melukai puluhan lainnya, termasuk istri dan anak balitanya.
Mohammed Alaloul, seorang fotografer untuk layanan berita Anadolu Agency yang berbasis di Turki, sedang bekerja ketika dia mengetahui bahwa kamp pengungsi itu terkena serangan udara, seperti yang dilaporkan dan dikutip dari New York Times, Sabtu, 11 November 2023.
Mendengar laporan yang menyebutkan rumah-rumah bertingkat di daerah tersebut telah hancur dan anak-anak yang meninggal sudah tiba di rumah sakit terdekat, Alaloul pun menjelajahi berita di ponselnya hingga dia mengetahui bahwa keluarganya terkena dampak ledakan.
Di antara para korban adalah anak-anaknya: Qais, Ahmad, Rahaf, dan Kenaan. Tiga dari anak-anak itu baru berusia empat tahun. Istri jurnalis Alaloul, Amnah, dan anak bungsunya, Adam yang berusia 1 tahun, mereka selamat dari serangan udara pada hari itu dan segera menjalani perawatan di Rumah Sakit Al-Aqsa. Keduanya dalam kondisi kritis.
Advertisement
Banyak Anak Tewas
Adam mengalami luka sayatan dari pecahan peluru, begitu juga Amnah, ditambah patah tulang dan luka bakar serius di wajahnya. Adam saat itu terlihat sedang dirawat di lorong-lorong rumah sakit yang ramai, lapor Times.
Beberapa jam setelah serangan udara, Alaloul berada di rumah sakit memimpin doa pemakaman di dekat pintu masuk, masih mengenakan rompi pers birunya yang dikeluarkan untuk wartawan yang bekerja di Gaza.
Dia terlihat menangis saat membawa dan mengidentifikasi jenazah anak-anaknya yang tewas. Dia juga terlihat menghibur ayahnya yang patah hati.
Setelah ledakan di Al Maghazi, seorang reporter Associated Press melihat setidaknya delapan anak tewas, termasuk seorang bayi, ketika korban dibawa ke rumah sakit terdekat setelah serangan udara. Arafat Abu Mashaia, seorang pengungsi di kamp tersebut, mengutuk serangan udara Israel, mengatakan bom-bom itu mengenai zona sipil di mana Hamas tidak berada.
"Ini adalah pembantaian sejati," katanya sambil berdiri di antara puing-puing. "Semua di sini adalah orang-orang yang damai. Saya tantang siapa pun yang mengatakan ada perlawanan [pejuang] di sini."
Bikin Terenyuh, Jurnalis Palestina Meliput di Jalur Gaza sambil Jaga Putrinya
Kisah berbeda dari jurnalis Palestina datang dari Ghalia Hamad. Ia meliput di Jalur Gaza sembari menjaga putrinya bikin warganet terenyuh. Momen ini diabadikan dalam sebuah video singkat oleh jurnalis foto yang juga bertugas di Gaza, yakni Mohammed Al Masri.
Dalam video yang diunggah di akun Instagram Al Masri pada 12 November 2023, terlihat Ghalia Hamad tengah bertugas meliput sembari memegang mikrofon dan ponsel. Ia tampak mengenakan hijab hitam dan rompi bertuliskan "Press".
Saat bertugas, putrinya yang ikut serta dengan tenang menunggu di sisi sang ibunda. Putri kecil Ghalia sesekali tampak mengucek mata sambil memegang mainan di tangannya.
Unggahan yang telah disukai lebih dari 91 ribu kali itu disertakan keterangan dua bahasa, yakni bahasa Inggris dan Arab. "Kekuatan Gaza dalam satu video," demikian bunyi keterangan awal bila diterjemahkan dalam bahasa Indonesia.
"Seorang jurnalis dari Gaza yang meliput agresi Israel di Jalur Gaza sambil merawat putrinya yang masih berada di dekatnya. Inilah perempuan-perempuan hebat di Gaza," lanjut keterangan itu.
Advertisement