Liputan6.com, Jakarta - Para pecinta alam yang suka berpetualang menjelajahi gunung tentu tak asing dengan Gunung Agung dan Gunung Batur yang ada di Bali. Padahal, masih ada beberapa gunung lainnya yang tak kalah menarik untuk dieksplorasi lebih jauh. Misalnya, Gunung Catur yang berlokasi di Banjar Tinggan, Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung.
Gunung itu memiliki puncak kaldera tertinggi dari sederetan gunung yang ada di jalur tengah pulau Bali. Berada di ketinggian 2096 mdpl membuat kawasan Gunung Catur berselimut kabut serta udara yang dingin.
Baca Juga
Masih banyak hal mengenai Gunung Catur, selain lokasi maupun ketinggiannya. Berikut enam fakta menarik Gunung Catur yang dirangkum Tim Lifestyle Liputan6.com dari berbagai sumber pada Kamis, 22 Februari 2024.
Advertisement
1. Hutan Tropis yang Rapat
Mengutip dari laman resmi Desa Pelaga, saat pendaki memasuki daerah puncak Gunung Catur, di pertengahan jalan akan dihadapkan dengan dua pohon besar sejajar yang berhimpit. Bila ditelisik, keberadaannya menyerupai gapura besar yang menyambut pendaki. Penduduk sekitar menyebut pohon ini pohon kembar.
Menurut cerita penduduk, pohon ini merupakan gerbang menuju Puncak Mangu. Siapapun di tempat ini harus sangat menjaga sopan santun, karena adat Bali sangat kental.
Perjalanan menuju puncak Gunung Catur merupakan hutan tropis yang lebat dan rapat. Hal ini membuat para pendaki akan cenderung melalui cuaca berkabut dengan jalur tanah yang lembab.Â
2. Titik Tertingginya Disebut Puncak Mangu
Puncak Gunung Catur sering disebut Pucak Mangu yang merujuk pada nama sebuah pura di puncak gunung, yakni Pura Pucak Mangu. Sampai saat ini, pura ini masih difungsikan sebagai tempat upacara adat dan juga tempat sembahyang bagi warga sekitar.Â
3. Sejarah Pura Puncak Mangu
Sebelum menuju ke puncak Gunung Catur, pendaki bisa bersembahyang terlebih dahulu di Pura Pucak Tinggan (Pura Puncak Mangu) untuk memohon keselamatan dan ketenangan batin. Dilansir dari Babat Bali, Pura Pucak Mangu sudah ada sejak zaman megalitikum berkembang di Bali dengan bukti penemuan peninggalan lingga yang cukup besar.
Menurut cerita di tempat tersebut, I Gusti Agung Putu, pendiri Kerajaan Mengwi, melakukan tapa brata atau mencari keheningan pikiran usai kalah dalam perang tanding. I Gusti Agung Putu pun menemukan jati dirinya dan bangkit lagi dari kekalahannya, sehingga bisa meraih kemenangan sampai dapat mendirikan Kerajaan Mengwi.Â
Advertisement
4. Keluarga Kerajaan Mengwi Menjaga Pura di Puncaknya
Di tempat I Gusti Agung Putu bertapa brata itu, Pura Pucak Mangu kembali dipugar dan dikembangkan sesuai dengan kebutuhan umat Hindu yang terus berkembang. Pura Puncak Mangu di Gunung Catur berkaitan dengan sejarah di Bali, khususnya Kerajaan Mengwi.
Sampai saat ini, Keluarga Puri Mengwi atau Keraton Mengwi, sebagai keturunan penguasa Kerajaan Mengwi di masa kemerdekaan sekarang, tetap menjadi pengempon atau pengemong Pura Puncak Mangu.Â
5. Gunung Tertinggi ke-4 di Bali
Gunung Catur adalah gunung tertinggi keempat yang ada di Bali, dengan ketinggian mencapai 2096 meter di atas permukaan laut (mdpl). Berbeda dengan Gunung Agung, Gunung Catur sudah tidak lagi aktif. Udara begitu segar, pepohonan besar di mana-mana. Dedaunan menghijau sejauh mata memandang di sekeliling.Â
Sepanjang perjalanan Anda juga akan mendengar kicau burung yang bersahutan. Tonggeret-tonggeret bernyanyi memainkan paduan orkestra alam, bahkan sesekali terdengar pekikan-pekikan primata di kejauhan.
Â
Â
Â
Â
6. Pemandangan 3 Danau di Atasnya
Sepanjang perjalanan hingga di puncak pendaki akan melihat kumpulan monyet. Lokasinya berada di kawasan kaldera Bedugul, sehingga Anda dapat menyaksikan keindahan Danau Beratan secara langsung dari puncak Gunung Catur.
Selain danau, terdapat pemandangan gunung di sekitar kawasan Cagar Alam Batukaru. Ke arah timur, Gunung Agung dan Gunung Abang juga akan terlihat, termasuk juga dataran tinggi Kintamani di Bangli.Â
Puncaknya yang teduh dengan pemandangan tiga danau, yaitu Buyan, Tamblingan, dan Beratan, sangatlah menawan. Mengutip dari laman Astacala, mendaki gunung di Bali, maka Anda akan dengan mudah menemukan canang dan bekas dupa.
Oleh masyarakat umum, canang ini lebih sering disebut sebagai sesajen. Bisa ditemui di dekat pohon besar, di atas batu, atau di pos-pos peristirahatan. Kadang kala, di beberapa titik jalur pendakian juga ada pelinggih, bangunan kecil untuk meletakkan sesajen itu. Sebaiknya hati-hati agar tidak menginjak sesajen ketika Anda lewat.Â
Advertisement