Desakan Gencatan Senjata di Gaza Bergema di Panggung Paris Fashion Week 2024

Jenama fesyen berbasis di Berlin, GmbH, menyerukan gencatan senjata permanen di Gaza saat mempresentasikan koleksi pria Fall/Winter 2024 di Paris Fashion Week 2024.

oleh Asnida Riani diperbarui 23 Jan 2024, 15:00 WIB
Diterbitkan 23 Jan 2024, 15:00 WIB
Paris Fashion Week
Jenama fesyen asal Berlin, Jerman, GmbH yang digagas Serhat Işık dan Benjamin Huseby, vokal mendesak gencatan senjata di Gaza, Palestina, saat presentasi koleksi di Paris Fashion Week 2024. (dok. Instagram @benjaminhuseby/https://www.instagram.com/p/C0Pe-QVNRhT/)

Liputan6.com, Jakarta - Presentasi koleksi busana pria di Paris Fashion Week telah resmi berakhir, dan di ujung penyelenggaraanya, pesan kuat digemakan lini mode GmbH inisiasi Serhat Işık dan Benjamin Huseby. Tidak sekadar memamerkan koleksi Fall/Winter 2024, mereka mendesak gencatan senjata di Gaza, yang kini masih dibombardir milter Israel.

Melansir GQ Middle East, Selasa (23/1/2024), label fesyen yang berbasis di Berlin ini juga menyerukan perdamaian. Saat tirai show ditutup, GmbH "membuka pintu" dengan pidato berkesan. Di kesempatan itu, Işık dan Huseby menceritakan latar belakang imigran dan agama mereka.

"Kami menyerukan gencatan senjata, pembebasan semua sandera, kemerdekaan Palestina, dan diakhirinya pendudukan," kata para desainer. "Semua tuntutan ini kami anggap tidak boleh kontroversial."

Visual koleksi mereka pun selaras dengan tuntutan yang disuarakan. Logo PBB berwarna gelap menghiasi hoodies GmbH, sementara syal keffiyeh Palestina dikreasikan jadi atasan busana pria, melambangkan komitmen para desainer terhadap advokasi mereka.

Koleksinya dibuka dengan menampilkan mantel berbahu kuat dan irisan semangka, yang dilukis secara artistik pada kaus berukuran besar. Keffiyeh berwarna putih, hitam, hijau, dan merah menambahkan lapisan simbol dukungan pada Palestina.

Desakan gencatan senjata permanen di Gaza dan wilayah Palestina yang diduduki Israel sebenarnya tidak hanya datang dari sektor fesyen. Sebelum ini, merek es krim Ben & Jerry's juga menyerukan "gencatan senjata permanen sesegara mungkin di wilayah kantong yang sekarat," lapor BBC.

 

* Follow Official WhatsApp Channel Liputan6.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.


Insiasi Ben & Jerry's

Luka dan Duka dalam 100 Hari Perang Hamas-Israel
Warga Palestina memeriksa puing-puing bangunan yang hancur setelah serangan udara Israel di kota Khan Younis, Jalur Gaza selatan, Kamis, 26 Oktober 2023. (AP Photo/Mohammed Dahman)

Langkah ini sejalan dengan insiasi Ben & Jerry's yang sebelumnya mencoba menghentikan penjualan produk mereka di Tepi Barat dan Yerusalem Timur, sehingga memicu perselisihan dengan pemilik Unilever. Hal ini terjadi ketika boikot global menimpa perusahaan-perusahaan besar Amerika Serikat (AS), seperti Starbucks karena dugaan dukungan pada Israel.

Pejabat merek es krim tersebut mengatakan bahwa perusahaan mereka memperjuangkan perdamaian. "Mempromosikan perdamaian telah jadi bagian integral dari DNA Ben & Jerry selama empat dekade," kata ketua dewan perusahaan, yang juga menjalankan lembaga pemikir berhaluan kiri di Oakland Institute, Anuradha Mittal.

Ia menyambung , "Saat ini, Dewan Ben & Jerry’s berpegang teguh pada prinsip tersebut dengan menyerukan perdamaian dan gencatan senjata yang permanen dan segera."

