Liputan6.com, Jakarta - Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) beberkan beberapa hal yang menjadi sorotan utama pada libur mudik Lebaran 2024. Di antaranya yang menjadi masalah penting adalah pungutan liar (pungli) dan gunungan sampah yang diakibatkan wisatawan yang membludak, serta perilaku membuang sampah sembarangan.
"Ada gunungan sampah di Pantai Pangandaran. Meskipun tersedia beberapa tong sampah tapi banyak orang yang tidak mengikuti aturan sehingga pada akhirnya sampah ini bahkan tumpah ke trotoar dan menimbulkan bau," tutur Nia Niscaya, Adyatama Kepariwisataan dan Ekonomi Kreatif Ahli Utama Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparakref) pada acara The Weekly Brief with Sandi Uno, Selasa, 16 April 2024 di Graha Sapta Widya, Jakarta Selatan.
Baca Juga
Dalam kesempatan tersebut, Nia yang menggantikan Menparekraf Sandiaga Uno, juga menyebutkan bahwa adanya kegiatan 'getok harga' dan pungutan liar di beberapa destinasi wisata juga jadi salah satu masalah yang banyak ditemui saat libur Lebaran 2024 ini.
Advertisement
"Saya kira beberapa upaya seperti manajemen lalu lintas, penertiban parkir ilegal, kemudian juga penyiapan kantung-kantung parkir ini juga harus menjadi perhatian para stakeholders," sebut Nia.
Ia juga mengapresiasi kinerja Kepolisian dalam hal penertiban pungli yang terjadi di daerah Simpang Lima, Semarang. Nia menambahkan bahwa Kemenparekraf merekomendasikan kepada Pemerintahan Daerah untuk aktif dalam upaya pencegahan dan penertiban pungli dan parkir liar di destinasi wisata masing-masing.
Selain perihal pungli dan timbunan sampah pascaliburan, Nia juga menyampaikan bahwa terjadi lonjakan luar biasa wisatawan serta titik-titik kemacetan yang menyebar hampir di seluruh ruas jalan menuju destinasi wisata di Pulau Jawa.
Paling Banyak Berlibur ke Pantai
Selain mengemukakan soal permasalahan yang terjadi saat libur Lebaran 2024, Nia juga menyampaikan data hasil survei Kemenparekraf dari 1.758 responden per 14 April 2024. Sebanyak 56,1 persen wisatawan nusantara (wisnus) memilih untuk berlibur ke pantai atau danau dan 50, 8 persen di antaranya berwisata ke pusat kuliner.
Sementara itu sebanyak 29,9 persen bermain ke taman rekreasi dan kebun binatang, sedangkan wisnus yang memilih ke mal atau pusat perbelanjaan ada sebesar 26,6 persen. Selain itu, data ini juga menunjukkan bahwa wisnus paling banyak memilih berwisata bersama keluarga dengan angka mencapai 89,9 persen.
Moda transportasi yang paling banyak digunakan pun adalah kendaraan pribadi dengan capaian 74,0 persen. Para wisatawan ini juga paling banyak memilih untuk berwisata selama satu hari atau day trip.
Akomodasi pilihan terbesar adalah hotel berbintang, 34,6 persen dan disusul oleh menginap di tempat keluarga sebesar 26,9 persen. Dari sekian banyak destinasi wisata, Malioboro, Ciwidey, Pangandaran, Parangtritis, dan Puncak Bogor jadi pilihan utama bagi para wisnus ini untuk berlibur.
Advertisement
Rata-rata Wisatawan Habiskan Rp2,73 Juta pada Libur Lebaran 2024
Nia mengatakan wisata di Pulau Jawa yang mendominasi data disebabkan oleh besarnya jumlah penduduk dan mobilitas mereka selama libur Lebaran ini. Selain itu, Nia membeberkan bahwa ada potensi perputaran ekonomi hingga Rp369,8 T berdasarkan pergerakan masyarakat di libur lebaran tahun ini.
"Rata-rata pengeluaran berwisata per orang adalah Rp2,73 juta," ucapnya. Sedangkan berdasarkan durasi wisatanya, wisnus dengan durasi wisata satu hari bisa menghabiskan Rp904,5 ribu per orang dan mereka yang berlibur dengan waktu di atas seminggu bisa menggelontorkan dana hingga Rp7,6 juta.
Pengeluaran tersebut didominasi oleh pengeluaran untuk akomodasi. Sisanya dihabiskan untuk transportasi, makan dan minum, dan oleh-oleh, sebut Nia.
Data ini bisa dijustifikasi pengaruhnya akibat waktu cuti yang lebih panjang daripada tahun lalu dan kebijakan yang membolehkan PNS untuk mengambil cuti lanjutan pascalibur Lebaran, tambahnya.
Selain bicara soal preferensi, survei ini juga menunjukkan sejumlah keluhan yang dialami oleh wisnus. Keluhan utama yang keluar adalah permasalahan macet disusul dengan komplain akibat penuhnya destinasi wisata yang dipilih.
Selain itu, Nia juga mengatakan bahwa kenaikan harga dan kurangnya amenitas di tempat-tempat wisata juga jadi salah satu hal disampaikan oleh para wisatawan libur Lebaran 2024.
Kemenparekraf Imbau Wisatawan untuk Terapkan CHSE
Dalam acara yang sama, Nia juga mengimbau tidak hanya pengelola destinasi wisata namun juga wisatawan untuk menerapkan prinsip CHSE (Cleanliness, Health, Safety, dan Environment Sustainability). "Tidak hanya pengusaha yang menegakkan CHSE, tetapi juga wisatawan perlu bekerja sama dalam hal ini," katanya.
Terkait protokol wisata CHSE, Nia mengatakan bahwa hal ini tidak boleh berhenti dilaksanakan walau sudah lepas dari kondisi pandemi COVID-19. Ia menekankan bahwa Kemenparekraf tetap mewajibkan implementasi protokol ini bahkan sudah mengingatkan kepada pengusaha wisata sebelum masuk pekan libu Lebaran 2024.
"Pada persiapan liburan, pengelola telah diimbau oleh Kemenparekraf untuk melakukan persiapan serta pemeliharaan sarana dan prasarana serta memastikan aspek CHSE dan selalu diterapkan dan diperhatikan untuk menciptakan wisata yang aman dan nyaman," tambahnya.
Sertifikasi CHSE adalah proses pemberian sertifikat kepada Usaha Pariwisata, Destinasi Pariwisata, dan Produk Pariwisata lainnya. Sertifikat dibutuhkan untuk menjamin kepada wisatawan terhadap pelaksanaan Kebersihan, Kesehatan, Keselamatan, dan Kelestarian Lingkungan.
Advertisement