Terdapat perdebatan sengit di AS dan negara lain mengenai bagaimana perusahaan dan institusi harus menanggapi serangan Hamas terhadap warga Israel pada 7 Oktober 2023, dan balasan militer Israel di Gaza. McDonald's dan Starbucks menyalahkan reaksi buruk terhadap merek mereka akibat misinformasi di media sosial.

 


Warga Sipil Palestina Meninggal Dunia

Luka dan Duka dalam 100 Hari Perang Hamas-Israel
Warga Palestina mengantre untuk mendapatkan makanan gratis di Rafah, Jalur Gaza, Kamis, 21 Desember 2023. (AP Photo/Fatima Shbair)

Saat merek-merek itu bingung "bagaimana mereka berkomunikasi," warga Palestina di Gaza dan Tepi Barat telah jadi korban serangan Israel selama lebih dari 100 hari. Korban tewas warga Palestina dalam serangan Israel di Gaza telah melampaui 25 ribu orang, menurut Kementerian Kesehatan di wilayah tersebut, lapor Al Jazeera.

Juru bicara kementerian Ashraf al-Qudra mengatakan pada Minggu, 21 Januari 2024, bahwa 178 orang telah dipastikan tewas dalam 24 jam sebelumnya, dengan jumlah korban tewas dalam lebih dari tiga bulan perang Israel di Gaza mencapai 25.105 orang.

Dilaporkan dari Rafah di Gaza selatan, Hani Mahmoud dari Al Jazeera mengatakan, ada pertempuran darat yang intens di dekat rumah sakit utama di Khan Younis pada Minggu.

"Penembak jitu telah mengambil posisi di gedung-gedung tinggi, menembak orang-orang di jalan di bawahnya. Orang-orang di rumah sakit (Nasser) tidak punya tempat untuk pergi," kata Mahmoud, seraya menambahkan, "Ini adalah pertempuran jalanan, dari rumah ke rumah."

Sehari sebelumnya, penembakan Israel di sebelah timur kamp pengungsi Jabalia di Gaza utara menewaskan empat warga Palestina dan melukai 21 lainnya, menurut Masyarakat Bulan Sabit Merah Palestina.


Kecaman PBB

Foto Paling Mengharukan Sepanjang 2023
Foto yang diambil pada 11 Oktober 2023 ini menunjukkan pemandangan udara dari bangunan-bangunan yang hancur akibat serangan udara Israel di kamp Jabalia bagi para pengungsi Palestina di Kota Gaza. (Yahya HASSOUNA/AFP)

Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres mengecam Israel atas kematian warga sipil Palestina yang "menyedihkan" di Gaza. "Operasi militer Israel telah menyebarkan kehancuran massal dan membunuh warga sipil dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya selama saya menjabat Sekretaris Jenderal," kata Guterres pada pembukaan KTT G77+China di ibu kota Uganda, Kampala.

Guterres mengatakan pada Al Jazeera bahwa resolusi konflik Israel-Palestina yang telah berlangsung selama puluhan tahun terletak pada "penerimaan hak warga Palestina untuk jadi negara dan penerimaan solusi dua negara."

Komentar tersebut muncul sehari setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan penolakannya terhadap negara Palestina. Setidaknya 62.681 orang terluka dalam serangan Israel di Gaza, menurut otoritas Palestina.

Sekitar 85 persen penduduk wilayah tersebut telah mengungsi, dan ribuan orang berlindung di kamp-kamp yang dikelola PBB di bagian selatan wilayah pesisir tersebut dalam kondisi kumuh. PBB mengatakan, ada kondisi "seperti kelaparan" di Gaza karena sekitar satu dari empat dari 2,3 juta penduduknya menghadapi kelaparan ekstrem.

Infografis Ragam Tanggapan Rencana Zona Demiliterisasi di Gaza dan Tudingan Genosida. (Liputan6.com/Abdillah)
Infografis Ragam Tanggapan Rencana Zona Demiliterisasi di Gaza dan Tudingan Genosida. (Liputan6.com/Abdillah)
Lanjutkan Membaca ↓

* Fakta atau Hoaks? Untuk mengetahui kebenaran informasi yang beredar, silakan WhatsApp ke nomor Cek Fakta Liputan6.com 0811 9787 670 hanya dengan ketik kata kunci yang diinginkan.

Video Pilihan Hari Ini

Video Terkini

POPULER

Berita Terkini Selengkapnya